SWEET DAY

25 19 1
                                    

Hari demi hari kian berlalu, siang berganti malam dan bintang silih berganti menjalankan tugasnya dengan bulan.

Kini Aksa sudah bisa kembali ke rumahnya begitu pula dengan Jackson yang sudah pulih. Aksa merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Ia memejamkan mata sesaat, mencoba untuk mencerna kembali apa yang sebenarnya terjadi.

Akhir-akhir ini Aksa merasa bahwa ada yang tidak beres dengan hidupnya. Rasa pening mulai menjalar ke kepalanya ketika ia mendengar keributan yang menjadi makanannya sehari-hari.

Aksa mencoba untuk menulikan pendengarannya ketika kata-kata kasar yang seharusnya tidak ia dengar justru terucap dari mulut kedua orang tuanya.

"Bahkan tebalnya dinding tak dapat melindungi ku dari harimau rumah." Lirih Aksa.

Hati Aksa kembali teriris ketika mendengar tangisan ibunya lagi dan lagi. Bagi Aksa tiada hal yang lebih menyakitkan dari pada mendengar tangisan seorang ibu.

Sekelebat bayangan tentang kejadian Jackson dan Remin terlintas di kepala Aksa. Ia menepis semua keributan yang sedang terjadi, kini pikirannya hanya tertuju pada satu titik, yaitu Sasa.

Aksa bangkit dan berkacak pinggang, mencoba untuk mengajak otaknya bekerja sama. Aksa membayangkan semua kejadian yang terjadi setelah ia dekat dengan Sasa.

"Sasa bilang ada orang yang seolah-olah selalu ngikutin dia."

"Lalu, kecelakaan gue waktu beli es batu, termasuk tragedi yang misterius, karena si pelaku tidak di temukan seolah-olah ini kecelakaan tunggal, padahal gue yakin banget ada pelaku lain."

"Dan, pertemuan gue dengan Jordan. Lalu...Insiden Jackson dan Remin yang benar-benar tak terduga, sedangkan, satu-satunya orang yang nggak suka liat gue deket sama Sasa cuman Leonard."

"Apa jangan-jangan, ini semua saling bersangkutan?"

"Arghhh!!!" Aksa menjambak rambutnya dengan frustasi. "Kenapa gue jadi mikirin Sasa coba? Buang-buang waktu!"

Aksa melirik jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul sembilan malam. Ia meneguk segelas air yang ada meja belajarnya dan segera pergi untuk tidur.

⚜️⚜️⚜️

Aksa mengerjapkan matanya beberapa kali ketika cahaya mentari menyapa indera penglihatannya. Lantas ia segera bersiap-siap untuk ke sekolah. Aksa berdecak kesal ketika hujan turun dengan derasnya di pagi hari.

Dengan berat hati Aksa mengenakan jas hujan bercorak tentara miliknya, dan segera meluncur ke sekolah.
Hanya butuh waktu beberapa menit saja agar Aksa dapat tiba di sekolah.

Seketika Aksa teringat dengan gadis yang ada di halte bus. Ia pun mengambil payung lipat yang berada di jok sepedanya dan menuju ke halte itu. Aksa tersenyum tipis ketika melihat siapa gadis itu, ia mendekat dan membagi payung yang ia bawa untuk berdua.

"Tumben kak Aksa minjemin payung?" Tanya Sasa.

"Masih untung gue berbaik hati sama lo."

"Ya biasanya kan pe-."

"Buruan!" Sasa mencerutkan bibirnya ketika Aksa tidak sabar menghadapi dirinya. Mereka berdua berjalan menuju sekolah dari halte bus, jarak halte bus dengan sekolah tak begitu jauh, hanya beberapa meter saja.

DUARRR!!!

"Aaaa!" Dengan spontan Sasa memeluk tubuh Aksa dengan erat dan dengan tubuh yang bergetar ketakutan akibat petir menyambar.

Begitu pula dengan Aksa yang terkejut dengan tingkah Sasa, lelaki itu mengurungkan niatnya untuk menjauhkan tubuh Sasa darinya, sejenak ia menikmati momen ini.

JOKS PAYUNG DAN SI COCONUT (END SUDAH TERBIT✔️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang