10 : Adik Yang Baik (2)

Start from the beginning
                                    

Lalu Changbin berbisik pada Lino. "Siapa sih namanya, Hyung?" tanya Changbin penasaran.

Lino diam sejenak, ia sudah diberitahu oleh Namjoon nama anak itu. Dan dengan yakin, Lino menjawab. "Hyunjin, namanya."

...

Dan pada kenyataannya, Hyunjin memang tidak bisa meninggalkan Chris seorang diri di kamar. Chris kembali istirahat setelah makan beberapa sendok bubur dan minum obatnya. Pria yang berstatus sebagai kakak tertua itu kini tertidur dengan tenang. Hyunjin duduk di depan pintu kamar Chris dengan buku materi di atas pahanya, membaca materi dengan seksama, ia memunggungi Chris yang sedang tertidur dengan deru nafas yang tenang. Di dahinya tertempel sebuah plester penurun demam dengan gambar bayi disana. Jangan salahkan Hyunjin, ia hanya bingung mau membeli dimana. Karena yang tersedia di rumah hanya itu, jadi ia pakai saja untuk Chris.

Hyunjin menoleh ke belakang, memastikan Chris masih tertidur dengan tenang. Setelah itu ia kembali membaca materi sambil sesekali mengisi soal. Ia bahkan tidak memperdulikan layar ponsel di dalam kamar yang menyala karena isi chat grupnya yang berisi Soobin dan Jeno.

"Aduh, aku masih tidak mengerti yang ini... apa harus tanya Changbin-Hyung saja ya?" Hyunjin bermonolog lalu menggarukkan kepalanya.

Ketika mendengar suara lenguhan, Hyunjin berbalik dan melihat Chris yang kesulitan untuk duduk diatas kasur. Mungkin karena pusing yang masih mendera. Lantas Hyunjin berdiri dan membantu Chris. Pria itu diam saja, ucapan tajamnya masih belum keluar.

"Butuh sesuatu, Hyung? Kau haus? Ingin yang hangat-hangat atau yang manis-manis?" pertanyaan bertubi-tubi tentang kekhawatiran Hyunjin membuat Chris geli.

Chris diam. Egonya masih tinggi kalau soal ini. Ia hanya menggeleng pelan lalu melepas plester penurun panas yang menurutnya sangat mengganggu itu. Dahinya berkerut tatkala melihat gambar di plester penurun panas itu. "Bayi?"

Hyunjin terkekeh malu. "Aku bingung mencarinya dimana lagi, Hyung. Itu milik Ayen saat sakit kemarin."

Chris tidak meresponnya. Terlalu sulit membuat ekspresi karena pening yang mendera. Ah, sial, ini mungkin karena ia terlalu tertekan dengan pekerjaannya dan juga terlalu sering merindu berat pada sang Ibu yang sudah damai diatas sana.

"Apa yang dirasa, Hyung?" Hyunjin meraih kursi dan memerhatikan Chris yang sedang memejamkan kedua matanya.

Chris menggeleng pelan. Ia masih enggan menjawab sepatah kata pun pada Hyunjin. Mungkin ia merasa malu karena sudah sering menyakiti Hyunjin dengan kalimatnya yang cukup tajam, tetapi Hyunjin masih memeperlakukannya dengan baik. Jika ada Ibunya disini, mungkin Chris sudah di jewer telinganya.

"Hyung..." Hyunjin memanggil. Meski menutup mata, Chris merespon Hyunjin dalam diam. "Maaf kalau selama ini aku sering membuatmu marah, kesal, bahkan kecewa padaku," Hyunjin menarik napas lagi. Ia bahkan sudah menurunkan egonya demi membuat Chris meresponnya. "Aku ingin melakukan semuanya yang terbaik. Semua itu tidak mudah, Hyung ... aku belum pernah cerita pada siapapun ... tapi, aku meragu kalau aku akan lulus dengan nilai terbaik. Begitu banyak materi yang sulit masuk ke otakku. Setiap malam setelah selesai belajar, aku selalu bertanya pada diri sendiri 'Apakah aku bisa mengerjakannya nanti? Apa aku akan lulus? Bagaimana kalau ternyata aku tidak lulus? Apa materi tadi benar-benar masuk ke otakku?' setiap malam pertanyaan itu masuk ke kepala tanpa aba-aba. Aku takut jika semuanya tidak berjalan sesuai ekspetasiku, Hyung..."

Hyunjin tetap bercerita. Masa bodo jika Chris tertidur atau apalah. Hyunjin hanya ingin curhat saja. Tanpa dibalas pun ia tidak apa. Namun perkiraan Hyunjin salah, ternyata Chris membalas ucapannya yang penuh ketakutan itu. Ia berusa menghancurkan tembok yang menjulang tinggi yang dibangun oleh Chris.

Brothers - SKZ x BTSWhere stories live. Discover now