Bab 15

6 0 0
                                    

            "Tante.... Ada paket!!!" Suara Keenan dari pintu depan terdengar nyaring, bahkan sampai di kamar Netta yang tertutup rapat.

"Tante Netta...! Ada paket!" seru Keenan sekali lagi saat Netta belum juga membuka pintu untuknya.

Kali ini berhasil, Netta tergopoh membuka pintu dengan kepala yang masih terlilit handuk.

"Apa sih Ken?" tanyanya kesal. "Tante lagi mandi tauk."

"Tuh ada paketan!" Keenan menunjuk sebuah benda besar berbentuk persegi panjang dengan bungkus warna putih disandarkan di teras.

"Dari siapa?" Netta mendekati benda itu dengan penasaran.

Keenan mengangkat bahu. "Tauuuk....katanya buat mbak Netta Agustina. Bukannya itu nama tante 'kan?" Bocah berusia enam tahun itu membeo sambil bermain lego di teras depan. Bibirnya bergerak-gerak lucu menirukan suara si abang kurir.

Netta tak menjawab, percuma juga bertanya pada Keenan tentang perihal paketan yang baru saja diterimanya karena Netta yakin jika bocah kecil itu juga tidak tahu.

Dengan susah payah Netta membawa benda itu masuk ke dalam kamarnya. Setelah menutup pintu, tanpa menunggu lagi ia segera merobek bungkusan kertas tersebut, dan senyumnya mengembang seketika ketika bungkusan benda itu terbuka sepenuhnya. Sebuah lukisan antara dirinya dan Arjuna yang begitu hidup membuai penglihatannya. Itu hasil karja Aji beberapa minggu lalu, dan ternyata pria itu tidak berbohong tentang janjinya untuk mengirim lukisan itu ke Jakarta.

Cukup lama Netta termangu di depan lukisan itu. Melihat detail demi detail sempurna yang Aji torehkan di atas Kanvas.

Beberapa menit kemudian, tangannya sudah menari indah di atas keyboard.

Netta : 'Sampaikan terimakasihku sama Aji karena udah kasih aku lukisan yang luar biasa indah.'

Semenit kemudian.

Arjuna: 'udah sampai? Gimana lukisannya?'

Netta mengambil foto lukisan itu lalu mengirimnya pada Arjuna.

Netta : 'It's so Amazing! Pantes aja banyak kolektor luar negeri yang suka. Lukisannya bener-bener kelihatan hidup.'

Arjuna: 'Kamu suka?'

Netta mengulas senyum, ia merebahkan badannya diatas kasur dengan kaki menggantung.

Netta: 'Suka sekali."

Arjuna: 'syukurlah.'

Netta: 'Sampaikan terimakasihku padanya?'

Arjuna: 'Oke!'

Netta bangkit dari posisinya, kembali menatap lukisan yang masih tersandar di dinding. Tangannya terulur, mengelus pipi Arjuna di lukisan itu. Entah kenapa, tiba-tiba dia merasa rindu.

*****

Sebenarnya urusan tentang pernikahan sudah Netta serahkan semuanya pada Diani. Bahkan sampai warna dekorasinya sekalipun. Dia ingin terima beres dan tak mau ambil pusing Karena Alaric juga tak begitu peduli karena kesibukannya. Namun, semalam Diani bersikeras, setidaknya hanya untuk dekorasi harus Netta dan Alaric sendiri yang memilih karena itu pernikahan mereka. Diani ingin mereka berdua terlibatkan agar tahu bagaimana rasanya mempersiapkan pernikahan.

Jadi sore ini Netta datang ke rumah Alaric untuk membahas tentang konsep pernikahan mereka.

"Sebenernya aku nggak mau ambil pusing sama namanya urusan pernikahan." Netta mengambil sebuah album besar berisi deretan foto model dekorasi pernikahan. Sebenarnya model dekorasi itu cantik-cantik dan tampak elegan, namun Netta selalu merasa jika hal-hal semacam ini tak begitu penting karena dalam setiap pernikahan yang terpenting adalah sah-nya ijab qabul.

Kisah TerakhirWhere stories live. Discover now