BAB 29

8.8K 1K 9
                                    


Adrian

"Cuti?"

"Dia nggak ngabarin, Mas? Wah, pasti nggak beres nih. Dia ngabarin gue juga dadakan semalem.."

"Semalem? Gue semalem sama dia."

"Nggak ngerti deh, dia langsung telepon gue jam sebelasan habis gue balas chatnya."

Aku mengusap kasar wajahku. Tidak seperti biasanya, sejak pagi aku tidak mendapat kabar dari Ayu. Pesan dan teleponku tidak sampai karena sepertinya Ayu mematikan HPnya. Semalam, setelah kejutan ulang tahun yang aku sendiri tidak menduganya, kami segera pulang. Padahal sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu sebentar dengan Ayu setelah jadwal jaganya. Namun karena sudah terlalu malam, akhirnya aku membiarkan Ayu pulang. Ayu memang nampak kaget karena mungkin belum tahu ulang tahunku. Sungguh, aku tidak mempermasalahkan itu. Di keluargaku, ulang tahun bukan hal yang biasa dirayakan. Kami hanya saling mengucapkan selamat juga doa-doa baik. Jadi, hal yang wajar jika aku tidak menjadikan hari ulang tahun sebagai hari yang spesial, termasuk memberi tahu Ayu. Kebetulan saja tim OK sangat berinisiatif merayakan di saat aku sedang ingin bertemu Ayu.

Ayu memang terlihat canggung dan lebih banyak terdiam semalam. Dia berulang kali minta maaf karena tidak tahu ulang tahunku dan berjanji akan memberikan kado susulan. Aku pikir hanya karena itu, sampai cerita Farhan selanjutnya membuatku gelisah.

"Dia kemaren dipanggil bagian HR, Mas. Katanya ditegur karena beberapa kali telat datang. Gue agak gedek sebenernya, IGD kan koordinatornya gue, harusnya kalo mereka mau tegur tim gue, info dulu dong. Ini gue nggak tahu apa-apa. Lagian kan kami biasa saling cover kalo ada yang berhalangan. Mungkin dia agak nggak enak hati, soalnya pas tuker shift agak murung gitu anaknya."

Karena sejak pagi tidak bisa menghubungi Ayu dan hari ini aku sedang jadwal di Prama Medika, siangnya aku bertanya pada Farhan. meskipun terkadang dia terlalu berisik, namun kalimat-kalimatnya kali ini tidak ada yang aku lewatkan.

"Dia bilang nggak cuti mau ngapain?"

"Enggak, Mas. Dia Cuma bilang ada keperluan pribadi. Lo nggak berantem kan sama dia?"

"Enggak. Apa dia ada masalah lain ya?" monologku.

"Mas, hari sebelumnya Ayu kena tegur Dokter Elena gara-gara dia terlambat. Tapi dia agak nyinggung soal gosip Ayu sama Mas Reno."

"Gosip dia pingsan itu? Astaga, kan udah lama banget."

"Bukan. Ada yang liat dia makan berdua sama Mas Reno."

Damn. Aku langsung teringat ekspresi Ayu saat mengetahui dirinya jadi bahan omongan di Dharma Husada. Ayu pasti kepikiran. Aku makin tidak tenang, ingin segera mencari Ayu ke rumahnya. Sayangnya, siang hingga sore nanti jadwal operasi sudah menungguku. Tentunya tidak mungkin kubatalkan. Setelah menutup telepon Farhan dan memintanya mengabariku jika ada kabar dari Ayu, aku berusaha fokus pada pekerjaanku sambil berharap Ayu baik-baik saja.

***

Operasi terakhir selesai saat hampir pukul enam sore. Aku kembali mengecek ponsel dan berharap ada pesan dari Ayu. Namun nihil. Hanya ada 3 missed call dari Mama, tanpa pesan. Tidak biasanya Mama hanya menelepon dan tidak meninggalkan pesan saat aku tidak mengangkatnya. Kulihat waktunya, beliau menelepon dua jam yang lalu. Tentunya aku masih berada di OK. Aku langsung mendial nomor Mama.

"Dri, dimana?" sapa Mama tanpa basa-basi membuatku mengerutkan alis.

"Di Prama Medika, Ma. Gimana?"

"Masih lama?"

"Udah selesai, Ma. Tinggal beres-beres terus pulang. Ada apa sih, Ma?"

"Tadi Mama ada acara di Lembang, pulangnya mampir ke tempat makan. Mama ketemu Nana, Dri.."

Prognosa: Ad BonamWhere stories live. Discover now