BAB 21

9.6K 1K 4
                                    


Ayudya

Meskipun banyak yang sepakat dengan betapa menyebalkannya hari senin, aku bukan termasuk golongan itu. Biasanya. Tapi hari senin kali ini rasanya luar biasa berat. Blame my period. Aku memang bermasalah dengan bloody things. Sejak lama aku mengalami anemia, Hb-ku sering drop jika aku kelelahan. Apalagi saat menstruasi. Untuk mengatasinya, aku selalu menyiapkan vitamin penambah darah yang biasanya diminum seminggu sebelum dan selama jadwal menstruasiku. Sayangnya, pekan lalu saat seharusnya aku sudah mulai meminumnya, aku sedang cukup sibuk karena di puskesmas sedang menyiapkan proses akreditasi. Akhirnya aku melewatkannya. Dan baru sadar di malam saat aku baru pulang dari rumah Mas Ian, ternyata adalah jadwalku.

Sudah bisa kutebak, besoknya aku merasa pusing seharian. Tapi karena masih bisa ditahan, jadi aku mengusahakan istirahat cukup dan makan makanan yang bisa membuatku lebih fit. Mas Ian sempat khawatir dan ingin menemaniku, tapi karena sedang mendapat jadwal on call, aku melarangnya. Kasihan jika harus ke rumahku dan tiba-tiba ada panggilan dari RS. Aku berjanji untuk mengabarinya dan untungnya seharian itu aku merasa masih aman.

Sayangnya senin pagi ini cukup hectic dan membuatku makin pusing. Untungnya pagi tadi aku memutuskan berangkat dengan taksi online karena khawatir tidak cukup aman berkendara. Jadi saat makin siang aku merasa makin tidak nyaman, aku minta ijin untuk pulang cepat. Aku tidak pulang ke rumah, melainkan menuju rumah sakit. Entahlah, aku merasa lebih tenang di sana. Selain aku memang punya kewajiban di sana, juga jika terjadi hal yang tidak diinginkan, banyak yang bisa membantuku.

Aku sampai di Dharma Husada sekitar jam dua belas dan langsung menuju kantin untuk makan siang. Meskipun sebetulnya perutku sangat tidak nyaman, tapi aku harus memaksakan makan. Ternyata kantin di jam dua belas luar biasa penuh, aku biasanya ke sini saat sudah lewat jam makan siang. Selesai memesan makan, aku mencari kursi kosong yang ternyata masih ada. Tadinya jika tidak ada, aku akan membungkus makanan dan menuju ruang istirahat dokter saja untuk makan di sana.

Aku menunggu makanan sambil mengabari Mas Ian. Meskipun tidak akan langsung dibalas karena biasanya dia masih menyelesaikan poliklinik pagi di Prama Medika. Semakin siang aku makin merasa pusing. Aku memijat pelipisku pelan sambil berharap makananku segera datang dan mungkin meringankan rasa pusing kali ini.

"Ayu."

Aku mendongak saat mendengar ada yang menyapaku. Crap, ternyata Reno. Aku hampir lupa kalau dia ada di sini karena sejak rabu lalu kami memang belum bertemu lagi.

"Are you okay? Kamu pucet banget, Yu." Reno melanjutkan karena aku belum membalas sapaanya.

"I'm fine, Cuma pusing sedikit, makanya mau makan. Kamu.. lagi istirahat ya?"

"Kamu telat makan tadi?" Reno bertanya lagi setelah mengangguk. "Atau.. your period?" katanya dengan suara pelan. Aku mengangguk saja. "Astaga, kamu nggak minum vitamin, Yu? Ini kamu pucet banget loh, even make up kamu masih on ini pucetnya kelihatan banget.. "

Suara Reno masih terdengar tapi aku sudah tidak bisa melihat apapun, semuanya gelap. Aku merasakan sentuhan dan guncangan pelan di lengan atasku juga Reno yang memanggilku. Setelahnya hilang.

***

Saat aku membuka mata, aku sudah berada di atas ranjang yang sepertinya aku hafal. Setelah menatap sekeliling, ini memang IGD. Gosh. Meskipun sudah menduga, tapi rasanya campur aduk karena harus berakhir pingsan disini. Di samping ranjangku ada Reno yang duduk di kursi, belum menyadari aku sudah bangun karena matanya masih menatap handphone.

