Chapter VIII -Tidurlah-

78 13 2
                                    

Seorang pria dengan gadis kecil dipangkuan nya berlari di antara pohon-pohon sana. Dibelakang mereka, rusa-rusa mengikuti mereka berlari dengan kecepatan yang sama. Sang gadis tertawa bahagia dapat melihat hal lain selain padang rumput hijau yang membosankan. Sang pria tersenyum melihatnya.

Keluar dari hutan, sang gadis kini melihat hamparan pasir dengan lautan biru luas yang tak pernah ia lihat. Manik merah senja menatap takjub alas biru yang membentang luas mengelilingi gunung nya. Pria yang memangku nya tersenyum lembut pada sang gadis. Ketika mata merah nya menatap deburan ombak, ia segera menunjuknya.

Rakata,"Tuan, itu apa?"

Wijaya,"Ini adalah laut. Dan yang tadi menggulung lalu hancur saat kemari dan kembali surut, itu disebut ombak"

Rakata,"Apa mereka akan membawa ku?"

Wijaya,"Tentu saja tidak! Jika gulungan nya sangat besar, kau harus berhati-hati"

Mata sang gadis tetap terpaku pada ombak lautan yang terus berdatangan. Tubuhnya ingin sekali menyentuh ombak namun hati nya berkata lain. Wijaya yang melihatnya terkekeh dan segera mendekati ombak yang mendatangi mereka. Sandal nya ia lepas dan disimpan di jarak yang jauh. Sekarang kaki nya bertelanjang ke arah ombak.

Ketika ombak yang sedikit besar mendekati pesisir pantai, Rakata sangat ketakutan hingga mencengkram erat bahu Wijaya. Wijaya sendiri hanya tertawa gemas dengan ketakutan Rakata. Ombak tadi hancur dan membasahi kaki Wijaya hingga mata kakinya. Mata Rakata menatap keheranan pada kaki Wijaya.

Wijaya,"Aku tidak tertarik karena aku kuat! Ayo kau juga harus mencoba nya"

Rakata,"Tapi...aku takut"

Wijaya,"Kau akan baik-baik saja! Semuanya tidak apa-apa! Selama aku ada disini, kau aman"

Kepala Rakata mengangguk pelan. Tangan Wijaya menurunkan tubuh Rakata ke pasir basah dibawah nya. Awalnya Rakata merasa aneh dengan pasir nya namun ia mulai terbiasa. Ketika ombak datang kembali, ia berpegangan pada samping milik Wijaya erat. Dikala ombak itu hancur mengenai kaki kecilnya, ia merasakan kegelian juga dingin yang disusul kehangatan.

Rakata,"Ini geli!"

Wijaya,"Benarkan?? Mau mencoba untuk sedikit ke tengah?"

Rakata,"Tapi kau akan tenggelam.."

Wijaya,"Tenang saja! Aku ini tinggi! Ahahaha!"

Rakata kembali dipangku oleh Wijaya dan mereka segera ke daerah yang sedikit dangkal. Ketika ombak datang, Rakata melihat ombak yang menurutnya sangat besar. Ombak itu menerpa tubuh kekar Wijaya sementara tangan Wijaya menutup kepala Rakata. Air menenggelamkan pinggang Wijaya dan Rakata bisa merasakan kaki nya menyentuh air.

Rakata,"Apa kau baik-baik saja?"

Wijaya,"Ya! Aku baik-baik saja karena aku kuat. Ingin mencoba menyentuh air lagi?"

Rakata,"Ya..."

Wijaya sedikit merendahkan pangkuan nya sehingga kaki Rakata juga tangan nya bisa menyentuh air laut. Rakata memasukan tangan mungil nya ke air yang terasa dingin itu. Saat ombak lain datang kembali, Wijaya segera mengangkat pangkuan Rakata dan berjalan ke pesisir pantai.

Rakata,"Kenapa?"

Wijaya,"Jika terlalu lama didalam air, kau akan sakit! Jadi tetap berhati-hati yah"

Rakata,"Baiklah... Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Wijaya,"Mau makan ikan bakar?"

Rakata,"Ikan bakar?"

Wijaya,"Iya! Tunggu disini yah!"

"Krakatoa"Where stories live. Discover now