Tulisan tersebut mengeluarkan cahaya hijau kebiruan yang semakin lama semakin terang. Melihat hal itu Indonesia langsung berhenti, karena ia tidak mau cahaya hijau kebiruan itu menerangi seluruh kamar dan membuat orang kerajaan curiga. Dan sontak saja cahaya itu langsung menghilang dalam sekejap. Untung saja semua orang sudah tidur jadi tidak ada yang melihat cahaya nya.
.
.
.
.
.
.
.
Singkat cerita, pesta ulang tahun Malaysia sudah selesai dan Indonesia pulang kembali ke kerajaan nya. Ia berada di kerajaan Malaysia sekitar 5 hari, dan ketika pulang ia sengaja tidak menggunakan [teleport] supaya ia bisa terhindar dari latihan setidaknya untuk 2 hari. Tak apa duduk seharian sampai pegal, yang penting bisa bolos latihan.

Ketika ia sampai di kerajaan, seperti biasa ibunya menyambutnya. Indonesia juga menyampaikan salam dari keluarga Malaysia, dan membawa oleh-oleh dari sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari yang cerah seperti biasa. Indonesia sudah menyelesaikan seluruh agendanya hari itu. Sesudah makan siang dan beristirahat sejenak, ia hendak pergi ke suatu tempat.

Pada saat berjalan di lorong, Wijaya menghampiri nya dan bertanya.

"Yang mulia, anda mau kemana?" Tanya nya.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar. Jika aku memerlukan mu, aku akan menghubungi mu" balas Indonesia

"Baiklah kalau begitu yang mulia" Wijaya langsung mengerti dan ia pun pergi meninggalkan Indonesia. Ia tahu jika ia tetap mengikuti Indonesia, Indonesia hanya akan kabur dan meninggalkan Wijaya. Bahkan dulu pada saat Indonesia masih kecil, Indonesia kabur dari pengawasan orang tuanya dan pergi ke goa sendirian. Bahkan Indonesia saja kabur dari orang tuanya, bagaimana dengan Wijaya yang hanya pelayan? Makanya orang tua Indonesia sudah tidak heran lagi kalau anaknya ini berkeliaran sendirian.

Indonesia meninggalkan Keraton nya. Ia pergi ke sebuah hutan yang tak jauh dari Keraton. Disana ia mengeluarkan batu yang ia temukan di taman Malaysia. Ia kembali merapalkan mantra di batu tersebut.

Batu tersebut kembali bersinar, sinarnya sangat terang dan menyilaukan mata, untungnya Indonesia tidak terganggu dengan itu. Akhirnya Indonesia selesai. Ketika ia selesai merapal mantra nya, batu tersebut berubah menjadi sebuah kertas usang. Kertas tersebut berisi kalimat yang ditulis oleh aksara kuno yang sama, tetapi tulisan tersebut bukanlah mantra. Indonesia membutuhkan waktu untuk menerjemahkan kalimat tertulis tersebut.

Setelah diterjemahkan, diketahuilah isi dari kalimat tertulis tersebut.

"Dunia begitu luas, dunia yang diciptakan Sang Pencipta tiada terkira. Saking luasnya, bukan hanya kita yang menempati alam semesta ciptaan-Nya. Tidak ada yang tahu jika si baik akan tetap menjadi orang baik di semesta lain, tidak ada yang tahu si jahat akan tetap menjadi orang jahat di semesta lain, tidak ada yang tahu jika ada diri kita yang lain di semesta lain.

Namun kehidupan yang lain itu nyata. Kita tidak sendirian. Ada kehidupan lain di seberang kehidupan kita ini. Dan barang siapa yang menemukan ini akan diberi tahu kenyataan nya.

Matahari terbit dari timur. Seluruh kehidupan kita dimulai dari matahari terbit. Seberangi kehidupan kita dan berjalanlah ke sisi lainnya, maka engkau akan menemukan kehidupan yang lain disana"

Indonesia tidak mengerti dengan kalimat ini. Ini mirip seperti teka teki, entah siapa yang menulis teka teki ini.

"Apa maksudnya? Ini mengatakan kalau ada kehidupan lain di seberang kehidupan ini. Maka artinya apakah dunia lain itu benar adanya? Sepertinya teka teki di kalimat terakhir adalah petunjuk nya" ucap Indonesia. Ia berpikir keras untuk menjawab teka-teki tersebut.

"Matahari terbit dari timur. Seluruh kehidupan kita dimulai dari matahari terbit. Seberangi kehidupan kita dan berjalan di sisi lainnya, maka engkau akan menemukan kehidupan yang lain disana......hmmm..

Matahari terbit dari timur, kehidupan dimulai dari matahari terbit, seberangi dan berjalan ke sisi lainnya....sisi lainnya........

sisi lain dari timur adalah barat bukan?... Tunggu, itu dia! Barat! Jawabannya adalah barat! Kalimat ini mengatakan kalau dunia tersebut berada di barat!" Indonesia akhirnya menemukan jawaban teka teki tersebut.

Ia tak ingin membuang waktu dan ingin segera kesana. Ia merapalkan sebuah mantra, mantra keturunan keluarganya, sepasang sayap besar berwarna kuning keemasan muncul dari punggungnya. Indonesia terbang diantara pepohonan dengan sangat cepat. Dan juga ia menggunakan mata elangnya untuk melihat sesuatu. Ia sangat antusias, bahkan ia tidak pernah se-antusias ini sebelumnya.

Indonesia terbang lebih dari 30 menit, ia sudah tidak tahu ia berada dimana sekarang tetapi ia tidak peduli dan tetap pergi ke barat.

Sampailah ia ke tempat dimana pepohonan rindang itu sudah tidak ada, ia bukan lagi berada di hutan, melainkan ia ada di sebuah Padang rumput luas berwarna hijau cerah. Rumput-rumput disana panjang, seperti tidak ada orang yang menginjak rerumputan tersebut. Artinya tidak ada tanda-tanda manusia disini.

Indonesia berhenti terbang dan mendarat di rerumputan hijau tersebut. Rumput-rumput tersebut sangat asri, dan cukup luas.

"Tunggu...ini dimana?" Ucap Indonesia. Sepertinya ia baru sadar kalau ia tersesat. Tapi ia tidak terlalu peduli.

Indonesia tidak ingin membuang waktu lebih lama dan ia mengaktifkan sihir [limitless vision]. Sihir yang mirip seperti radar. Ia melihat dengan jarak pandangan tanpa titik buta jadi ia melihat 360° full.

Di pandangan nya, ia melihat ada sebuah batu. Ya, ia melihat batu lagi. Namun anehnya batu tersebut berbentuk seperti pintu/gerbang. Ada 2 batu yang berdiri tegak dan ada sebuah batu yang berbentuk horizontal bertumpu diatas 2 batu tersebut.

Indonesia langsung saja kesana dengan sihir andalannya. Dalam sekejap ia sampai disana. Di batu tersebut terdapat tulisan dari aksara kuno lagi. Tepat di bawah gerbang batu tersebut. Ada sebuah kertas usang dengan tulisan yang sama. Indonesia membacanya dengan seksama dan menerjemahkan nya.

"Wahai engkau yang datang kemari. Apa tujuanmu datang ke depan batu usang ini? Apakah engkau ingin menemukan jati dirimu disana? Atau menambah wawasan dan pengalaman di luar nalar? Apapun itu tolong, jangan sekali-kali berbuat jahat di tempat yang akan kau tuju. Jangan sampai kau membawa kehancuran untuk mereka

Gunakan darahmu. Sayat daging mu. Taruh darah dan daging mu di atas pintu batu ini dan selamat menempuh perjalanan baru mu"

Begitulah isi terjemahannya.

Indonesia langsung saja melakukan apa yang diperintahkan di kertas tersebut. Ia memanipulasi es menjadi runcing seperti pisau dan terbang ke atas batu dengan tinggi 4 meter itu.

Ia mulai menyayat daging lengan nya. Darah menyucur deras dari lengannya. Sepertinya itu sudah cukup. Indonesia menggunakan sihir [heal] dan ya, lukanya hilang seketika.

Namun ia tahu kalau 'portal' menuju dunia lain ini tidak akan bekerja se-sederhana itu. Ia harus mengeluarkan sihir yang cukup besar dan membaca mantra yang ada di batu tersebut.

Dan mulailah dia. Ia mengangkat tangannya ke depan. Membaca mantra lama tersebut.

Cahaya berwarna hijau kebiruan kembali muncul dari tulisan itu. Langit yang tadinya mulai mendung. Angin berhembus kencang, sangat kencang, meniup rambut merah Indonesia yang panjang. Sinar cerah yang menyilaukan mata muncul dari sela sela awan mendung dan menyinari batu tersebut. Mirip seperti cahaya yang turun dari surga.

Indonesia tidak berhenti membaca mantra nya. Malah ia membacanya lebih keras.

Seberkas sinar kembali muncul. Sinar putih. Muncul to tengah-tengah gerbang batu tersebut. Sinar itu semakin lama semakin terang, menelan tubuh Indonesia. Dan Indonesia menghilang seketika.

Ia berhasil.

Indonesia berhasil.

Ia pergi ke dunia lain.

















       

                              © Valerielynn31

Good Morning Mr. PrinceWhere stories live. Discover now