mencoba untuk ikhlas

959 243 69
                                    

Sayup-sayup suara lantunan sholawat terdengar, begitu lembut ditelinga Ajeng. Suatu hal yang paling membuatnya begitu bersyukur dengan semua hal yang ada dihidupnya selama ini, kehadiran Mahesa membuat Ajeng menemukan tempatnya untuk kembali, kasih sayang Ibu dan juga Wildan. Ajeng semangat untuk segera sembuh

beberapa waktu lalu, Ajeng menyaksikan sendiri bagaimana terpuruknya Mahesa ketika kondisi nenek begitu drop, dengan segala cara Ajeng mencoba menggenggam Mahesa agar kuat menghadapinya. Tapi sekarang? Dirinya lah yang menjadi alasan Mahesa berada dititik terberatnya terulang kembali dengan waktu yang begitu cepat

Dalam diam, Ajeng memperhatikan wajah ibunya yang terlihat lelah, kantung mata itu begitu terlihat diwajahnya, tangannya sibuk mengusap sayang kepala adiknya dalam dekapan, walaupun netranya sama-sama terpejam beberapa menit lalu, namun sebenarnya mereka tak sepenuhnya terlelap

Sedangkan Mahesa masih setia menggenggam tangannya, mengusapnya lembut dengan berpangku dagu. Netranya terpejam namun mulutnya sibuk melantunkan sholawat sebagai lagu pengantar tidur untuk Ajeng, dijam dua dini hari

Ajeng menangis dalam diam, merasakan ngilu disetiap persendian. Kepalanya berdenyut, menimbulkan rasa sakit yang amat sangat. Mahesa yang sebenarnya tak pernah tidur, merasakan pergerakan kecil pada Ajeng.

Tak langsung menciptakan kepanikan, dengan sigap Mahesa melihat Ajeng dengan lekat, mengajaknya bicara dengan hati² "apanya yang sakit?" Tanya nya, membuat Ajeng justru merasa bersalah untuk kesekian kali. Mata Mahesa memerah dan membengkak karena menangisinya, kini dirinya kembali membuat laki-laki itu khawatir lagi

Ajeng menggelengkan kepalanya pelan "kepalanya sakit?" Saut Mahesa, dan membuat Ajeng menganggukinya. Dengan hati² tangan Mahesa mengusap pelan bagian kepala Ajeng yang bebas dari benang jahitan

"Ya Allah redakanlah sakitnya, pelan² sambil baca istighfar, InsyaAllah sakitnya bakal ilang" Ajeng yang seolah kalut dalam rasa sakitnya hanya bisa mengikuti apa kata Mahesa, pelan² mengucapkan kalimat istighfar sambil merasakan usapan tangan Mahesa dikepalanya, membuat Ajeng perlahan-lahan merasa nyaman dan akhirnya terlelap

________

"Aku harus ngambil langkah apa Bu?" Mahesa terduduk frustasi, sedangkan Ibu menangis tanpa suara, hatinya sakit melihat anaknya dengan kondisi sekarang ini

"Pak Le' mu itu kerasukan setan apa? Tega²nya berbuat kejam kayak gitu, dulu Ibu juga ikut sakit hati Hesa, saat Pak Le' mu itu pergi begitu saja pas nenekmu wafat. Dan sekarang? Ya Allah orang macam apa Pak Le' mu itu? Anak ibu di tabrak begitu saja. Hancur Sa hati Ibu, hancur"

Saking takutnya Mahesa, dirinya sampai bersimpuh dibawah ibu yang duduk sambil sesenggukan, menumpahkan segala rasa berkecamuk dihatinya selama ini atas kelakuan Pak Le'nya Mahesa. sekarang ditambah dengan hal yang begitu tak disangka, Ibu semakin tak ikhlas dibuatnya

"Setiap orang akan menanggung akibat dari semua perbuatannya, Ibu gak mau berbuat gegabah walaupun hati ibu itu gak ikhlas dengan kelakuan Pak Le'mu itu" Ibu menjeda kalimatnya, ibu mengusap bahu Mahesa, anak laki-laki yang sekarang jadi menantunya itu sudah mengalami begitu banyak hal sejak kecil. Ibu tak menyalahkan Mahesa sama sekali

"Ayo kita segera pergi, lebih cepat lebih baik, sebelum Ajeng nyariin kita nanti" Kata Ibu

___

Waktu terasa begitu lambat bagi Mahesa, isi kepalanya sibuk dengan yang ada dirumah sakit. Mencoba meredam kan segala amarah, Mahesa terus menghela nafas dalam. Kini kakinya berada di kantor kepolisian setempat, setelah mendapatkan telepon tadi pagi, dirinya diminta untuk datang dan memberikan keterangan tentang apa yang terjadi

Takut salah langkah, Mahesa akhirnya mengajak ibu juga untuk mendampingi nya pagi itu. Suara isakan dari Bu Le'nya terdengar, menangisi perbuatan biadab suaminya yang tega-teganya mencelakai seseorang, dan bahkan itu istri dari keponakannya sendiri

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Where stories live. Discover now