00-03 [Ekstra S1]

778 162 13
                                    

Kompleks rumah klan Sugawara.

Di bawah cahaya bulan yang menerpa atap-atap berjajar. Dengan separuh dari perumahan klan Sugawara dihancurkan hingga berkeping-keping, seolah-olah sebelumnya terjadi perseteruan dari dua kekuatan yang menantang dewa. Seorang pembawa berita berlari menyusuri koridor seperti dikejar sesuatu. Langkahnya membawa ke kediaman utama dari Klan Sugawara.

Tidak sempat bertegur sapa normal dia bergegas masuk tanpa sopan santun sama sekali. Menerobos pintu dengan kasar.

"Sugawara-sama!"

Yang dipanggil mengerutkan alisnya, tangan kanannya membawa kipas kertas berhenti berayun. Sedangkan tangan kiri masih membawa gelas dengan ringan.

Sosoknya duduk diam di sana dengan helai rambut putih memantulkan cahaya bulan. Tidak ada kecacatan, kecuali beberapa luka melingkari sosoknya dan mata yang tertutup perban berbekas darah merah seperti mekar bunga.

Perang dengan Raja Kutukan membawa bencana dimana-mana. Dengan berbagai klan dari pihak penyihir bergabung, masih sulit untuk menumbangkannya. Kekacauan berlangsung tiga hari, dengan kerugian dari penyihir. Bahkan banyak Klan musnah di tangan Sukuna.

Saat itu Satoru melihat bahwa Sukuna mengamuk sesuka hati, bukan tanpa tujuan. Mata merah dengan kesenangan membantai itu memiliki maksud tersembunyi dalam tindakannya. Tapi tidak banyak yang memperhatikan, mengingat masing-masing individu mencoba mempertahankan nyawa di bawah tekanan kekuatannya.

Bahkan Satoru yang masih belum bisa menggunakan teknik pembalikan terkena dampaknya. Beberapakali menggunakan tak terbatas dan melempar teknik 'ungu' membebani otaknya secara berlebihan.

Hingga enam mata miliknya menjadi abu-abu.

Buta.

Mencoba melempar hal dibelakang kepalanya. Dia fokus pada orang yang baru saja datang. Jika diingat dengan benar, dia adalah pembawa berita yang dikirimkannya untuk mengetahui kondisi Klan Zenin.

"Apa ada berita?"

"Ma'afkan saya Tuanku ... Pewaris Klan Zenin, dinyatakan meninggal dalam pertempuran!"

Tangan yang memegang gelas menegang. Suara pecahan bergema, saat Satoru mengepalkan tangan erat-erat. Meski suasana hatinya seperti arus laut, Dia masih menjaga ketenangannya.

"Penyebab kematiannya?"

"Penggunaan Teknik sepuluh bayangan, Mahoraga."

Satoru memiringkan kepalanya. Tidak heran jika seperti itu, Mahoraga belum bisa ditaklukan. Jika digunakan untuk menyerang seseorang dan seseorang itu masih tidak bisa mengalahkan Mahoraga, maka pemanggil Shikigami akan mati.

"Siapa musuh Megumi saat itu?" Satoru bertanya dalam ketenangan mencekik.

"Pengguna teknik kutukan es dari pihak Sukuna dan ... Seseorang bernama Hanami Yuzura," Pembawa berita menjawab dengan gemetar pada lonjakan kekuatan yang tiba-tiba dari tuannya.

"Dia sengaja mengincar Hanami Yuzura?"

"Ya Sugawara-sama. Laporan memang mengatakan demikian."

Pembawa berita melihat seringai dalam ekspresi tuannya. Tapi bukan kegembiraan, perasaan menakutkan muncul membuat punggungnya penuh keringat dingin.

"... Untuk selanjutnya, jangan membantu atau menjalin kerja sama dengan Zenin. Kita fokus pemulihan dengan klan lain."

Suaranya dalam dengan tekanan yang bisa membuat seseorang berlutut. Mendengar perintah dari kepala klan Sugawara, pembawa berita tidak tau apa yang membuatnya kesal dengan klan Zenin. Tapi dia juga tidak akan ikut campur, dirinya hanya hamba taat keluarga Sugawara.

Satoru melanjutkan dengan momentum, "Klan dengan nama Sugawara mulai saat ini dihapus dan diganti dengan Gojo."

Tangan yang mengepal melemparkan pecahan gelas di atas lantai kayu.

"Jika ingin menentang, tendang mereka keluar. Hidup dan mati mereka bukan lagi urusan Klan Gojo."

Pelayan disamping, mendengarkan perkataan Satoru dengan membungkuk dengan hormat. Mengikuti keputusan tanpa mengubah wajahnya dan bersiap keluar untuk memberikan pengumuman.

"... Baik Gojo-sama."

Duduk di belakang meja dengan menyandang status patriak klan. Satoru menggeser jari-jari menelusuri permukaan meja kayu yang halus. Gumaman dalam malam gelap yang hampir tak terdengar ...

"Kutukan akan berlanjut, selama dosa pada dewa tidak terhapus."

Perseteruan Zenin dan Gojo memuncak hingga Era Edo.

***

Langit biru menbentang. Dan matahari bersinar di atas bumi.

Uraume memandang tablet kayu di atas altar kuil dengan tatapan datar. Tapi siapapun yang mengenalnya tau dia berduka dari lubuk hati terdalam.

Sudah beratus-ratus tahun dia mengunjungi kuil ini dan mungkin kunjungannya kali ini juga merupakan satu dari sekian banyak. Matanya berkedip saat dia manaruh dupa di depan nama almarhum dan masih membuka bibirnya perlahan.

"Yuzura Hanami, aku akan menunggu kedatanganmu kembali."

Kata-katanya meniru apa yang tuannya katakan saat itu.

Rambut putihnya berkibar tersapu angin. Tubuhnya berputar melihat ke arah bangunan yang dulunya kayu dan jalan dulunya hanya tanah. Kini sudah berubah, menjdi banyak kaca, logam dan aspal.

Udara tidak semurni dulu dan penyihir menjadi hal yang disembunyikan.

Era berganti tapi tidak untuk kesetiaan Uraume.

Dia pasti akan kembali ke sisi Sukuna dan membawa Yuzura bersamanya. Selama mereka bisa reuni, jalan apapun pasti dia akan menjalaninya. Mengingat dia berjanji untuk menjaga Yuzura dan justru gagal terakhir kali.

Daun terbang tinggi, Uraume percaya dia akan bertemu lagi. Jari-jarinya perlahan masuk ke lengan kimono, mengeluarkan sebuah lipatan kertas tua yang telah berwarna kecoklatan.

Jika bukan karena perawatan hati-hati, dia yakin kertas ini sudah lama hilang dari muka bumi. Uraume tersenyum kecil melihat tulisan familiar yang ditinggalkan Yuzura.

Meski kita berpisah,

Jika di puncak Gunung Inaba

Aku pasti mendengar suaranya

Dari pohon pinus yang tumbuh di sana,

Aku akan kembali lagi padamu.

###

Bersambung ...


P

respektif dari karakter lain!

Terimakasih telah vote dan komen!

Leven_Ack

[Jujutsu Kaisen : Otome Game In to Reality] || Jujutsu Kaisen x OCWhere stories live. Discover now