Usaha Terakhir

4K 267 9
                                    

Biasakan memberi vote baik sebelum atau sesudah membaca.

Happy reading

_______

Nayla memandangi secangkir cappucino hangat yang sudah mendingin di sebuah kafe kekinian di daerah pusat kota Banjarmasin. Suasana kafe menjelang sore memang sedang ramai-ramainya dipadati anak muda yang hang out sambil menikmati live musik yang disediakan oleh pihak kafe. Membuat sosok Nayla yang lebih suka kesunyian menjadi kurang nyaman. Apalagi seseorang yang dia tunggu sejak satu jam yang lalu tidak kunjung muncul.

Baru saja hendak berdiri meninggalkan meja tempatnya, Nayla melihat seorang wanita membuka pintu kafe. Tatapan mata mereka bertemu selama beberapa detik.

Wanita itu kemudian berjalan mendekati meja tempat Nayla menunggunya sejak tadi.

"Aku tidak punya waktu lama. Jadi apa yang Mbak Nayla ingin bicarakan?" Wanita yang tak lain adalah Rini itu mengambil tempat duduk tepat di depan Nayla. Sikapnya sangat bertolak belakang dengan Rini yang Nayla kenal santun beberapa bulan yang lalu. Rini yang sekarang duduk di hadapannya tampak angkuh.

Oke! Naylapun merasa tak ingin berlama-lama bertemu dengan iblis betina itu.

"Tolong tinggalkan Mas Dika," pinta Nayla to the point tanpa basa basi busuk seperti biasanya.

Setelah Nayla berpikir beberapa hari, sepertinya dirinya harus berbicara hati ke hati dengan Rini. Mungkin saja dengan begitu Rini tersadar dengan kesalahan apa yang telah dilakukannya selama ini pada sahabatnya. Sebab itulah Nayla menghubhngi Rini dua hari yang lalu untuk mengajak bertemu.

Sayang harapan Nayla tak berbanding lurus dengan kenyataan saat Rini menggeleng sebagai jawaban atas permintaan Nayla pada wanita tersebut.

"Kamu benar-benar jahat, Rin!" Nayla sekuat tenaga menggenggam tangannya hingga bergetar agar tidak melayang pada pipi Rini yang mulus.

"Jangan salahkan aku sepenuhnya, Mbak. Salahkan Dirimu sendiri yang tak becus menjadi seorang isteri hingga Mas Dika bosan lalu mencari kesenangan di luar." Lancar sekali bibir berpulas lipstik warna cabe itu menyudutkan Nayla. Sepertinya setelah dapat dukungan dari kedua orang tua Mas Dika, Rini merasa di atas angin.

"Rin kita ini sahabat. Masa sih kamu tega merebut kebahagiaan milik sahabatmu sendiri," ucap Nayla mencoba membuka hati mantan sahabatnya.

"Aku juga berhak bahagia, Mbak." sahut Rini tak mau kalah.

"Tapi tidak dengan merebut kebahagiaan milik sahabatmu jua kan?" Suara Nayla mulai meninggi membuat beberapa pasang mata mengarah pada mereka.

"Kamu masih muda, Rin. Dan kamu juga cantik. Kamu masih bisa mencari sosok yang baik untuk dijadikan imam masa depanmu."

"Tapi sayangnya semua kreteria yang aku inginkan ada pada sosok Mas Dika, Mbak." jawab Rini enteng sembari tersenyum licik. Persis pemeran antagonis di sinetron indosiar. "Lagi pula saat ini aku mengandung darah daging Mas Dika. Sesuatu yang tak bisa kamu berikan sampai saat ini." lanjutnya sambil meraba perutnya yang masih tampak rata.

"Astaghfirullah... " Air mata Nayla akhirnya jatuh tak tertahan saat menyadari jika sosok yang diharap bisa diajak bicara dari hati ke hati ternyata semakin memperdalam luka yang masih menganga.

"Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi aku pamit pulang." Rini berdiri bersiap meninggalkan Nayla yang masih kesusahan menahan tangis yang sekuat tenaga ditahan namun luruh jua akhirnya.

Baiklah! Nayla rasa hanya ini batas usaha yang bisa dia lakukan untuk keutuhan rumah tangganya. Sepertinya mulai saat dirinya harus mulai belajar untuk menerima kenyataan.

Mas OB, I Love You! (TAMAT)Where stories live. Discover now