Gendra menghela nafas dalam-dalam. Jika bukan perempuan, pasti Gendra sudah mencakar wajah Nora dengan kuku tajamnya. Ia sangat, sangat, sangat sebal dengan sifat Nora yang selalu bergantung kepada ibunya. Gendra berdiri dari duduknya. “Lo tunggu disini. Gue mau ke kamar mandi dulu.” Nora mengangguk semangat. Gendra berjalan kearah kamar mandi rumahnya.

Fero menatap punggung putranya yang perlahan menghilang dibalik dinding. Pria itu meraih ponselnya yang tersimpan diatas meja makan. Fero membuka room chat nya. Mengirim pesan untuk sang putra.

Disisi lain, Gendra menutup pintu kamar mandinya. Ketika hendak berjalan menuju ruang meja makan, satu pesan masuk kedalam ponselnya. Dengan sigap, Gendra membukanya. Gendra mengercitkan alisnya, kala Fero mengirimnya sebuah pesan singkat.

 Gendra mengercitkan alisnya, kala Fero mengirimnya sebuah pesan singkat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gendra tersenyum ketika membaca pesan itu. Untung saja, tasnya tidak ia tinggalkan diruang meja makan. Fero sama seperti dirinya. Mereka menentang perjodohan ini. Gendra juga berpikir, ada keanehan mengapa Nora tiba-tiba pulang ke Indonesia. Dan lebihnya lagi, mengapa Nora tiba-tiba ingin pindah sekolah ke SMA yang Gendra tempati. Ada sebuah keganjalan.

Gendra berjalan kearah pintu belakang dengan mengendap-ngendap. Gendra membuka pintu itu, dan menutupnya dengan perlahan-lahan. Untung disini tidak ada Bi Sasi. Jika ada, pasti Bi Sasi akan melarangnya dan melaporkannya kepada Alin.

Gendra mengeluarkan motornya dari dalam garasi rumah. Cowok itu menaiki motornya dan langsung melajukan motornya dari pelataran rumahnya. Nora yang masih berada didalam pun dengan cepat berlari keluar. Ah sial, Nora ditinggalkan cowok itu! Gendra sudah berangkat duluan. Berarti tadi dia dibohongi oleh Gendra!

**

Salwa menyerahkan helm kepada Naza. Gadis itu membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Naza menerimanya, dan langsung mengaitkan tali helm itu ke-jok belakang. Mata Salwa menatap kearah botol minum berwarna merah muda. Botol itu tergantung di stang motor Naza. Naza mengikuti arah pandang adik—nya itu.

“Kenapa?” tanya Naza.

Salwa merebut botol itu. Naza hendak merampas kembali botol itu, tapi Salwa malah menjauhkan botol itu dari jangkauannya. “Lo ngapain bawa botol minum kayak gini? Mana warnanya pink lagi.” Salwa tertawa. Tangannya memutar-mutar botol itu.

“Balikin sini! Itu punya gue njir!” Naza berdecak.

Salwa kembali menjauhkan botol itu dari Naza. “Buat gue!” Salwa langsung berlari masuk kedalam gerbang SMA Cakrawala. Naza hendak mengejar gadis itu, tapi dia baru ingat bahwa hari ini ia harus cepat-cepat pergi ke kampusnya. Pagi-pagi, Salwa sudah membuat dirinya kesal. Baiklah, dia akan membalasnya nanti.

**

Gendra memarkirkan motornya di parkiran SMA Cakrawala. Gendra membuka helmnya dan menyimpannya dikaca spion motornya. Cowok itu menyugar rambutnya kebelakang. Dengan santai, Gendra berjalan menuju kelasnya berada. Gendra tersenyum simpul ketika matanya menangkap seorang gadis berambut sebahu sedang berjalan sendirian ditengah koridor. Gendra berlari kecil kearahnya. Cowok itu merangkul bahu Salwa, dan itu membuat si empu terkejut bukan main.

Forever, 831(SELESAI) Where stories live. Discover now