15. Pernyataan

118 12 0
                                    

Sela tidak diijinkan keluar rumah karena insiden kemarin. Gadis itu di berikan cuti sampai orang yang mengincarnya di tangkap.
Atau paling tidak sampai keadaan kondusif.
Lee Jeno juga baru pulang dari rumah sakit dan sedang dalam masa pemulihan luka tembaknya.

Pagi ini Sela berniat membantu Jeno mengganti kasa di lukanya. Gadis itu mendatangi rumah Jeno pagi-pagi sekali.

"Sela sudah bangun? Hari ini cuti kan??" Jessica yang ada di dapur menatapnya perhatian.

Saat dia tau Sela dan Jeno terlibat insiden itu, Jessica lah yang paling panik. Dia mengkhawatirkan putra kesayangannya dan juga Sela.
Sela bahkan harus berulangkali mengatakan kalau dia tidak terluka tapi Jessica tetap memaksanya untuk check up.

"Iya tante. Mm.. Jeno nya masih tidur?" Sela menghampiri Jesicca di dapur.

"Iya sepertinya masih. Kenapa? "

"Sela mau membantu mengganti kasanya."

Jessica melirik tas peralatan yang biasa Sela bawa kerja.

"Ah... masuk saja ke kamarnya. Aku akan menyiapkan sarapan untuk kalian."

Sela mengangguk, tapi dia tak kunjung beranjak dari sana.

"Profesor Lee tidak dirumah? "

"Aahh... dia sedang ke bandara."

Sela menaikkan sebelah alisnya.

"Orang tuamu tidak memberi kabar? Mereka pulang dari italia hari ini." Pernyataan Jessica sangat mengejutkan.

Papanya pulang dari italy tapi sama sekali tidak memberi tau Sela? Apa-apaan itu?

"Kenapa Sela tidak diberitau ?"

"Kurasa dia hanya tidak mau kau keluar rumah sayang. Posisimu masih tidak aman."

'Huff..'

Sela menghela napas. Semua orang terlalu khawatir padanya. Ya Sela tau, berdiam di rumah memang lebih aman tapi sampai kapan?
Jika orang itu tidak tertangkap sampai tahun depan apa iya dia akan tetap berada di dalam rumah?
Rasanya tidak mungkin kan?

"Maaf, Sepertinya Sela banyak merepotkan disini."

"Hey.. jangan dipikirkan, papa Jeno dan papamu adalah teman baik, sudah sepantasnya kita saling membantu." Senyuman Jessica tidak pernah gagal membuat hati tenang. Wanita itu dengan hangat mengelus punggung Sela.

"Bangunin Jeno sana.." Lanjutnya kemudian.

Sela mengangguk dan berjalan ke lantai atas menuju kamar Jeno.
Suasana kamar lelaki itu gelap, itu artinya Jeno belum bangun.

Sela berjalan ke arah balkon untuk membuka gorden kamar agar cahaya matahari bisa masuk.

Sela lalu menoleh ke ranjang Jeno, menemukan lelaki itu tidur dengan posisi sembarangan bahkan setelah dia melakukan operasi pengangkatan proyektil peluru.

"Aish.. ceroboh sekali." Gumam Sela.

"Jeno.. bangun... kau tidak boleh tidur tengkurap.. Jen.." Sela menggoyangkan tubuh Jeno.

"Jeno.. nanti jahitannya terbuka.. Jen.." Sela mencubit pipi Jeno

" Sela mencubit pipi Jeno

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Mmh..."Jeno mengerang. Saat dia sedikit tersadar, rasa linu itu kembali merayapi area bahu kanannya.

"Aahh..." lelaki itu beralih posisi sambil meringis.

"Bagaimana bisa kau tidur seperti ini setelah operasi hmm..." Sela meletakkan tasnya di samping ranjang sementara gadis itu duduk di tepian ranjang.

"Kenapa kau disini???" Tanya Jeno dalam suara rendahnya. Lelaki itu duduk dengan mata masih mengantuk.

"Aku mau mengganti kasa di lukamu." Jelas Sela.

Jeno diam sesaat, seperti sedang mengumpulkan nyawa. Ketika matanya sudah benar-benar terbuka, Jeno mulai membuka pakaiannya dengan hati-hati.
Lengannya masih sakit untuk digerakkan dan itu menyulitkannya membuka baju.

"Biar kubantu." Kata Sela.

Dia berdiri di depan Jeno dan membuka satu persatu kancingnya.
Ini bukan pertama kalinya bagi Sela melihat bagian tubuh laki-laki, tapi entah kenapa saat membuka pakaian Jeno dia jadi berdebar.

Kain kasa penutup luka Jeno basah, dan ada sedikit darah yang keluar. Dan Sela kembali mengomel.

"Tuh kan.. berdarah lagi. Kalau kau tidak hati-hati ini akan infeksi."

Sela duduk di samping Jeno, posisinya berhadapan dengan lelaki itu.
Dia membuka kain kasa Jeno dengan hati-hati.
Sela sempat menghentikan gerakannya ketika Jeno meringis menahan ngilu dan perih di bekas lukanya.

"Sakit... " keluhnya.

"Badan berotot tapi tidak tahan sakit." Ledek Sela.

Jeno mendengus,

"Dokter jahat, tidak pengertian pada pasien."

"Pasienku jarang ada yang cerewet sepertimu." Sela mengoleskan iodin ke luka Jeno dan mendengar lelaki itu mengerang.

'Oh.. suaranya seksi sekali.' Batin Sela. Padahal Jeno sedang kesakitan. Bisa-bisanya dia memikirkan suara Jeno yang seksi.

"Karena pasienmu mayat semua." Jeno mendengus. Dia menatap bahunya yang ada bekas jahitan. Lalu memperhatikan bagaimana cara Sela menutup lukanya.

Tatapan Jeno yang sendu beralih pada wajah manis Sela yang sedang serius.
Wajah cantiknya begitu memikat, terutama bibir peach nya yang sedikit penuh. Ah.., Jeno lagi-lagi teringat akan ciumannya dengan Sela di roof top malam itu. Rasanya Jeno ingin melakukannya lagi setiap kali dia menatap bibir itu, sangat menggoda dan terasa candu.

"Berhenti melihatku atau kau akan terpesona padaku." Kata Sela.

"Sudah."

Sela menghentikan pergerakannya. Sedikit terkejut dengan jawaban Jeno dan membuat gadis itu tertarik untuk membalas tatapan Jeno. Dua iris legam itu sungguh menjerat, membuat Sela kesulitan untuk lepas darinya.

"Aku menyukaimu." Suara Jeno sangat pelan hampir terdengar seperti bisikan tapi Sela bisa mendengar itu dengan Jelas.

Sela berusaha untuk lepas dari tatapan Jeno dan tersenyum kaku untuk meredakan kecanggungannya sendiri.

"Jangan.. aku bukan gadis baik-baik." Sela memaksakan senyumannya lalu kembali fokus menempel plester ke atas kasa.

"Sudah." Sela memasukkan kembali peralatannya ke dalam tas. Jeno masih menatapnya. Satu tangannya menggenggam tangan Sela.

"Sela, aku serius."

"Jangan yah Jen. Aku terlalu berwarna buat kamu yang polos."


"

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Serendipity Next Door | LEE JENOHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin