Ran&El-02

19 22 10
                                    

HAPPY READING

🌹🌹🌹

Lelaki itu menggenggam tangannya dan mengajak keluar dari kelas.

"Ayo Ran, ikut aku," ucapnya.
Gadis itu hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya.

Derap langkah kaki mereka berdua memecah keheningan suasana kelas.

Tak lama bisik-bisik terdengar lagi.

"Siapa sih dia, selalu aja membela anak itu?"

"Katanya sih, teman kecilnya,"

Yang lain hanya mengangkat bahu lalu kembali duduk di bangku masing-masing.

Sementara mereka berdua sekarang ada di depan koperasi.

"Lepaskan tanganku," perintah Rani.

Lelaki itu melepas genggamannya. "Ma"af ...."

"Kan sudah aku bilang, kamu ga perlu membantu aku. Aku bisa sendiri kok mengatasi mereka,"

"Tapi Ran ... aku gak bisa diam aja lihat kamu di bully terus sama mereka,"

Rani membalikkan badannya hendak pergi. Lelaki itu menahannya.

"Baiklah, ini terakhir kali aku bantu kamu. Please, aku mohon jangan nolak ya,"

Rani menatap manik mata lelaki itu. Ada kesungguhan nampak di matanya.

"Iya deh, aku gak nolak," ucap Rani dengan senyum tipisnya.

Lelaki itu pun masuk ke dalam koperasi dan menyuruh Rani untuk menunggunya.

Beruntung ada kamu di hidup aku, Raf

Ya, dia lelaki baik bernama Rafasya Almos.
Lelaki yang selalu  bersamanya sejak kecil saat dirinya tak punya siapa-siapa di dunia ini.

Lelaki yang selalu menghiburnya saat dia bersedih atas semua takdir hidupnya. Berasal dari keluarga yang sempurna, mempunyai orang tua yang lengkap dan kehidupan yang nyaman.

Berbeda dengan dirinya, seorang Raniesha yang tidak punya keluarga. Hanya tinggal di panti asuhan sejak umur 5 tahun. Sampai sekarang ia tidak tahu dimana keluarganya berada.

Tanpa sadar, Rani meneteskan air mata.
Sebuah tangan pun menghapus air matanya.

"Rafa?"

Rafa tersenyum. "Udah ya, jangan nangis lagi. Aku akan selalu ada di saat kamu butuh,"

"Makasih ya Raf," ucap Rani dengan tulus.

"Iya sama-sama Ran. Senyumnya mana?"

Rani terkekeh. Ia lalu tersenyum manis kepada Rafa. Senyum yang sangat manis di mata Rafa.

**

10 tahun yang lalu ...

Seorang ibu muda berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggandeng dua gadis kecil yang kembar.

Salah satu gadis itu bertanya, "ibu, kita mau ke mana?"

Ibunya tidak menjawab. Ia tetap menatap lurus ke depan.
Karena tidak mendapat jawaban dari ibunya, gadis tadi bertanya kepada saudaranya.

"Kak El, kita mau ke mana? Rani capek, mau pulang aja kak," ucapnya dengan wajah memelas.

Si kakak menggelengkan kepalanya. "Kakak juga nggak tau, Ran. Sabar ya, nanti juga sampai kok,"

Rani kecil pun hanya memberikan ekspresi wajah cemberut sambil terus berjalan.

Sesampainya di pertigaan jalan, mereka menyeberang lalu berjalan menuju sebuah panti asuhan.
Letaknya sekitar 200 meter dari mereka.

Setelah tiba di depan panti asuhan, sang ibu mengetuk pintu.

Tok tok tok!

"Permisi ... Assalamualaikum,"

Tak lama pintu dibuka oleh seorang wanita seusianya. "Wa'alaikumsalam, cari siapa ya?"

Sebelum menjawab, sang ibu menengok ke arah dua putrinya dengan wajah yang sedih.

"Saya tidak mencari siapapun bu, saya datang ke sini karena ingin menitipkan anak saya di panti asuhan ini,"ujarnya.

"Ma'af, apakah dua-duanya?"

Sang ibu menggeleng. Lalu menarik Rani untuk lebih mendekat.

"Satu saja. Yang ini, namanya Raniesha,"

Rani kecil yang belum mengerti merasa bingung mendengar perkataan ibunya.
Tetapi ia juga tidak berani bertanya kepada ibunya. Ia hanya menunduk pasrah.

"Baiklah, saya terima anak ibu di sini. Kebetulan, masih ada kamar yang kosong untuk satu anak,"ucap ibu pemilik panti.

Ibu dua gadis itu pun pamit kepada pemilik panti. Dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Rani.

Rani kecil hanya bisa menangis dan berteriak memanggil sambil menatap kepergian ibunya.

"Ibu ...! Ibu jangan tinggalin Rani sendirian bu ...!"
"Rani takut, bu ...!"

Ibunya tidak mempedulikan dan terus saja melangkah pergi.

Di perjalanan, El memberanikan diri untuk bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa kita meninggalkan Rani di rumah tadi?"

Seketika ibunya memeluk El dengan erat. "Ma'afkan ibu nak, ibu terpaksa melakukannya demi kebaikan kita."

Lalu El mendengar ibunya menangis tersedu-sedu. Sejak saat itu, El tidak pernah mempertanyakan hal itu sampai sekarang.

Meskipun masih banyak  pertanyaan yang menyelimuti seluruh pikirannya. Ia hanya memendam, menunggu sampai waktunya tiba, saat semua pertanyaan akan terjawab.
***

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa~🙂

Ran&El (ON GOING) Update tiap MingguWhere stories live. Discover now