Chapter 5

453 52 29
                                    

Indonesia melangkah masuk ke kota. Ia melihat orang-orang berlalu lalang. Ada yang berjalan sambil bercerita ria dengan temannya. Ada yang mengendarai kendaraan seperti yang Indonesia lihat sebelumnya. Dan ada juga yang sedang berbelanja di toko setempat.

Indonesia mencium bau wangi. Seperti bau makanan yang menggugah seleranya.

"Bau apa ini? Harum sekali" ucap Indonesia.

Ia langsung saja mengikuti asal bau wangi yang menarik indra penciumannya. Dan bau itu berasal dari sebuah rumah makan. Indonesia ingin sekali makan namun kenyataan pahit menampar dirinya.

Indonesia tidak membawa uang. Sial.

Wajahnya murung seketika. Sepertinya kenyataan pahit itu menamparnya dengan keras dan membanting semua khayalannya tentang makanan enak tersebut. Khayalan nya yang setinggi langit itu dibanting dengan keras ke tanah.

Indonesia hanya terus berjalan tak tentu arah. Ia memikirkan bagaimana caranya ia hidup sekarang? Ia bahkan tidak membawa uang sepeserpun. Alangkah menyesalnya ia karena ingin pergi tetapi tidak membawa uang. Bagaimana ia makan dan tidur nanti? Pertanyaan tersebut melayang-layang di pikirannya.

Ketika Indonesia sedang merenung, ada seorang anak kecil dan seorang ibu yang hendak menyebrang ke sisi jalan yang lain, mereka seperti menunggu kesempatan untuk menyebrang. Anak tersebut tidak sabaran dan langsung menyebrang melepaskan genggaman ibunya. Dan tiba-tiba ada sebuah kendaraan yang melaju kencang menuju arah anak itu. Ibu anak itu histeris. Indonesia yang melihat hal itu langsung saja menarik anak itu dan menghindarkan anak itu dari tangan malaikat yang hampir saja mengambil nya.

Anak dari ibu itu menghampiri mereka berdua dan memeluk anaknya. Anak kecil itu juga menghampiri ibunya sambil menangis, ia kaget dengan apa yang dialaminya barusan.

"Terima kasih tuan, anda menyelamatkan anak saya. Terima kasih, terima kasih banyak tuan" Ucap ibu tersebut.

"Tidak apa-apa Bu, saya kebetulan mempunyai kemampuan, dan saya hanya menggunakan kemampuan saya" balas Indonesia.

"Tetap saja tuan, saya harus berterima kepada anda. Anda sudah menyelamatkan anak semata wayang saya, saya....saya tidak tahu berbuat apa jika anak saya ini tiada. Saya tidak tahu apa yang saya akan katakan kepada suami saya jika ia meninggal" ucap ibu tersebut dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ah.. tidak apa-apa Bu, anak anda sekarang sudah selamat kan?" Ucap Indonesia yang ingin menenangkannya.

"Saya tidak tahu bagaimana cara saya membalas Budi saya kepada anda tuan. Tetapi saya bisa menawarkan makan malam untuk anda, suami saya pintar memasak dan saya harap anda ingin makan malam bersama keluarga kami" ucap si ibu.

Indonesia berpikir sejenak. Ia sebenarnya tidak enak, tetapi ia juga kelaparan. Jika ia menolak tentu saja ia akan kelaparan beberapa jam kemudian. Lagipula rejeki tidak boleh ditolak bukan?

"Baiklah, kebetulan saya belum makan malam" ucap Indonesia dengan senyum tipis di wajahnya.

"Terima kasih, anda memang baik tuan Monaco" ucap ibu yang berterima kasih kepada Indonesia untuk kesekian kalinya. Tapi tunggu, apa yang ibu itu bilang tadi? Monaco? Siapa Monaco?

"Hah? Monaco? Siapa dia? Kenapa aku dipanggil Monaco? Aku bukan Monaco. Apa Monaco itu mirip seperti ku? Ah sudahlah, nanti saja kupikirkan sekarang makan saja"  batin Indonesia.

Indonesia mengikuti mereka berdua. Dan sampailah mereka di rumah ibu dan anak tersebut. Rumah tersebut lumayan besar untuk rakyat biasa, sepertinya keluarga ini adalah rakyat ekonomi menengah ke atas.

Indonesia disuruh masuk ke rumah. Ketika masuk, suami si ibu datang dan menyambut mereka. Ia sedikit kaget melihat Indonesia, dan si ibu memberitahu segalanya.

Good Morning Mr. PrinceWhere stories live. Discover now