1.9

2.8K 413 59
                                    

Belum END kok

────────────

"Kalau ingin bunuh diri, sebaiknya jangan mengajak orang lain, terlebih jika orang yang kau ajak adalah adik kesayanganku."

[Name] melirik lemah pada Wakasa yang berhasil datang tepat waktu dan menyelamatkan mereka berdua. Tangisannya tak dapat dia tahan lagi saat berada di pelukan Wakasa.

Sementara, sang Dewa datang terlambat karena harus mencari keberadaan Bonten. Untungnya dia datang tepat waktu bersama dengan Bonten, alhasil rencana bunuh diri Ai pun digagalkan oleh pria itu.

"Yang benar saja. Baru kutinggal sehari, dan kau sudah berbuat hal yang sangat bodoh?" Tanya Wakasa dengan dingin, menurunkan tubuh [Name] yang lemah di tanah, dan menutupi tubuh adiknya itu dengan jaketnya.

Pria itu berjalan mendekati Ai yang tubuhnya telah sepenuhnya terbakar karena ledakan tadi, "Untuk sekarang, nikmati luka bakar itu. Kau harus merasakan penderitaan lebih nantinya." Ujarnya dengan dingin.

"APA SALAHKU!!? KENAPA KAU MENGGAGALKAN RENCANAKU, BANGSAT!!!!"

"Yang benar saja? Kau tanya apa salahmu?" Tanya Wakasa dengan kekehan, seraya mencengkeram pipi Ai dengan kuat. "Asal kau tahu, aku sedang menahan diriku agar tidak mengubahmu menjadi anjing laut dan mengulitimu. Diamlah, jangan membuatku kesal."

Ai sudah tidak takut lagi, wanita itu menyunggingkan seringaian dan meludahi wajah Wakasa. "Lakukan!!! Aku tidak takut!! Rencanaku berjalan lancar!!! Jalang itu telah hancur, dan kau akan kehilangan anak yang kau sayangi itu!!!!!"

Hanya dengan satu gerakan tangan, kaki milik Ai secara tiba-tiba menyatu dan hampir berubah menjadi sebuah ekor anjing laut. Sebuah pedang muncul dari tangannya, dan dengan kejamnya Wakasa membelah kaki yang telah menjadi satu itu agar berpisah kembali.

Teriakan dan tangisan memilukan Ai terdengar dengan sangat jelas di malam yang dingin itu. Bahkan [Name] masih dapat mendengar teriakan itu, bahkan ketika telinganya telah ditutup oleh Kokonoi.

"Perhatikan ucapanmu." Titahnya dengan dingin. "Siapa yang kau bilang jalang, jalang?"

"SHIN!! KAU BISA MENDENGARKU!?"

"Dia bisa mendengarmu, hanya saja dia tidak dapat menjawabmu." Ujar Wakasa mendekati Mikey, menepuk pelan pundak pria itu agar dia sedikit tenang. "Kau tahu bukan dia sama saja seperti istrimu? Dia tidak akan mati hanya karena hal kecil ini."

"Aku tidak mengerti kenapa kau mengatakan ini hal kecil, saat otak Sano-san keluar dari kepalanya..." Ujar Ran sedikit bergidik ngeri.

Wakasa menyentuh dada Shinchiro, tepatnya bagian dimana benjolan milik Shinchiro ditusuk oleh Ai. Kemudian tubuh Shinchiro bersinar dengan sangat terang dan menjadi sebuah bola kristal.

"Aku akan membawanya ke laut supaya dia pulih. Sebaiknya kalian ucapkan hal yang ingin kalian katakan pada [Name], sebelum dia pergi selamanya."

[Name] yang berada dalam pangkuan dan pelukan Kakucho, hanya dapat menatap penuh sedih saat Mikey serta Ran berlari ke arahnya dengan raut wajah khawatir. Tidak hanya itu, ini pertama kalinya dia melihat kedua orang itu menangis.

Tidak hanya Mikey dan Ran yang menangis, keempat suaminya yang lain juga menangis, dan mereka sangat khawatir dengan keadaan [Name]. 

Sedikit melegakan baginya, namun juga menyesakkan.

"Maaf kami datang terlambat..."

"Maaf kami gagal melindungimu..."

"Maaf karena telah meninggalkanmu sendirian... tolong jangan pergi....."

6 Husband [Bonten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang