1.4

3.1K 508 46
                                    

❝Aku lelah❞

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

❝Aku lelah❞

────────────

"A-ah... mereka benar-benar melakukan itu?"

"Aku puas sekali melihatnya! Meski sebenarnya kurang kejam!"

[Name] menutup mulutnya dengan tangan, masih merasa sedikit syok saat melihat foto yang dikirimkan Takeomi pada Senju. Foto Ai yang mata kirinya telah tiada dan juga tangan kirinya yang telah tiada juga. 

Sedikit merasa bersalah, namun dibalik tangan itu, [Name] tersenyum lega. Dengan melihat keadaan Ai yang sekarang tidak baik-baik saja, sudah membuktikan jika sebenarnya suami-suaminya itu peduli padanya, hanya saja mereka tidak pandai mengungkapkannya secara langsung.

Senju melirik pada [Name] yang tampak bahagia. Sepertinya keputusannya tepat membawa sahabatnya itu ke pantai, sebelum dia bertemu dengan Ayah dan kembarannya. 

[Name] tampak menikmati suasana pantai, meski panas cukup menyengat. Senju juga tidak perlu khawatir, sebab separuh kaki [Name] telah terendam air pantai.

"Besok aku akan mengajak Tou-san dan [Twins Name] kemari." Ujarnya dengan binar bahagia. "Mereka harus merasakan sejuknya tempat ini."

"Aku senang melihatmu kembali bahagia. Teruslah seperti ini, lupakan suami sialanmu, dan buat mereka menyesal."

[Name] menunduk, mengambil sebuah kerang dan juga air pantai. "Mustahil Senju, mereka tidak akan pernah menyesal." Ujarnya tersenyum tipis.

"Sejak di bangku SMP, mereka terbiasa melakukan kejahatan bahkan tidak segan-segan membunuh orang lain. Seorang kriminal yang hatinya telah mati tidak akan pernah merasa menyesal." Karena di kehidupanku sebelumnya juga, mereka tidak pernah menyesal, lanjutnya dalam hati.

"Aku tak menyangkalnya. Kau benar." Senju mengangguk setuju. "Semenjak mereka memutuskan untuk membunuh manusia, saat itu pula mereka membunuh empati mereka. Bahkan pada keluarganya sendiri, mereka tidak memiliki perasaan apapun."

"Oleh karena itulah, Sanzu memukul kepalaku dengan besi saat kita di bangku SMA."

[Name] hanya mampu tersenyum tipis, dia tidak mengharapkan jika Bonten akan menyesal karena telah menyia-nyiakan dirinya. Tepatnya dia tidak mau berharap pada suatu hal yang kemungkinannya sangat kecil atau menyentuh kata mustahil.

Mereka saja berani melakukan hal keji pada Ai, yang merupakan satu-satunya wanita terdekat mereka sejak masih di bangku sekolah, dan mereka melakukan hal itu tanpa ragu. Terlihat juga keenamnya tak merasa menyesal setelah melakukan itu, jadi [Name] tidak ingin terlalu berharap.

"Jika saja nanti aku menghilang, aku hanya berharap mereka kehilangan jari manis mereka saja, supaya mereka tidak bisa menikah lagi!"

"Permohonan yang sangat naif dan konyol." Tutur Senju. "Tanpa jari manis pun, mereka masih dapat menikah jika mereka mau."

6 Husband [Bonten]Kde žijí příběhy. Začni objevovat