01-21 [Raja Kutukan][END]

931 168 67
                                    

Membuka matanya sekali lagi.

Dia bangkit dari kematian, paru-parunya terasa sesak. Dengan susah payah, Yuzura perlahan menyusuri hutan dengan seksama memperhatikan peta yang diberikan sistem. Sebisa mungkin menghindari Uraume agar tidak ketahuan bahwa dirinya bangkit dari kematian.

Matanya menatap linglung pada awan mendung di atas kepalanya.

Sepertinya sebentar lagi badai.

Yuzura merasa lelah. Memikirkan ini kesempatan terakhirnya membuat perasaan pesimis menghantui. Mengingat bagaimana Sukuna selalu dengan mudah membingungkannya dengan kematian mendadak, dan kesukaan yang bertambah secara teratur membuatnya lengah. Sekilas pikirannya jadi ingin balas dendam.

Tapi ... Tidak mungkin.

Langit yang menggulung-gulung dengan raungan menutupi cahaya berdebu yang mengaburkan visinya, atau angin kencang yang menerbangkan ujung helai rambutnya. Entah berapa lama, dirinya hanya menyadari kimononya mirip saat pertamakali datang di depan Raja Kutukan.

Putih dengan sulaman sakura.

Entahlah, inderanya juga kabur. Padahal rasa sakit sama sekali tidak terasa, membuat seseorang memberi perasaan normal, tapi avatar gamenya yang terhuyung-hunyung membuktian sebaliknya.

Yuzura tau dirinya terluka. Parah. Dengan bercak merah memenuhi penampilan kain putih yang dimaknakan suci, dia hampir tidak yakin mencapai apa yang diinginkannya.

Kakinya hanya terus menapak maju dengan tujuan jelas. Cahaya biru berkedip dalam irisnya memperlihatkan lokasi Sukuna saat ini yang hanya beberapa meter di depannya. Walau jalan hampir tak berbentuk dengan Kyoto porak poranda atas semua serbuan penyihir, Yuzura kurang peduli lagi.

Sukuna dalam masalah.

Dan saat itulah dirinya melihat sekilas sosoknya-- Empat mata, empat lengan seperti kebanyakan dirinya mendeskripsikan tentang sang Raja pada saat lalu. Namun tidak seperti kebanyakan yang dilihat sebelumnya, Sukuna yang kuat dan perkasa bisa menjadi seperti sekarang ini.

Keadaannya memalukan. Sayatan memenuhi tubuhnya, dengan darah mengalir menuruti gravitasi. Senjata-senjata terkutuk yang biasa menemaninya telah hilang entah kemana, Yuzura merasa satu-satunya senjata yang terjangkau olehnya mungkin tanto patah di pinggangnya saat ini.

Satu hal yang membuat mata Yuzura berkaca-kaca kagum adalah ketegarannya. Tubuh tegap itu masih duduk tegak dengan bersandar ke batu dipunggungnya, dan lengannya saling menyilang seolah jika bukan karena luka-luka itu masih mengeluarkan darah, matanya yang melihat hanyalah ilusi.

"Sukuna ..."

Iris darah meliriknya. Yuzura pikir ini adalah pertamakalinya Sukuna menatapnya terkejut. Jarak diperpendek dan angin membawa bau karat mengerikan ke dalam penciumannya, alis sedikit berkerut.

"Bukankah Uraume seharusnya bersamamu?"

Nadanya serak dan dalam, menatap lekat-lekat lawan bicaranya tanpa bergerak. Yuzura pikir Sukuna akan lebih sedih melihatnya seperti ini, tapi setelah melihat reaksinya dia agak kecewa.

"Uraume ... Memintaku untuk menemuimu.," Yuzura berkata bohong dengan ragu, mengingat kesombongan pria di depannya dia kurang yakin untuk melanjutkan kalimatnya. Tapi mengingat situasi putusasa mereka saat ini, Yuzura hanya bisa mendesah lembut, "Yang terpenting., lukamu."

"Oh? Ingin menyembuhkannya? Pikirkan dirimu sendiri."

Dengusan ejekan berdering bersamaan sarkasme. Namun iris merah itu semakin tidak fokus saat menatapnya dan kemungkinan pandangannya mulai kabur.

Jari-jari Yuzura bergetar sejenak. Dia tau lukanya tidak kurang dari Sukuna dan dengan kekuatan fisiknya, kemungkinan kematian lebih tinggi. Tapi mengingat dirinya adalah pemain, dia merasa perlu bagi Sukuna untuk hidup dan bertahan.

[Jujutsu Kaisen : Otome Game In to Reality] || Jujutsu Kaisen x OCWhere stories live. Discover now