BAB WAKTU KESEBELAS

Start from the beginning
                                    

Dan Taruna menemukan kunci itu diantara butir pasir vas bunga meja makan. Taruna tersenyum tipis. Ia bisa merasakan Lima tersenyum puas.

Sejak kemarin Taruna membiarkan dirinya menerima kembali keberadaan Lima dalam hidupnya.

Selama ini ia terus berusaha membuang semua memorinya tentang gadis kecil yang memikat hatinya sejak kedatangannya pada suatu sore yang teduh.

Suatu sore dimana seorang gadis kecil yang memegang tangan mama dengan erat, dengan mata besar yang mengamati mereka semua, dan ketika mata mereka bertemu, Taruna tau jika ia akan terikat dengan gadis kecil itu. Terbukti  ketika mama mendorong Lima perlahan maju, Lima memilih melangkah ke arah Taruna dan menggenggam tangannya sangat erat.

Ia membiarkan dirinya membuka semua memori tentang Lima.

Dan hal itu tidak sulit, begitu ia membuka hatinya semua kenangan itu membanjiri pikirannya.

Dan rasanya lebih baik, tak lagi sesak seperti dulu. Hatinya mulai melunak.

Taruna memasukkan anak kunci itu perlahan, tanpa sadar ia menahan nafas menanti apa yang ia temukan dibalik pintu itu.

Aroma khas Lima menyambut kehadirannya.

Kamar itu terlihat terang.

Tirai jendela kamar terlihat dibiarkan terbuka menyisakan tirai putih tipis yang menyebabkan sinar matahari pagi masuk dengan bebas.

Taruna memandang seputar kamar itu dan ia merasa terhisap kembali ke masa lalu. Kamar itu persis seperti kamar Lima yang ada di rumah mereka.

Semua persis sama, tempat tidur, lemari, lukisan didinding, foto foto semua sama.

Senyum getir muncul dibibirnya, ketika dirinya melihat disudut tempat tidur Lima, ada sebuah boneka anjing besar berwarna coklat yang ia berikan saat Lima berulang tahun yang keduabelas. Boneka itu masih menjadi boneka favorit yang menemani tidurnya, bahkan hingga saat ini..

Matanya menatap nakas disisi tempat tidur, lampu tidur yang mereka beli di malioboro masih dalam kondisi baik, miniatur miniatur oleh oleh dari berbagai tempat yang mereka kunjungi bersama masih tersusun rapi.

Hanya ada satu yang berbeda, kini ada Foto pernikahan mereka dalam bingkai perak.

Hati Taruna kembali perih. Satu kesadaran yang Taruna mulai mengerti bahwa Lima tak menganggap pernikahan ini hanya sekedar status.

Taruna mendekati tempat tidur dan duduk didekat nakas yang terdapat foto pernikahan mereka. Taruna meraih pigura cantik itu.

Senyum Lima sempurna, ada bahagia terpancar disana. Berbeda dengan dirinya yang terlihat tersenyum kaku dengan mata yang menyiratkan kekecewaan.

Selama hampir enam tahun mereka menikah, tak pernah sedikitpun Taruna memperhatikan Lima. Ia tidak peduli, karena setiap hari ia membangun kebencian dan kemarahan.

Hatinya kembali perih, membayangkan seperti apa kehidupan Lima selama ini. Mereka sama sama terluka. Bedanya, Lima menjalani ya dengan tabah sedangkan dirinya memupuk dendam.

Matanya melihat sebuah buku sketsa disebuah laci yang terbuka. Ia kembali diserang kenangan lama, ia kenal buku sketsa itu karena ia yang membelikannya untuk Lima.

Buku itu dibelikannya saat mama memanggil guru privat melukis untuk Lima. Mama melihat bakat Lima dan mendukungnya.

Perlahan diambilnya buku itu.dan membukanya dengan perlahan. Seperti membuka album lama. Dimulai dari Sketsa sederhana seekor kupu kupu, lalu bunga, pemandangan, gedung...wajah...

Taruna mengerutkan Keningnya, ia mengenal wajah ini...kemudian ia membalik lagi dan seterusnya sampai Taruna sadar jika itu adalah wajahnya. Semakin lama semakin mahir dan halus.

MEMINJAM WAKTUWhere stories live. Discover now