"Ren."

Reno langsung bangkit dari kursi dan menatapku.

"Yu! Masih pusing? Apa yang dirasa? Wait, aku panggil dokter Farhan dulu."

Tidak lama kemudian Farhan datang bersama Vika.

"Yu, gimana?" kata Farhan sambil memeriksaku.

"Masih pusing sih, Han. Emang butuh istirahat dulu kayaknya. Gue minta tolong cariin yang jaga sore nanti ya buat gantiin." Kataku merasa merepotkan semua.

"Nggak usah dipikirin. Tadi Kak Sita udah gue kontak dan katanya bisa."

"Thanks."

"Mm, tadi kata Mas Reno, lo biasa drop gini kalo lagi mens. Cek Hb ya, Yu?" aku mengangguk saja. "Mau pindah ruangan atau di sini dulu aja? By the way, tadi gue kabarin Mas Adri. Katanya bakal langsung ke sini." lanjutnya sambil meringis dan melirik Reno. "Ya udah, biar Vika ambil darahnya dulu. Lo bilang aja kalo ada apa-apa."

"Thanks, Han."

Vika langsung bersiap mengambil darahku setelah Farhan keluar. Dari Vika juga aku tahu kalau Reno yang membopongku ke IGD dan membuat semua tim IGD heboh. Aku jadi ingat sejak tadi belum berterima kasih pada Reno.

"Ren, thank you for helping me."

"My pleasure, Yu." Dia duduk di sisi kiri ranjang selagi Vika mengambil darahku di sebelah kanan. "Kamu kok bisa gini lagi, Yu? Kayaknya udah lama sejak terakhir kamu gini. Kemarin lupa minum vitamin atau lagi terlalu capek?"

Well, jangan lupakan kalau Reno menjadi pacarku selama lima tahun. Dan memang aku beberapa kali mengalami black out saat sedang menstruasi dan lupa minum vitamin atau terlalu lelah dan kurang tidur. Reno memang ada di masa-masa itu. Dia yang menemaniku di rumah sakit saat Papa dan Mama masih di perjalanan ke Jakarta. Dan selama itu juga dia tidak jarang mengingatkanku untuk minum vitamin bahkan mungkin hafal masa periodku.

"Kemarin emang agak sibuk, jadi lupa." Aku menjawab singkat, agak kurang nyaman sebetulnya karena ada Vika yang mungkin bertanya-tanya.

Tidak lama Vika pamit keluar karena sudah selesai mengambil darahku.

"Kamu makan ya, ini tadi pesanan kamu diantar ke sini." Reno menunjukkan makanan pesananku di kantin tadi.

Aku mengangguk karena memang merasa lapar. Kemudian Reno membantuku untuk duduk bersandar di ranjang karena memang kepalaku masih pusing. Reno masih memposisikan bantal di kepalaku saat suara lain menyapaku.

"Nana."

Reno berbalik lalu bergeser sehingga aku bisa melihatnya, yang sebetulnya tanpa melihatpun aku tau dia yang datang. Dia berjalan mendekat sambil menatapku dan Reno bergantian. Dia langsung duduk di tepi ranjang menghadapku kemudian mengelus pelan kepalaku.

"Masih pusing?" aku mengangguk sambil tersenyum kemudian ingat kalau Reno masih ada di sini.

"Mas, ini Reno. Masih ingat temanku yang waktu itu ikut acara bazaar buku di Surabaya? Tadi dia yang tolongin aku." kataku menjelaskan.

Mas Ian mengangguk-angguk kemudian langsung berdiri mendekati Reno dan mengangsurkan tangannya.

"Terima kasih banyak ya Mas Reno udah tolong Ayu tadi. Kebetulan lagi di Bandung atau.."

"Kebetulan ada pekerjaan, saya tim legal dari Dharma Husada Surabaya." Mas Ian mengangguk. Reno mendekatiku kemudian menatapku, "ya udah, Yu, aku balik kerja ya. Makanannya langsung dimakan ya. Please, jangan lagi lupa minum vitamin. I was so worried." katanya sambil menggenggam pelan punggung tanganku yang kemudian membuatku tergugu.

Prognosa: Ad Bonamजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें