Chapter 1

984 85 6
                                    

Hari yang cerah yang tenang datang seperti biasa, burung burung bernyanyi dengan riang gembira, pohon-pohon bersantai menikmati sinar mentari pagi, rusa-rusa melompat-lompat mencari sarapan, para lebah dan kupu-kupu menyapa bunga-bunga untuk mengambil nektar manis mereka, serta awan yang tertatih-tatih bergerak di langit.

Di hari yang menenangkan itu, terlihat seorang pemuda tampan yang gagah dan tinggi, rambutnya lurus panjang berwarna merah cerah hingga menyentuh punggung, matanya yang tajam seperti mata elang, berwarna kuning keemasan menatap hijaunya tanaman sekitar, memakai pakaian sederhana namun terlihat mewah, aura nya terasa berbeda dari masyarakat biasa. siapapun yang melihatnya akan langsung tahu kalau dia bukanlah rakyat biasa.

Ia adalah sang pangeran penerus kerajaan, pangeran yang ditakdirkan menjadi seorang raja, Indonesia namanya.

Pemuda itu sedang menikmati pagi yang cerah di taman kerajaan yang luas nya seperti 6× lapangan bola, tentunya bukan hanya hewan-hewan itu saja yang ingin menikmati pagi yang cerah nan menenangkan itu.

Namun ketenangan sang pangeran berangsur-angsur hilang karena kedatangan seseorang. Seorang pria paruh baya yang bisa dibilang hampir menginjak usia lansia menghampiri nya. Hampir seluruh rambutnya ditutupi oleh uban, kumis yang panjang dan jenggot lebat menghiasi wajahnya.

"Pangeran" ucap seseorang yang mengganggu ketenangan sang pangeran dengan hormat.

Sang pangeran berbalik melihat orang tersebut, wajahnya yang tadi terlihat santai berubah menjadi wajah kesal seakan tahu apa maksud kedatangan orang tersebut. Ternyata orang yang memanggilnya adalah pelayan pribadi nya, orang yang mengurusnya sejak kecil, Wijaya namanya.

"Ada apa?" Balasnya dengan sangat singkat.

"Sekarang saatnya anda latihan Pangeran, tuan laksamana sudah menunggu anda" Ucapnya.

"Sekarang? Tapi sekarang baru jam setengah 8, bukankah pelatihan dimulai jam 9?" Tanya Indonesia.

"Ada percepatan jadwal Pangeran, karena sekitar jam 10 kita kedatangan seorang tamu" Jawab Wijaya.

"Siapa tamu tersebut?" Indonesia heran dengan tamu tersebut.

"Tamu tersebut adalah kaisar China yang mulia" Jawab Wijaya kepada Sang Pangeran. Indonesia sedikit terkejut dengan kedatangan China yang tiba-tiba.

"Tunggu, kalau memang ada tamu yang sepenting itu datang pagi-pagi, kenapa kita malah sibuk latihan? Bukankah kau harus membantu yang lain untuk mempersiapkan kedatangannya?" Indonesia protes dengan pernyataan Wijaya.

"Tugas saya hanya untuk mengurus anda Pangeran, kita hanya akan latihan 20 menit lalu bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Sang Kaisar. Anda tidak butuh waktu lama untuk bersiap-siap, beda dengan Yang Mulia Ratu--ibu--Pangeran. Jadi, sebaiknya anda cepat-cepat supaya kita bisa cepat selesai" ucap Wijaya dengan tenang. Indonesia hanya memasang wajah malasnya tanpa bisa melawan.

Tak lama kemudian, Indonesia berjalan ke tempat pelatihan dengan malas. Ia lebih memilih latihan daripada mendapat siraman rohani dari ibunda tercinta.
.
.
.
.
.
.
Sekitar jam 9, Indonesia sudah menyelesaikan latihannya, ia pun mandi dan bersiap-siap menyambut Kaisar China yang akan datang ke istana nya yang megah. Indonesia berjalan menyusuri lorong yang dilapisi keramik dan beberapa ornamen emas yang baru saja dibersihkan membuat lorong tersebut sangat mengkilap. Ketika ia berjalan, ia bertemu dengan ibu nya.

"Nusantara anakku sayang, apa kau sudah bersiap?" Tanya sang ibunda. Indonesia memang sering dipanggilkan Nusantara oleh kedua orang tuanya entah kenapa, mungkin karena dulu Indonesia berencana diberi nama Nusantara tetapi tidak jadi.

"Ya ibu, aku sudah bersiap" Jawab Indonesia dengan singkat.

"Baiklah kalau begitu, ayo cepat, kaisar China akan sampai sebentar lagi" ibu Indonesia berbalik badan dari hadapan Indonesia.

Good Morning Mr. PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang