CAPEK

24 24 8
                                    

Beberapa patah kata yang barusan Aksa ucapkan mampu membuat Sasa tersentuh. Tak sia-sia Aksa berguru pada roman picisan semalaman penuh hanya untuk ini.

Tangan Aksa terangkat untuk meraih jemari mungil Sasa dan ia tempelkan di dadanya, Sasa dapat merasakan bagaimana jantungnya berdetak, setiap detakkan yang Sasa rasakan bagai sebuah getaran baginya.

"Aku, kamu, kita, punya rasa yang sama." Ucap Aksa sambil menatap lekat gadis itu.

"Bohong!"

"Maksudnya? Aku serius Sa, i like you and i love you."

"Kemarin minumannya di buang ke tong sampah."

Aksa tertegun dengan penuturan gadis itu, sepertinya sikapnya kemarin sangat berdampak bagi gadis ini, padahal ia  benar-benar tak bermaksud untuk melakukan hal itu.

"Andai kamu tau Sa, setelah kamu pergi aku balik lagi buat ngambil minumannya, dan aku minum detik itu juga, makasih udah ngilangin rasa haus aku." Ucap Aksa dalam hatinya.

"Maaf Sa... pukul gue Sa, gue selalu nyakitin lo dan bikin lo berjuang sendirian, pukul gue biar semua rasa kesal itu hilang Sa." Pinta Aksa dengan serius.

Bukannya memukul, melainkan gadis itu langsung memeluk Aksa, mendekapnya dengan erat seolah tak ingin kehilangannya, berbeda dengan Aksa yang masih mematung tak percaya. Bahkan Aksa lupa bagaimana caranya bernapas saat ini.

Aksa tersenyum lebar dan membalas pelukan Sasa. "I really love you." Bisiknya tepat di depan telinga Sasa.

Ia melepas pelukan itu, lantas ia genggam kedua tangan Sasa, menatap mata indah gadis itu dengan lekat. "Sa?"

"Iya kak?"

"Gue mau lo berhenti hadir di mimpi gue-."

"Kenapa?!"

"Belum selesai ngomong!"

"Hehe iya deh."

"Karena gue capek Sa, gue capek selalu di hantui oleh kita yang akan bersama dalam waktu yang lama."

Sasa menundukkan kepalanya, ekspektasinya terlalu tinggi untuk mengharapkan bahwa Aksa akan menjadi miliknya, justru Aksa mengakui bahwa ia lelah dengan semua ini.

"Jadi...bisakah kita mewujudkan mimpi itu menjadi nyata? meskipun hanya sekali." Ia tersenyum di akhir kalimatnya.

Sasa mendongakkan kepalanya, menatap dengan lekat bagaimana wajah lelaki di depannya itu, perlahan senyumnya mengembang, rasanya seperti jutaan kupu-kupu berterbangan di perut nya.

"Kalau nggak bisa gimana?" Tanya Sasa.

"Maka, gue akan selalu terjebak dalam mimpi itu."

"Iya, gue mau."

"Mau apa?"

"Itu, yang tadi!"

"Yang mana?"

"Yang tadi itu loh!!! AKU MAU KITA BERSAMA DALAM WAKTU YANG LAMA." Teriak gadis itu. 

Dengan cepat Aksa membekap mulut gadis itu sambil tertawa. "Shutt!!! Nanti semua orang denger."

"Biarin! biar semua orang tau kalau kita akan bersama dalam waktu yang lama!"

Karena gemas, Aksa memeluk gadis itu dengan erat, mengajaknya berputar-putar di tengah hamparan bunga edelweis. Mungkin ini adalah jawaban dari perasaan yang terpendam selama ini.

Ya, Sasa bukan lagi anak baru yang duduk di bangku kelas X, ia setingkat lebih tua dari kelas itu dan selama ini mereka tak pernah punya nyali untuk mengungkapkan perasaannya.

JOKS PAYUNG DAN SI COCONUT (END SUDAH TERBIT✔️) Where stories live. Discover now