BAB 7

28 2 1
                                    


            Arjuna baik, begitulah pendapat Netta. Jika di bandingkan dengan Alaric, mereka tidak mempunyai kemiripan yang sama sedikitpun selain mereka sama-sama laki-laki dan berambut hitam. Seperti dirinya, Arjuna adalah manusia yang easy going. Mampu membaur bersama orang lain dengan mudah, bisa mencairkan suasana dan yang terpenting asyik.

Hampir setiap malam gadis berambut sebahu itu selalu menelpon Diani, menceritakan pengalaman luar biasanya berjelajah bersama Arjuna sejak awal pertemuan mereka sampai Arjuna membawanya naik ke kaliurang. Menjelajah gunung merapi dengan jeep di Lava Tour Merapi.

Pertemuan yang tak disengaja, first impression yang aneh ternyata mampu membuat dua insan itu bisa dengan mudah menjadi dekat. Layaknya sahabat yang sudah lama saling mengenal. Benar kata orang, jika kita akan merasa betah dan nyaman bersama dengan seseorang yang memiliki prinsip, hobi dan sikap seperti kita.

Netta tersenyum saat melihat sebuah mobil HR-V merah terparkir di halaman hotel tempatnya menginap. Beberapa hari bersama Arjuna, dia sudah hapal siapa pemilik mobil itu. bahkan dia juga sudah hafal plat nomornya.

Hari ini mereka rencananya mau melihat sunset di Bukit Paralayang Watugupit. Arjuna mengatakan jika sunset di sana sangat indah dan Netta harus melihatnya sebelum kembali ke Jakarta.

Pria yang kini tampak santai dengan kaos polos putih dan celana jeans selutut itu keluar dari mobilnya dengan senyum lembut seperti biasa. Wajahnya terlihat segar dengan rambut dibawah telinga yang ia kucir sebagian.

"Udah siap pergi?" tanyanya ketika sampai di depan Netta.

Netta mengedikkan bahu. "Seperti yang kamu lihat."

Arjuna tersenyum lebar, mempersilakan Netta masuk ke dalam mobilnya. Tak menunggu waktu lama, mobil itu sudah melaju begitu saja membelah sore di kota Jogjakarta yang damai dan menyenangkan.

******

"Hari ini kamu beruntung Ta." Arjuna menoleh pada Netta yang asyik membidik pemandangan luar biasa di tempatnya sekarang.

"Kenapa?" Tanya Netta tanpa memperhatikan Arjuna karena dia masih fokus dengan kameranya. Untuk saat ini tak ada yang bisa menganggu konsentrasinya karena setiap detik adalah berharga. Pemandangan sunset di depan sana begitu sayang untuk dilewatkan.

"Cerah banget."

Netta menoleh sekilas, lantas menganguk. "Aku nggak nyangka kalau Jogja bisa seindah ini Jun. Mungkin suatu saat nanti aku pengen tinggal di sini, menetap di sini." Dia menurunkan kameranya lantas memeriksa hasil fotonya. Setelah puas, ia berhenti sejenak. Menatap lurus ke depan dengan mata telanjangnya, tanpa bantuan lensa kamera.

"Sebenernya hal pertama yang membuat segalanya jadi indah itu bukan tempatnya Ta. tapi dengan siapa kamu pergi." Arjuna menatap lurus ke depan, ke arah garis cakrawala yangberwarna orange kekuningan. Di bawah mereka, pantai parangtritis terlihat membiru berlapis emas dengan ombak yang berkejar-kejaran.

Netta tertawa.

"Mau nge-gombal?"

"Kok tau?" tawa Arjuna berderai, hanya dibalas Netta dengan cubitan kecil di lengannya.

"Jadi....kenapa kamu memutuskan untuk travelling sendiri padahal punya pacar? Kan asyik bisa pergi berdua barengan Ta." Tanya Arjuna lagi, dia tidak menyadari perubahan raut wajah Netta.

"Dia bukan tipikal orang yang suka meluangkan waktu untuk liburan macam aku." Jawabnya pelan tanpa memandang Arjuna. Gadis itu memandang hiruk pikuk manusia yang berada di depannya, sedang mencari tempat yang pas untuk melihat sunset atau sekedar ber-selfie dengan pasangan mereka.

Kisah TerakhirWhere stories live. Discover now