8

806 87 8
                                    

Hinata saat ini sedang berada di ruangan milik Erwin bersama Levi. "Tapi, aku juga melihat ada titan anak-anak. Apa mereka bisa berkembangbiak, padahal aku melihat mereka tidak memiliki organ intim atau ada yang tahu lebih detilnya?" Tanya Hinata.
"Sebenarnya, kami semua tidak tahu dari mana asal usul titan itu, hanya sedikit yang kami tahu setelah mempelajari laporan dari Recon Corps terdahulu. Titan itu tidak memiliki kecerdasan seperti manusia, meskipun bentuk mereka menyerupai kita, karena itu juga kami tidak tahu bagaimana cara mereka berkomunikasi. Mereka juga tidak miliki organ seksual dan cara reproduksinya juga beluk dapat diketahui. Yang lebih anehnya lagi adalah mereka tidak memiliki hasrat untuk memangsa makhluk lain kecuali manusia. Namun, ada fakta lain, yaitu mereka bisa hidup tanpa memakan manusia selama satu abad. Dengan kata lain, tujuan mereka bukan untuk memakan manusia, melainkan memusnahkan umat manusia." Jelas Erwin menatap Hinata yang terdiam menatap dirinya.
.
.
.
Empat bulan lebih sudah Hinata berada di dunia bak neraka ini. Disinilah ia sekarang, berjalan bersama Mikasa di tengah-tengah kota.
"Hinata, apa kau ingin minuh teh denganku?" Tanya Erwin yang melihat Hinata tengah berjalan berdua dengan Mikasa dengan pakaian biasa.
"Erwin Taichou?" Ucap Mikasa dan Hinata bersamaan.
"Kalau begitu aku duluan, Hinata." Ucap Mikasa meninggalkan Hinata dan Erwin.
"Jadi, bagaimana Hinata?" Tanya Erwin kembali.
"Uhm, baiklah." Angguk Hinata.

Seulas senyum tipis terbit bibir Erwin, mata birunya tak hentinya menatap gadis yang menjadi penduduk baru di Shiganshina itu.

Mereka berdua berjalan bersama memasuki sebuah kedai teh. Duduk berhadapan di salah satu meja yang berada di dekat jendela.
"Minumlah teh mu, Hinata." Ucap Erwin.
"Ha'i." Ucap Hinata
"Bagaimana rasanya tinggal di sini? Apa ada yang membuat tidak merasa nyaman?" Tanya Erwin.
"Aku suka di sini, semua orang memperlakukanku dengan baik, Taichou." Ucap Hinata terseyum menatap Erwin, membuat pria itu sedikit gugup dan memilih menatap ke luar jendela.

Tanpa sengaja, mata birunya menangkap sosok Levi yang juga tengah menatap dirinya, lalu melirik Hinata.
"Bagaimana dengan Levi? Apa ada perlakuannya yang membuat tidak nyaman?" Tanyanya tanpa melihat Hinata, dan masih melihat Levi yang menatap datar dirinya.
"Levi Heicho juga sangat baik, dia juga selalu menjemput dan mengantarku untuk sarapan, makan siang, ataupun makan malam." Ucap Hinata tersenyum lembut membayangkan wajah datar Levi.

Erwin kembali menatap Hinata yang tersenyum merona dengan senyum manisnya.
"Benarkah?" Ia kembali melihat ke luar jendela, namun tidak mendapati pria cebol itu di sana.
.
.
.
Sore ini, Levi berjalan terus di keramaian kota, sesekali akan ada pasukan militer atau pasukan pengintai yang berpapasan dan menyapanya, namun ia abaikan.
"Oi, Levi!" Hange terlihat berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan.
"Apa?" Tanya Levi sedikit malas.
"Kau sedang apa? Mencari Hinata? Dia katanya ingin ke hutan dekat lapangan." Ucap Hange menebak jika pria cebol itu mencari Hinata.
"Aku tidak mencarinya." Ucap Levi meninggalkan Hange yang tersenyum lebar menatap pria cebol itu menjauh.

Levi terus melangkah tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya, hingga tanpa sadar ia telah sampai di hutan yang tuju Hinata, ia bahkan heran dengan dirinya, kenapa juga kakinya itu melangkah membawa dirinya ke hutan ini.
"Hyaa! Hyaa!" Suara seorang gadis dari sebelah kirinya yang berjarak hampir 8 meter mengalihkan perhatiannya. Ia memandang gadis yang membuat ia sampai ke tempat ini tengah memukul pohon berukuran besar.

Ia cukup terkejut saat melihat dedaunan pohon itu bergetar setiap tangannya memukul pohon itu dengan kuat.

Matanya kini beralih pada senjata dan gulungan kertas yang terletak di atas tanah.

Bruk

Suara jatuh kembali mengalihkan pandangannya pada Hinata yang kini terduduk di atas tanah.
"Bukankah seharusnya kau mengistirahatkan tubuhmu?" Suara itu mengejutkan Hinata.
"Levi Heichou?!" Ucap Hinata berdiri menatap pria itu yang kini mendekat padanya.
"Kenapa kau berlatih?" Tanya Levi berdiri di depan Hinata, kepalanya sedikit ia tundukkan menatap gadis itu.
"A-aku hanya ingin mengembangkan kekuatanku, Heichou." Ucap Hinata gugup.
"Sebaiknya kau beristirahat." Ucap Levi menatap mata amethyst Hinata, juga pipi chubby-nya yang memerah. Ia baru sadar jika gadis itu lebih pendek darinya yang sudah pendek. Dari jarak sedekat ini juga, ia bisa melihat kecantikan dan keindahan wajah Hinata yang meneduhkan, begitu juga dengan mata indah dan uniknya.
"Sebentar lagi aku akan kembali, Heichou." Ucap Hinata menunduk.
"Sekarang!" Perintah Levi.

Hinata bahkan langsung mengangguk patuh, ia langsung bergegas memasukkan semua senjata miliknya ke dalam tasnya.

Kini mereka jalan beriringan memasuki kota.
"Dua jam lagi, aku akan menjemputmu untuk makan malam." Ucap Levi melenggang pergi saat sampai di depan kamar Hinata.
"Ha'i, Heichou." Ucap Hinata memegang kenop pintu, namun terhenti saat pria cebol itu berbicara dari ujung lorong.
"Jangan panggil aku Heichou jika hanya berdua." Setelah mengatakan itu, ia langsung pergi meninggalkan Hinata yang masih diam mencerna kata-kata pria itu.
"Jangan... panggil... Heichou? Apa maksudnya?" Tanya Hinata menatap lorong yang kosong.
.
.
.
Saat makan malam, semua tampak sedikit ribut di dalam ruang makan karena banyak yang berbicara.
"Hinata, tadi aku melihat kau berjalan dengan Heichou." Ucap Sasha.
"Ah, tadi kami tidak sengaja bertemu di hutan, jadi kami kembali bersama." Ucap Hinata.
"Benarkah?" Tanya Connie.
"Aku benar-benar tidak menyukai si cebol itu!" Ucap Jean.
"Kenapa Jean?" Tanya Hinata.
"Dia terlalu hebat." Ucap Jean membuat Hinata tertawa pelan.
"Kalau begitu kau harus berlatih lebih keras untuk menjadi kuat melebihi dia, kan?" Hinata tersenyum.
"Ngomong-ngomong, Hange tidak pernah mengganggumu lagi?" Tanya Eren.
"Tidak. Levi selalu datang jika Hange meminta untuk meneliti diriku." Ucap Hinata menatap Eren.
"Tumben sekali si cebol itu peduli dengan orang lain!" Ucap Jean sinis.
"Kenapa kau mengatakan seperti itu, Jean?" Tanya Hinata heran.
"Pria cebol itu tidak pernah peduli dengan urusan orang lain. Perkataannya bahkan selalu membuat orang lain sakit hati. Aku benar-benar ingin menendang kepalanya!" Ucap Jean kesal.
"Benarkah? Aku tidak pernah mendengar Heichou berkata kasar." Jujur Hinata.
"Apa?! Kau serius?!" Tanya Connie.
"Iya, Connie." Angguk Hinata.
"Wow! Kau pantas diacungi jempol karena dia tidak memperlakukan dirimu kasar." Ucap Jean kagum.

TBC

Angel From GodWhere stories live. Discover now