"Weh benar hilang? Asiiik nggak ada tugas!" Balas Darma di belakang, semua tampaknya juga ikut senang mendengar kabar itu. Pasalnya mereka tahu flashdisk berwarna hitam itu adalah tempat bu Amel menyimpan bencana untuk mereka.

"Serius guys! Ada yang lihat nggak? Bu Amel nyuruh gue ngeprint tugas," ujar Rio lagi, ia sangat panik.

"Udah sih Yo, bilang aja hilang ketelan Gean," balas Dewa memberi saran.

"Lah kok gue? Nanti gue di tunggin pas berak sama bu Amel gara-gara flashdisk doang," ujar Gean mengundang tawa seisi kelas.

Rio berdecak kesal, anggota kelasnya sama sekali tidak membantu.

"Coba lo kasih pengumuman, siapa yang nemu flashdisk bu Amel lo traktir bakso atau soto gitu," Alingga memberi saran sambil berjalan mendekat pada Rio.

Rio yang sudah kalut menerima saran Alingga, ia menepuk tangannya agar kelas berhenti sebentar dari kebisingan. "Yang nemu flashdisk bu Amel gue traktir bakso di kantin nanti!" Teriak Rio.

Tapi tidak satupun menjawab, mereka sepertinya memang tidak melihat benda kecil itu.

"Coba di tambah sama es tehnya sekalian," kata Alingga lagi.

Rio kembali menurut. "Yang nemu flashdisk bu Amel gue traktir bakso plus es teh di kantin! Siapapun itu, sama teman-temannya juga gue traktir deh! Buruan bantu guys!" Rio berteriak frustasi.

Alingga mengangkat tangannya. "Ini flashdisknya?" Tanya Alingga memberikan benda kecil itu pada Rio.

Ria terperengah sesaat.

"5 bakso sama 5 es teh Yo, jangan lupa!" Lanjut Alingga sambil menyengir.

"Anjing lo Lingga!"

Kelas sudah bubar sejak 5 menit lalu, sebagian murid sudah seperti burung yang baru saja di lepas dari kandang, mereka merasa bebas dan pergi berlarian di koridor sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kelas sudah bubar sejak 5 menit lalu, sebagian murid sudah seperti burung yang baru saja di lepas dari kandang, mereka merasa bebas dan pergi berlarian di koridor sekolah.

Alingga berdiri di tengah-tengah pintu kelas, ia merentangkan kedua kaki dan kedua tangannya hingga menutupi jalan. Matanya diam-diam melirik Lyana yang masih sibuk membereskan buku-bukunya setelah tadi sempat mengamuk karena mejanya kotor dan Lyana harus membersihkannya sendiri.

"Minggir," kata Alitha yang sudah akan keluar.

Alingga mengangguk, ia membuka tangannya dan membiarkan Alitha lewat begitu saja, namun saat melihat gadis yang berada di belakang Alitha, Alingga buru-buru kembali menutup jalan.

"Awas!" Ketus Lyana.

Alingga menggeleng, makin melebarkan kedua kakinya. "Pakai pasword kalau mau keluar," katanya dengan tengil.

"Apasih!"

"Pakai pasword budeg!"

Lyana mendengus, lubang hidungnya kembang kempis menatap wajah menyebalkan Alingga. "Awas Lingga, gue mau pulang!"

ALINGGA (Completed)Where stories live. Discover now