10

789 79 134
                                    

Di ruangan Pak Dimas hanya ada keheningan saja namun Fahri yang bosan malah bermain hpnya dengan tenang.

"Fahri alasanmu memukul Rivaldo apa?" Tanya Pak Dimas.

"Dia yang memulai bukan saya kok pak." Ucap Fahri.

"Kan sudah bapak bilang jangan menghajar orang lain." Ucap Pak Dimas.

"Bapak tahu kan bagaimana sifat saya." Ucap Fahri.

'BRAK' Pintu ruangan konseling terbuka ternyata ulah Rahmat.

Rahmat mendekat kearah Fahri dan langsung menamparnya begitu saja bahkan suaranya sangat nyaring di ruangan konseling.

"KAU ANAK TIDAK TAHU DIRI HENDRA!" Marah Rahmat.

"SAYA SUDAH MEMBESARKANMU DENGAN UANG YANG SANGAT BANYAK DAN INI BALASANMU!" Marah Rahmat.

"RIVALDO MEMILIKI ETIKA SEMENTARA KAU SEPERTI BERANDALAN TIDAK PUNYA OTAK!" Marah Rahmat.

"Otakku kan sudah hilang sejak lama." Ucap Fahri.

"PANTAS SAJA KAU BODOH SEKALI!" Marah Rahmat.

"Fahri pintar dia sudah memiliki beasiswa sendiri." Ucap Pak Dimas.

"Itu pasti hanya karangan pihak sekolah kan agar si bodoh ini tidak malu!" Kesal Rahmat menunjuk Fahri.

"Hey ayolah bapak Rahmat yang terhormat kau tidak percaya dengan kemampuan putramu sendiri." Ucap Seseorang.

"Abang!" Pekik Fahri.

Orang yang berbicara sebelumnya adalah Roy karena ada telepon panggilan dari pihak sekolah soal kejadian Fahri di sekolah.

"Kau siapa?" Tanya Rahmat.

"Aku wali untuk Mahendra Sabil Al Fahri yang baru." Ucap Roy.

"Apa maksudmu aku ayah kandungnya!" Protes Rahmat.

"Begitukah." Ucap Roy.

"Selama ini apakah kau pernah mengambil rapot milik Fahri?" Tanya Roy.

"Untuk apa mengambil rapot anak ini." Ucap Rahmat menunjuk Fahri.

"Berarti anda tidak ada hubungan apapun dengan Fahri." Ucap Roy.

"Apa maksudmu bocah?!" Kesal Rahmat.

"Fahri mendapatkan beasiswa ke salah satu universitas ternama pun anda tidak percaya." Ucap Roy.

"Bukannya kedua orangtua itu harus percaya kepada anaknya sendiri." Ucap Roy.

"Jadi kalau anda tidak percaya dengan Fahri berarti dia bukan anakmu." Ucap Roy.

"Memang aku anak siapa?" Tanya Fahri.

"Kedua orangtuamu sudah mati hanya ada kakakmu saja yaitu aku." Ucap Roy.

"Perkataanmu kelamaan membuat darahku mendidih anak muda!" Kesal Rahmat.

"Hey tuan saya mengatakan fakta lho." Ucap Roy.

"Anda tahu tidak selama dua bulan terakhir Fahri kemana?" Tanya Roy.

"Dia pasti hanya bermain saja dan melakukan hal yang tidak berguna." Ucap Rahmat.

"Anda salah besar sebenarnya Fahri dua bulan terakhir mengalami gangguan jiwa karena tekanan dari kalian berdua." Ucap Roy.

"Bang sudahlah." Ucap Fahri.

"Pantas saja dia seperti binatang." Ucap Rahmat.

"Ucapanmu sangat tidak ada tata krama sekali tuan." Ucap Roy.

Fahri (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat