Chapter 4

429 54 18
                                    

Ia berhasil.

Indonesia berhasil.

Ia pergi ke dunia lain.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sinar yang silau itu akhirnya memudar. Indonesia membuka matanya. Ia melihat sekeliling.

Ia melihat kalau ia berada di area hutan, namun Padang rumput yang hijau dan luas itu sudah tidak ada. Ia benar-benar berada di tengah hutan yang bisa dibilang sedikit menyeramkan. Ia tidak tahu ia berada dimana sekarang. Hutan itu berkabut dan sinar matahari tidak terlalu cerah, berbeda dengan hutan sebelumnya yang rindang namun sinar matahari masih bisa menerpa hutan.

Ia merenung cukup lama, menoleh kesana kemari ke seluruh penjuru mata angin. Dan setelah ia sadar, ia mulai panik. Ia tidak tahu ia berada dimana. Bagaimana dengan ibunya nanti kalau ia tahu anak semata wayangnya hilang entah kemana? Oh, ia akan terkena serangan jantung. Apalagi ketika ia pergi waktu itu, langit sudah menunjukkan sore hari artinya sebentar lagi akan waktunya makan malam. Seluruh kerajaan pasti panik karena pangeran mereka hilang.

Ia berjongkok sambil memegang kepalanya. Ia mulai menyesali perbuatannya. Segagah apapun dia, ia tetap saja takut kalau misalnya hilang dan tidak tahu jalan pulang, apalagi ia berada di dunia lain yang bahkan orang terkuat atau orang terpintar di dunia pun tidak tahu. Bahkan ia yakin kaisar China yang perkasa itu tidak tahu kalau dunia lain ini ada. Ia hanya meringkuk seperti anak kecil.

Ia melihat ke belakang. Gerbang batu tersebut masih ada. Ia pun berinisiatif untuk mengulangi apa yang ia buat beberapa saat yang lalu berharap ia akan kembali ke dunianya.

Ia mencoba. Menyayat dagingnya, merapalkan mantra, semua sudah ia coba. Ia yakin sekali kalau ia sudah melakukan semuanya dengan benar. Namun tidak ada yang terjadi. Tidak ada angin atau cahaya seperti tadi. Apa yang ia lakukan tidak berdampak apapun. Ia mencoba sihir lain tetapi tetap saja hasilnya nihil. Dan sekarang ia semakin stress.

Ia membutuhkan waktu untuk merenung dan menenangkan diri. Dan setelah beberapa menit, ia kembali tenang dan kembali ke Indonesia yang seperti biasanya.

Indonesia mengamati seluruh hutan tersebut dengan [limitless vision] seperti sebelumnya. Ia melihat ada banyak hewan buas, tanaman, dan bahkan ia melihat sebuah desa, desa yang dihuni orang-orang primitif. Ia tidak berniat ke sana, salah-salah nanti ia dijadikan tumbal dan nanti bisa berabe.

Ia kembali melihat. Sekitar 300 km dari tempat ia berada, ia melihat ujung hutan tersebut. Ada sebuah jalanan besar yang terbuat dari aspal. Namun Indonesia tidak tahu jalan tersebut terbuat dari apa, karena di lingkungan nya tidak ada bahan tersebut.

Karena penasaran Indonesia menggunakan [teleport] untuk kesekian kalinya dan ia sampai ke sana. Ia menyentuh jalanan beraspal tersebut, mirip seperti jalan bebatuan hanya saja sangat mulus, tetapi tetap saja jika berlari tanpa alas kaki tetap akan sakit.

Indonesia memutuskan untuk mengikuti jalan tersebut dengan cara terbang, karena jika ada jalanan pastinya akan mengarah ke suatu tempat.

Pangeran kita ini kembali mengepakkan sayap nya dan terbang mengikuti jalanan tersebut. Namun ia tidak terbang persis di atas jalanan beraspal tersebut. Ia terbang di antara pepohonan dan menggunakan sihir [Hide] jadi ia tidak terlihat maupun terdeteksi. Karena sihir ini tak hanya menyembunyikan tubuh nya tetapi sihir dan hawa keberadaan nya juga disembunyikan.

Ia terbang dengan kecepatan tinggi. Dan tak perlu waktu lama pangeran kita sampai ke ujung jalan tersebut. Dan benar saja, ia melihat ada beberapa rumah. Rumah dengan arsitektur yang sangat aneh, rumah-rumah tersebut berwarna kuning muda. Sangat asing bagi Indonesia.

"Huh? Rumah macam apa ini? Apa ini rumah dengan arsitektur Eropa? Tapi setahuku rumah Eropa tidak seperti ini. Ah, apa yang ku pikirkan? Ini dunia lain, jelas saja rumah mereka berbeda" ucap Indonesia.

Indonesia mengamati orang-orang yang berlalu lalang keluar masuk rumah. Mereka semua berambut pendek. Dan baju mereka sangat simple, seperti rakyat yang biasa dia lihat. Dan ada beberapa orang yang memakai baju berbeda, berwarna hijau....entahlah hijau tai kuda?
Yang jelas berwarna hijau, dan membawa senjata. Indonesia berpikir sebentar dan ia mengingat kalau baju mereka mirip baju yang baru dirancang untuk prajurit Eropa.

Tiba-tiba ada sebuah kendaraan yang mirip kereta, namun terbuat dari logam dan tidak memakai kuda untuk menggerakkan nya, kendaraan tersebut seperti bergerak otomatis.

Indonesia mencoba menguping pembicaraan mereka. Orang yang akan menaiki kendaraan itu bilang ia akan pergi ke kota. Indonesia yang mendengar nya berinisiatif untuk mengikuti mobil tersebut. Sepertinya prajurit yang memakai baju hijau adalah penjaga hutan atau penjaga perbatasan. Namun pertama-tama ia ingin menganalisa orang-orang yang ada disana.

Ia mengecek level, skill, sihir yang dikuasai, dengan [omniscient eyes] dan ia sedikit terkejut bukan karena level yang tinggi melainkan sebaliknya. Level mereka semua rendah sekali. Bahkan yang paling tinggi saja 20.

Padahal level rakyat biasa yang Indonesia tahu 70 keatas itupun untuk rakyat biasa seperti petani, pedagang atau semacamnya. Beda lagi dengan prajurit/orang terlatih. Biasanya level mereka 200 keatas. Indonesia hanya berpikir positif kalau orang tersebut adalah rakyat biasa yang baru-baru saja dilatih menjadi prajurit.

Kendaraan tersebut jalan dan ikutlah indonesia bersama kendaraan tersebut. Kendaraan tersebut masih terbilang lumayan cepat, lebih cepat dibandingkan kereta kuda biasa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekitar hampir 1 jam, sampailah Indonesia dan orang-orang tersebut ke kota. Hutan yang tadi sudah tidak ada. Digantikan dengan suasana perkotaan yang sangat aneh dan ramai. Berbeda dengan kota yang Indonesia bayangkan, kota ini amatlah ramai.

Rumah-rumah yang mirip seperti rumah yang tadi ia temui hanya saja lebih besar, pertokoan yang tidak seperti toko pada umumnya, bangunan-bangunan tinggi menjulang di mana-mana, dan bahkan ada bangunan yang terlihat dibangun menggunakan kaca saking banyaknya kaca yang digunakan.

Ia kaget bukan main. Ia kira kota yang dimaksud adalah kota yang mirip seperti di Eropa atau negara Asia lain, tetapi ini berbeda. Namun disisi lain kota ini sangatlah indah. Lampu-lampu berada di mana-mana, pemandangan senja yang indah, dan beberapa hal lainnya. Tanpa sadar kendaraan yang Indonesia ikuti sudah hilang entah kemana. Dan indonesia santai saja, ia hanya ingin ke kota dan ia sudah mencapai tujuannya.

Ia melihat orang-orang, semuanya sama, laki-laki berambut pendek dan perempuan berambut panjang walaupun tidak semua, ada yang rambutnya sebahu, bahkan ada yang pendek seperti rambut laki-laki disana.

Indonesia mencoba berbaur. Ia melihat seorang laki-laki dengan baju kemeja lengan pendek dan celana hitam panjang, baju yang sederhana dan tidak mencolok. Indonesia menggunakan sihir [copy] dan boom! Baju tersebut sudah melekat di tubuh Indonesia.

Ia merasa penampilan nya sudah bagus tetapi ia berpikir lagi. Lelaki di sana semuanya berambut pendek, sedangkan rambut Indonesia panjang sampai ke punggung, jika ia memanjangkan rambutnya bisa-bisa ia menjadi pusat perhatian. Indonesia memutuskan untuk memendekkan rambutnya. Tetapi ia tidak mengguntingnya, melainkan menggunakan [Illusion] sehingga membuat ilusi bahwa rambutnya pendek.

Setelah semua sempurna ia melihat dirinya sendiri menggunakan cermin sihir.

"Oh, tampilan ku lumayan juga" ucap Indonesia dengan bangga.

Tapi sekali lagi, ia menganalisa orang-orang disana untuk menyesuaikan diri. Jangan sampai orang-orang menyadari level nya terlalu tinggi dan menjadi pusat perhatian orang-orang.

Ia menganalisa orang-orang dengan sihir yang sama. Dan sekali lagi ia mendapati fakta yang sama bahwa level mereka semua rendah. Untung saja Indonesia mengingat untuk menganalisa orang terlebih dahulu, jika tidak berakhir sudah.

Ia menyamarkan levelnya menjadi sekitar 21. Dan ia melangkah ke kota yang ramai tersebut.

TBC.








                                 © Valerielynn31

Good Morning Mr. PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang