penghujung cinta

Mulai dari awal
                                    

Rasanya tenang dan bahagia, saat Ibu melihat anak dan menantunya sedang bercanda didepannya. Apalagi yang orang tua inginkan selain kebahagiaan anak-anaknya. Rasa rindu juga sudah pasti ditunjukkan untuk almarhum suaminya "Alhamdulillah Ajeng bahagia sama Mahesa. Bapak juga bahagia ya disana, tunggu Ibu. Sebentar lagi kita punya cucu, Ibu mau nemenin Ajeng sama Wildan disini" Batinnya

"Ini gimana? Susah Jeng, wes ah aku nyerah" Mahesa meletakkan hasil anyaman ketupatnya yang gagal, disusul kekehan Ajeng "idih nyerah gitu aja"

Suara gelak tawa terdengar. seperti biasa, Wildan dan Rifki keduanya saling bercanda, yang bontot menenteng kembang api ukuran besar lalu berjalan menghampiri Ibu dan yang lainnya

"Mas, dinyalain sekarang aja ya" Kata Rifki ke Wildan, merogoh saku mengambil korek api disana "kok dibolehin beli kembang api sama Ayahmu Ki?" Tanya Ajeng, anak itu malah cengengesan "yang beli mas Wildan hehe" Jawabnya

Dengan cepat Wildan langsung menujukan dua jarinya ke Ibu "sekali-kali ya Bu" Katanya takut², padahal yang ngasih duit lagi pura-pura gak tau apapa, Mahesa sok sibuk lagi mau bikin ketupat, Ajeng melirik kesebelah

"uang saku Wildan mana mungkin masih nyisa, kamu kan yang ngasih duit buat beli kembang api?" Mendengar itu gantian Mahesa yang sekarang lagi cengengesan

Akhirnya malam dengan gema takbir itu menyumbangkan kebahagiaan full, Ajeng menggamit lengan Ibu sambil tersenyum melihat antusiasnya Mahesa bersama adik dan beberapa anak tetangga yang ikutan melihat keindahan kembang api dilangit malam 1 Syawal

_______

Mahesa hampir lupa bagaimana rasanya bersama orang tua, tapi dirinya sejak dulu tak pernah berlarut dalam rasa kesedihan yang teramat dalam, semuanya ada batasannya. Rasa sakit terlalu dalam juga bakal menjadikan boomerang bagi pemilik hati itu sendiri

Selama Nenek selalu di sampingnya, dirinya sudah cukup merasa dilimpahkan kasih sayang, apalagi dikelilingi oleh orang-orang baik, mendapatkan kasih sayang seorang Ibu dari sosok ibunya Ajeng padanya, juga para sahabat yang begitu pengertian dalam segala hal

Begitu juga dengan Ajeng, bersahabat dengan Mahesa sejak dulu juga membuatnya menaruh harapan, saat dirinya begitu kalut dalam beberapa hal, Mahesa lah yang datang padanya memberikan dukungan, dan sekarang dirinya bisa membagi apapun itu dengan Mahesa tanpa rasa sungkan, semuanya menjadi lebih indah saat keduanya melangkah dengan tujuan yang sama dalam ikatan keluarga

Selesai melaksanakan sholat Ied, mereka memilih berkunjung ke pemakaman. sebelumnya Mahesa pernah datang ke makam bapaknya Ajeng, sebelum dia membulatkan tekad untuk mengkhitbah Ajeng saat itu, dirinya terlebih dulu meminta restu, dengan berziarah ke makam orangtuanya dan almarhum bapaknya Ajeng

Ibu mengusap nisan dengan pelan, memandang makam itu dengan tatapan rindu, sedangkan Wildan lebih memilih membuka buku yaasin nya dengan bahu tegar, dan Ajeng yang bersimpuh disamping Mahesa

Tak tau persis rupa ayahnya secara langsung, Wildan yang sebenarnya merasa begitu sesak. Kenangan manis dirinya masa kecil sudah pasti tak bisa diingat. namun satu hal yang diyakininya, dirinya tau Bapak pasti sangat menyayanginya

Lantunan bacaan doa menjadi sebuah hadiah di hari kemenangan ini, lalu Ajeng yang sempat bergumam seolah menceritakan apapun dengan bapaknya, bahunya diusap Mahesa, sedangkan Wildan mati-matian menahan tangis, dan ibu yang terlihat begitu tegar menyunggingkan sebuah senyuman tulus disana

Setelah itu semuanya beranjak, menuju makam yang letaknya tak jauh dari tempat sebelumnya, tepat 3 makam berjejer disana.

Dengan mata berkaca-kaca Mahesa memberi ucapan salam, lalu duduk bersimpuh dengan usapan di sebuah nisan. Kedua makam orang tuanya dan makam nenek disana

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang