"Hah? Sihir lama Dengan level 21?" Tanya Phil.

"Iya, namanya Indonesia. Kau tidak pernah dengar kan? Makanya sekarang aku ingin mempertemukan nya dengan ayah" balas Vietnam. Indonesia hanya tersenyum tertekan.

Mereka naik tangga, berjalan di lorong yang di sisi kiri nya terdapat tembok putih dan di sisi kanan kaca dengan ukuran yang lumayan besar, mereka menuju ke sebuah pintu. Pintu besar berwarna putih dengan gagang perak. Sepertinya ini ruangan ayah Vietnam berada. Vietnam mengetuk pintu dan membuka pintu tersebut. Indonesia? Ia lemas dan tertekan.

"Ada apa Vietnam?" Seorang pria tinggi berkacamata duduk di meja kerja nya sambil melihat kedatangan anak perempuannya dengan seorang pemuda asing.

Ia adalah seorang countryhuman dengan warna biru tua yang mendominasi, terdapat sepuluh batang padi di tengah lingkaran berwarna merah dengan dikelilingi garis cincin berwarna putih. Dan di meja kerjanya, tertuliskan nama dengan huruf kapital 'ASEAN'.

Ternyata ia tidak sendirian disana. Ada seseorang lagi.
Pemuda yang sama-sama berkacamata. Countryhuman berwarna merah putih sama seperti Indonesia, hanya saja pada bagian warna merah ada bulan sabit dan 5 bintang yang disusun bundar.

"Siapa orang yang kau bawa itu? Sepertinya ia bukan Monaco" lanjut pria bernama ASEAN tersebut. Indonesia semakin panik lagi sekarang, orang ini langsung tahu kalau dia bukan Monaco artinya dia ini orang yang betul-betul teliti.

"Dia countryhuman asing, namanya Indonesia. Dia telah menyelamatkan pelayan pribadi ku July dari preman yang akhir-akhir ini meresahkan warga. Dan yang lebih keren nya, ia bisa menggunakan sihir lama" jelas Vietnam.

"Sihir lama? Dengan level yang hanya 21? Bukankah level itu terlalu rendah untuk seseorang yang bisa menggunakan sihir lama? Apa kau yakin orang ini tidak menyembunyikan sesuatu Viet?" Tanya countryhuman merah putih itu dengan nada interogatif. Sial, orang ini juga sangat teliti. Ia bahkan langsung tahu Indonesia menyembunyikan sesuatu.

"Sudahlah Singa, biarkan dia duduk dulu" ASEAN memberi isyarat untuk duduk. Indonesia langsung saja saja duduk di sofa yang empuk. Dan disinilah penentuan nasib Indonesia dimulai.

"Siapa namamu?" Tanya ASEAN singkat

"Nama saya Indonesia tuan" jawab indonesia singkat juga.

"Darimana kau berasal? Berapa umurmu? Dan bisa kau ceritakan sedikit tentang dirimu?" ASEAN memberi pertanyaan beruntun dan membuat Indonesia tidak berkutik.

"Umur saya baru saja menginjak usia 21 tahun. Saya berasal dari daerah yang jauh. Saya suka berjalan-jalan dan saya suka seafood" jawabnya yang sedikit asal-asalan.

Ia melakukannya dengan wajah yang tenang seakan-akan ia mengatakan kebenaran dan tidak bohong, padahal sebenarnya jantung Indonesia serasa sudah mau pindah ke dengkul saking takutnya.

"Jadi kau baru menginjak usia 21 tahun? Kalau begitu kapan kau ulang tahun?"

"Tanggal 17 Agustus tuan"

"Ohh, artinya baru sekitar 4 hari yang lalu ya?"

"Iya tuan"

"Dimana daerah jauh yang kau maksud? Kenapa aku tidak pernah mendengar nama mu atau apapun tentang negara mu?"

Akhirnya pertanyaan menegangkan dimulai. Indonesia sudah menahan nafas.

"Ada di sebelah tenggara tuan. Dan negara saya... sudah lama hancur tuan" jawab Indonesia.

"Sudah lama hancur? Kalau begitu kenapa kau masih ada? Bukankah jika suatu negara hancur, countryhuman nya juga hancur?" Tanya ASEAN yang masih memperhatikan Indonesia. Indonesia sudah bersiap.

Good Morning Mr. PrinceOnde histórias criam vida. Descubra agora