Lina tidak menjawab. Pandangannya beralih menatap kebawah. Kini pikirannya kembali kacau. Ia bingung harus bagaimana sekarang.

Sadar dengan apa yang diucapkan, Reza kembali merangkul pundak Lina sehingga membuat gadis itu menoleh—terkejut dengan perlakuan sederhana Reza.

Reza mengalihkan pandangan ke sembarang arah, "keluarin aja semuanya. Gue bakalan siap jadi sandaran lo."

Tanpa sadar air mata Lina luruh dari pelupuk matanya, ia tidak tahu ini air mata kesedihan atau air mata bahagia karena Reza mulai perhatian dengannya walaupun pria itu sedikit kaku setidaknya Reza sekarang mulai peduli padanya.

Pelan-pelan Lina menyandarkan kepalanya di bahu lebar Reza. Bersamaan dengan hujan Lina terus menangis dalam diam. Tidak peduli sebanyak apa air mata yang mengalir di pipinya. Semuanya keluar begitu saja.

Reza mengelus Surai hitam nan panjang Lina dengan lembut, "Mulai sekarang gue bakalan selalu ada buat lo."

༺♥༻

Di kantin. Eva dan Lina sedang mengantri untuk membeli makanan. Lalu dimana Nara? Gadis itu sedang malas ke kantin dan lebih memilih untuk menetapkan di dalam kelas. Entah karena apa moodnya hari ini bisa dikatakan kurang bagus.

"DORR!!"

Ethan menepuk pundak Eva dari belakang sehingga membuat gadis itu terlonjak kaget.

Tak hanya Eva saja. Lina juga ikut kaget karena suara Ethan terbilang cukup keras dan mengejutkan.

"Ishh! Bikin kaget aja!" Eva mengangkat telapak tangan hendak ingin menampar muka Ethan yang menjengkelkan.

"Eitss.. sloww mbak sloww. Tenang ya tenang." Ucap Ethan takut sembari mengangkat kedua tangan cepat sehingga Eva mengurungkan niatnya untuk menampar pria itu.

Teman-teman yang lain pada sibuk memerhatikan perdebatan mereka. Seperti yang mereka tahu. Eva lah yang selalu mengalah dalam setiap hal perdebatan. Karena Eva tau jika semakin dilawan maka ia akan tersudutkan, untuk itu ia memilih untuk mengalah saja.

"Nara dimana?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Kelvin yang sedari tadi tidak melihat keberadaan sahabatnya.

"Tauu. cewek gue kok tumben gak ngantin sama lo, Va. Biasanya kemana-mana sama lo mulu kek anak kembar. Sekarang dimana dia?" Sahut Ethan langsung mendapat jitakan mulus dari Ardan.

"Enak aja manggilnya 'cewek gue'. Emang dah yakin lo kalo Nara suka sama lo?" Cibir Ardan jengkel.

"Enggak yakin sih. Tapi Nara tetap bahagia kalau gue ada di samping dia. Eaaa."

"Basi. Anjirr." Ucap Ardan disertai dengan tawa.

"Yeuu daripada lo ngodein dia tapi dia nya kagak peka. Percuma bos." Sindir Ethan tidak mau kalah.

Eva melirik ke arah mereka berdua sekilas. Ia dan Lina memilih untuk menghiraukan percakapan antara kedua makhluk itu.

"Bukan dia yang tidak peka tapi gue yang terlalu berharap." Ucap Ardan yang membuat ketiga temannya jadi bersimpati. Jadi kebingungan dengan maksud ucapannya. Sebenarnya Ethan sendiri tidak tahu di tujukan ke siapa ucapan Ardan barusan. Tadinya ia hanya asal ngomong saja karena selama bertahun-tahun sahabatan dengan Ardan ia tidak pernah melihat Ardan berpacaran.

"Siapa?"

"Bukan siapa-siapa. Gue asal ngomong."

"Va. Nara dimana?" Tanya Kelvin mulai khawatir karena dari tadi bukan jawaban yang Eva berikan.

Eva menoleh kearah Kelvin, "Nara lagi di kelas. Tadi katanya sih lagi gak enak badan," ucap Eva sambil mengambil roti serta air mineral untuk Nara, "Maunya gue anterin ke UKS tapi dia kekeh mau diem di kelas."

KELVINARWhere stories live. Discover now