Season 2 : Foto itu Menghilang!

Start from the beginning
                                    

"Sampai kapan?! Sampai kapan saya harus diam saja karena alasan bodoh ini," Kesal wanita tersebut mengepalkan tangannya.

Pria itu menghela nafas,
"Apapun alasannya sekarang bukanlah saat yang tepat untuk membalaskan dendam itu, anda harus berhati-hati dengan kondisi anda sekarang,"

Seperti tidak mendapat jawaban yang diinginkan, wanita itu kembali berjalan hendak keluar dari pondok itu.

Namun sentuhan jari di dahi wanita tersebut perlahan membuatnya merasakan pusing hingga pandangannya pun menggelap.

------------------------------------------------------
"Hazel!"

Mata gadis itu mengerjap.

"Hazel!!"

Pada akhirnya gadis itu membuka matanya lebar-lebar dan terduduk. Peluh membasahi dahi dan lehernya. Hazel menunduk sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing sekali.

"Minum Zel," tawar Dina memegang segelas air putih.

"Terima kasih,"

Dina mengangguk.

Sambil meneguk air tersebut, seperti masih terbawa pada keadaan di alam mimpinya itu. Entah bagaimana kejadiannya terasa begitu nyata. Apa yang sebenarnya pernah terjadi di masa lalu pada kampung ini? Siapa orang-orang yang ada disekeliling Tuan Wirya dalam mimpinya itu, kenapa dia tidak dapat mengingat wajah-wajah itu?

Hazel mengeratkan genggamannya pada gelas itu. Merasa kesal pada diri sendiri.

"Apa yang terjadi padamu, Zel?" Tanya Dina, khawatir.

Gadis itu menghela nafas,

"Aku tadi mengikuti seekor kucing hitam, dia menuntunku ke suatu tempat yang penuh dengan tumbuhan segar dan tanah yang sedikit basah, daerah itu penuh dengan kunang-kunang."

Semuanya mendengarkan dengan serius.

"Di tempat itu aku bertemu dengan Reza."

Semua siswa-siswi padepokan yang mendengar cerita Hazel di rumah itu nampak begitu terkejut. Lain halnya dengan Pak Yanto dan Bu Darni yang memasang wajah bingung.

"Siapa Reza?" Tanya Pak Yanto.

"Dia adalah seorang siswa padepokan juga, namun beberapa hari yang lalu dia menghilang tanpa alasan yang jelas, kedatangannya yang tiba-tiba seperti itu pasti begitu mengejutkan baik bagi saya maupun warga padepokan yang lain."

"Jadi dia juga punya potensi ya?" Tanya Bu Darni.

Hazel mengangguk,

"Telekinesis, itu adalah potensinya."

Di tengah banyaknya percakapan di sekitar Hazel itu, gadis tersebut tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ingatan yang masih segar di otaknya itu serta ucapan dari lelaki tersebut kepadanya tadi, cukup membuatnya bergetar ketakutan. Bagaimana jika yang dikatannya benar, maka ini bisa jadi bahaya yang mengancam nyawa warga kampung. Gadis itu meremas selimut itu, menelan ludahnya kasar.

"Lalu dia mengatakan jika kampung ini akan diserang oleh perkumpulan mistis itu dalam waktu dekat."

Semuanya tampak terkejut.

"Bagaimana, Kak Reza bisa mengetahui hal sebesar itu, kak?" Liam mendekati kasur Hazel, memandang gadis itu dengan tatapannya yang penasaran.

Gadis itu menggeleng dan memasang wajah khawatir, dia hanya bisa terdiam, karena pada dasarnya dia tidak dapat informasi apapun lagi terhadap lelaki itu. Selain penampilannya yang begitu berubah.

Bu Darni kemudian menatap gadis itu dengan serius begitupun dengan Pak Yanto.

"Mbak Hazel, apa anda yakin tentang hal ini?" ucap wanita itu dengan sorot mata tajam meminta keyakinan kepada gadis itu.

When You Lost ItWhere stories live. Discover now