BAB 45 KEHILANGAN

Start from the beginning
                                    

Trisha menatap Dito kemudian berlari memeluk tubuh lelaki yang selalu memberinya tambahan luka setiap hari, Trisha sadar Dito marah selalu atas dasar kesalahannya. Trisha sadar ketika ia pulang terlambat kesalahan berasal darinya, ketika Trisha tak memasak sarapan atau makan malam kesalahan juga berasal darinya, Trisha mungkin kesal dengan perlakuan Dito yang sangat keras padanya tapi Trisha tahu betul setelah memukuli Trisha maka akan selalu ada luka di tubuh kekar itu sebagai balasannya yang ia dapat dari dirinya sendiri. Meski Dito menyayanginya dengan luka-luka Trisha sangat sadar Dito peduli padanya.

"Bilang semua itu bohong, Pa? Trisha anak papa kan, pa? Trisha tahu Trisha sering melanggar aturan papa, Trisha tahu Trisha banyak salah tapi Trisha nggak mau ikut sama Mama, pa. Dia udah nyakitin kita, Trish—"

"Semua yang ibumu katakan itu benar," potong Dito memejamkan mata hingga berair.

Kalian tahu bagaimana rasanya dihancurkan oleh keadaan, dilukai oleh semesta dan dihajar oleh kenyataan? Seperti itulah perasaan Trisha saat ini. Ketika ia memaklumi rasa sakit yang ia terima ternyata ia ditampar oleh fakta bahwa pemakluman yang ia berikan tak berarti apa-apa.

Selama ini Trisha telah dibodohi oleh dusta, mengira bahwa ayahnya kasar karena ibunya berselingkuh tapi ternyata faktanya bagaimana mungkin Dito menyayangi seorang anak yang bukan anaknya sendiri? Haruskah ia rawat anak yang entah siapa bapaknya ini? Trisha terisak, tubuhnya lunglai sampai kembali terduduk dengan rapuh.

"Mama kenapa lakuin ini sama Trisha? Kenapa mama tega! Menjadi anak yang tak dipedulikan itu sangat menyakitkan lalu sekarang apalagi, Ma? Apalagi yang mama sembunyikan? Trisha jijik sama diri Trisha sendiri, Trisha muak sama mama! Kenapa, Ma? Kenapa baru kasitau sekarang? Kenapa, mama malu punya anak haram seperti Trisha?!" bentaknya kalap.

Mira memeluk Trisha meski anaknya memberontak keras.

"Nggak, bukan seperti itu. Kamu harus dengerin Mama—"

"Kenapa Trisha harus dengerin Mama? Kenapa? Mama aja nggak pernah dengerin Trisha kan?"

Dengan sekuat tenanga ia mendorong Mira sampai melepas pelukannya.

"TRISHA!"

Trisha berlari membiarkan kakinya yang tak beralas itu menginjak beberapa beling yang berserak di lantai. Hatinya terlanjur perih, ia kecewa dengan keadaan. Semua terlalu rusak untuk diperbaiki.

Sampai di depan pintu Trisha tak sengaja menabrak tubuh besar yang sangat ia kenal, wajah yang sama. Trisha sangat ingat bagaimana Barra menatapnya dengan sorot jijik, menghinanya bahkan mengatakan kata-kata yang tak pantas ia dengar. Semua itu karena lelaki di hadapannya sekarang, Handi.

Trisha menggeleng, bibirnya tertarik sinis dengan sorot tajam.

"Trisha?" panggil Handi dengan suara berat.

"Mas Handi?" lirih Mira ketika berhasil mengejar putrinya.

"Mira, apakah dia putriku?" tanya Handi pelan.

Untuk sejenak, Trisha merasa pasokan oksigen terhenti masuk ke dalam paru-parunya. Ia sesak. Trisha menggeleng kuat mengusir berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi namun harapannya kembali patah ketika Mira mengangguk pada lelaki itu.

Sekali lagi fakta muncul dan samasekali tak mampu ia tepis, Trisha menggeleng kuat bahkan ia berjalan mundur dengan tatapan tak percaya. Sangat meyakinkan, mengapa semua orang bekerjasama membuatnya terlihat sangat menyedihkan? Banyak pertanyaan muncul di kepalanya namun di sisi lain Trisha juga takut akan jawabannya, ia takut jawaban hanya akan membuatnya semakin terlihat menyedihkan.

"NGGAK! NGGAK MUNGKIN!" tolak Trisha berteriak tak terima.

"Mama bisa jelasin semuanya, Sha—"

"Nggak ada yang perlu dijelasin, papa Trisha cuma papa Dito nggak ada yang lain!"

TOXIC RELATIONSHIT [END]Where stories live. Discover now