1.1

3.4K 600 83
                                    

❝Sampah❞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Sampah❞

────────────

[Name] meregangkan ototnya, menatap puas pada lukisan yang telah selesai dia buat. Lukisan Emma bersama dengan Draken, kekasih dari adik iparnya sekaligus sahabatnya itu.

Wanita itu berencana untuk memberi lukisan itu sebagai hadiah pertunangan sahabatnya itu nanti malam. Karena dia tidak memiliki uang yang banyak untuk membeli sebuah hadiah bagi keduanya.

Sebenarnya ada, karena keenam suaminya memberinya kartu hitam padanya. [Name] memegang 6 kartu hitam yang berasal dari suaminya, dan 2 yang berasal dari Wakasa. Hanya saja, [Name] enggan menggunakannya.

"Apakah aku harus memberinya hal lain?" Gumamnya bermonolog. "Tapi aku tidak tahu cocoknya memberi apa..."

"Emma dan Draken pasti memiliki segalanya..." Ujarnya menatap lukisan yang dia buat. "Memberi hadiah orang yang sudah kaya memang sangat sulit..."

"Meminta saran pada Senju juga percuma..."

"Kau berikan saja baju yang sexy pada Emma! Atau kau berikan saja pengaman— "

[Name] segera menggelengkan kepalanya, berusaha menghapus suara Senju yang menggema di kepalanya. Wajahnya memerah mengingat hal tersebut, memang sahabatnya itu tidak dapat dipercaya sama sekali jika berhubungan dengan hadiah.

Ponselnya berdering, membuat wanita itu hampir saja menjatuhkan palete yang dipenuhi dengan cat itu ke lukisannya. Jika saja lukisan tersebut hancur, mungkin [Name] akan menangis seharian penuh karena terlalu lelah untuk membuat ulang.

"Eh? [Twins Name]? Moshi-moshi?"

"Anak nakal! Kau melupakanku setelah menikah!?" [Name] menjauhkan ponsel dari telinganya, supaya teriakan kembarannya itu tidak membuat telinganya menjadi budeg.

"Maafkan aku... bukannya lupa, hanya saja ada banyak hal yang harus aku urus." Seperti menyingkirkan Ai, lanjutnya dalam hatinya.

"Apakah urusanmu itu lebih penting dari keluargamu?"

"Baiklah, maafkan aku..."

"Bercanda!" Ujarnya dengan kekehan. "Ternyata kau masih saja canggung denganku ya..."

[Name] memejamkan matanya, mengingat kapan terakhir kali mereka bertemu. Sudah sangat lama, baik kembarannya maupun Ayahnya belum kembali ke Jepang juga semenjak kematian Ibunya. Komunikasi yang selama ini mereka lakukan hanya bertukar pesan, dan sesekali menelfon.

Namun, mungkin karena mereka adalah anak kembar, mereka tetap bisa merasakan perasaan satu sama lain meski hanya mendengar suara saja. Hal canggung seperti ini, hanya sering terjadi beberapa kali saja.

6 Husband [Bonten]Where stories live. Discover now