Galih. B
Belum jan..
Masih ngantri

Januar Erlangga
Kalo udh ada kabarin mas

Galih. B
Iyaa😊

_____________________

Setelah 15 menit, Bapak tentara angkatan udara selesai dengan urusannya. Nomorku pun dipanggil menggunakan pengeras suara. Giliranku sekarang.

Prosesnya tidak lama. Aku menyerahkan data-data yang Mbak CS minta, sebelum disuruh ke bagian teller untuk mengambil uang pinjaman. Di teller, aku mengantri lagi sebentar, lalu semuanya diproses dengan cekatan. Mas teller membungkus uang itu dengan plastik hitam sebelum menyerahkan kepadaku.

"Ada lagi yang bisa kami bantu?" Pertanyaan khas sebelum berakhirnya pelayanan.

Aku hanya tersenyum dan menggeleng, kemudian Mas teller pun mengucap, "Terimakasih."

Selanjutnya, aku berlalu. Sambil memasukkan uang ini ke tas selempang, kakiku bergerak agak cepat menuju pintu keluar. Tidak mau terlalu terlambat sampai di kantor.

Sekujur kulitku disengat hawa panas tatkala kakiku tiba di teras bank. Pergantian udara dari sejuk ke panas terasa signifikan. Kulihat sang langit, begitu biru tanpa awan-awannya.

"Mas Galih."

Sebuah suara membuat langkahku terhenti. Aku menoleh, mendapati dua pemuda tengah berjalan bersama. Mereka baru keluar dari ruang kecil mesin ATM.

"Ya?" sahutku sopan, tetapi setengah bingung. Aku tidak kenal mereka.

"Mas Galih, kan? Kakaknya Januar?" tanya salah satunya lagi. Dia menunjukku dengan senyuman yakin.

Aku mengangguk dan tersenyum kaku sebab masih menebak-nebak. "Iya. Ini... siapa, ya?" tanyaku sopan.

"Jony, Mas. Ini Hendri. Kita duo ketua kelas loh, Mas. Masa gak inget? Yang waktu itu pernah nemenin Mas Galih ambil rapotnya Januar karena Mas Galih datengnya paling akhir," jabar pemuda bernama Jony ini dengan sangat lancar dan berbinar.

"Jony... Hendri...." Aku berusaha memuat data dalam otak. "Oooh, iya iya, inget!" ucapku dengan senyuman lebar. Aku sudah ingat dua anak ini.

Jony tersenyum lebar. Hendri juga.

"Habis ngapain di sini?" tanyaku balik, mencoba jadi akrab.

"Habis top-up Ovo, Mas. Di Indomaret tadi gangguan, makanya ke sini aja mumpung lewat. Sekalian ngadem juga di dalem ATM, hehe," jawab Jony lancar, lalu cengegesan. Yang namanya Hendri diam-diam saja.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk-angguk.

"Kalau Mas Galih habis ngapain? Oh iya, bidikmisinya Januar gimana?" tanya Jony lagi.

Senyumku memudar perlahan. Mataku mengerjap-ngerjap. Bidikmisi? Itu seperti sesuatu yang pernah Pak Andrew ucapkan.

Tanpa sadar, tubuhku pun mendekat, semakin terkikis jarak dengan Jony dan Hendri. "Bidikmisi?" tanyaku serius bercampur tidak tahu.

"Iya. Beasiswa, Mas. Kadang sekarang kita nyebutnya KIP, Kartu Indonesia Pintar," jelas Jony.

Tunggu. Aku bingung.

DINI HARI GALIH ✔️Where stories live. Discover now