Chapter 7

471 52 13
                                    

"Tenanglah Myanmar, dia ini Indonesia. Dan dia akan menjadi salah satu saudara kalian" ucap ASEAN.

Indonesia yang tadi menoleh ke belakang langsung balik ke depan dan menatap ASEAN.

"Hah? Apa? Saudara?" tanya Indonesia.

"Iya saudara" ucap ASEAN dengan senyum yang merekah di wajahnya.

"Aku berencana untuk mengadopsi mu. Kau tidak punya siapa-siapa lagi kan? Kau sudah berjuang sendirian, jadi mungkin akan lebih baik kalau kau mempunyai keluarga baru" sambungnya.

Bagaimana dengan anak-anak ASEAN yang lain? Ya jelas saja mereka kaget. Maksudku, siapa yang tidak kaget ketika ada orang yang 'mencurigakan' tiba-tiba jadi saudara kalian?

"Ayah, apa ayah yakin akan mengadopsi nya?" Tanya salah seorang anak nya yang tadi bernama Phil.

"Ya. Lagipula harus ada seseorang yang bisa bersikap dewasa dan mengurus kalian. Ayah kasihan ke Singa, lihat dia, dia tertekan melihat tingkah laku kalian, makanya matanya lelah dan ujung-ujungnya harus memakai kacamata" ucap ASEAN sambil menunjuk ke anak di sebelahnya.

"Kau mau kan nak?" Tanya ASEAN kepada Indonesia.

"Ah, sepertinya aku sudah tau akhir pertanyaan ini. Kalau aku menolak, dia akan tetap memaksaku dan bahkan bisa saja dia memasang poster 'wanted' dimana-mana " batin Indonesia.

"Tapi dipikir-pikir bukankah ini kesempatan baik? Setidaknya aku akan tinggal di rumah mewah ini dan semua kebutuhan ku tercukupi tanpa harus bingung bagaimana cara makan dan tidur. Ah, sudahlah terima saja. Rejeki tidak boleh ditolak" batin Indonesia lagi.

"Baiklah, saya mau" ucapnya. Akhirnya Indonesia menyetujui penawaran ASEAN.

ASEAN yang mendengarnya senang. Setidaknya ada tambahan orang yang sikapnya dewasa. Jadi ia tidak perlu bersusah payah memerhatikan setiap gerak gerik anaknya yang bisa dibilang...meresahkan, dan bisa sedikit lebih rileks.

Anak-anak ASEAN yang lain memiliki reaksi yang berbeda. Ada yang senang, ada yang biasa saja, dan ada juga yang masih memiliki rasa curiga. Dan sepertinya sudah bisa ditebak siapa yang senang itu.

"Anak-anak, karena kalian sekarang punya saudara baru, cepat panggil yang lain dan berkumpul, kita harus melakukan perkenalan dulu" ucap ASEAN.

Anak-anak ASEAN yang lain segera melakukan perintah ayahnya. Mereka memanggil sisa saudaranya yang memang berada di tempat lain. Ada yang sedang berjalan-jalan, ada juga yang sedang berada di rumah temannya.
.
.
.
.
Sekitar 20 menit, semua anggota keluarga ASEAN berkumpul. Mereka berjejer rapi dan Indonesia beserta ASEAN berdiri di depan mereka. Mereka berkumpul di ruang keluarga, dan ada beberapa --banyak-- pembantu yang mengintip dan menguping mereka.

"Baik anak-anak, kenapa ayah mengumpulkan kalian disini karena kalian akan mempunyai saudara baru. Nah Indonesia, perkenalkan dirimu" ucap ASEAN sambil menepuk punggung Indonesia.

Indonesia hanya berdiam dan menoleh ke ASEAN membuat ASEAN ini bingung dan bertanya.

"Ada apa? Apa ada yang salah?" Tanya nya.

"Ayah, bukankah ayah dulu yang bilang kepada kami semua kalau ingin bertanya tentang identitas seseorang maka kita harus mengatakan identitas kita terlebih dahulu? Kalau tidak begitu kan namanya tidak sopan." Ucap Vietnam kepada ayahnya. Sepertinya ia belajar dari kesalahannya.

"Itu benar yah, ayah yang mengajarkan itu kepada kita, tapi kenapa ayah sendiri yang lupa?" Tambah Singa yang setuju dengan saudari nya itu.

"Ayah, kau kurang minum air. Makanya jangan hanya minum kopi saja, minumlah air juga" protes anak-anak ASEAN yang lain.

Good Morning Mr. PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang