3. Lautan Luka

Depuis le début
                                    

"Aku pernah bilang padamu sebelum menikahkan Nad, aku tidak bisa memberikan cintaku untukmu tapi aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu." Jawab suaminya.

"Jadi maksudmu semua itu cuma formalitas saja sebagai sepasang suami istri." Setidaknya Nada paham sekarang, semua yang Rian lakukan selama ini padanya bukan tentang cinta.

Rian mengangguk. "Maaf Nad, menangislah Nad, jika itu membuatmu lebih tenang, aku benar-benar minta maaf."

"Kamu salah mas, yang bisa membuatku lebih tenang hanyalah pelukanmu, dan kamu tidak bisa memberikannya untukku, benar bukan ?" Jawab Nada sarkastik. Wanita itu berlalu pergi meninggalkan kamar itu, mengabaikan pandangan Rian yang penuh dengan penyesalan karena telah menyakiti wanita sebaik Nada.

Nada pergi kekamar lain, dia menutup pintu itu dan bersandar. Dia membekap mulutnya dengan kedua tangannya menahan suara tangisannya agar tak terdengar dari luar. Dia menangis sesegukan, hatinya hancur entah karena apa dia juga tak tahu.

Tok. .tok . .tok. .

"Nad, buka pintunya Nad." Itu suara suaminya, Rian menyusulnya karena khawatir, benarkah ? Ini pertama kalinya mereka bertengkar setelah menikah satu tahun lebih lamanya.

"Nad, mari kita bicara sebentar. Aku nggak bermaksud menolakmu Nad."

"Nad. ." Walaupun samar Rian dapat mendengar suara tangis istrinya. Apa Nada begitu tersakiti dengan sikapnya tadi.

"Mas tolong tinggalkan aku, aku butuh waktu untuk sendiri mas, biarkan aku tidur dikamar ini untuk malam ini." Jawabnya serak. Nada merosot, terduduk dilantai dengan punggung yang masih bersandar didaun pintu.

"Baiklah Nad, jika itu yang kamu mau. Sekali lagi aku benar-benar minta maaf Nad."

Setelah mengucapkan kata itu Rian kembali kekamarnya. Dia mematikan lampu tidurnya dan merebahkan dirinya diatas ranjang. Dalam kegelapan yang tamaram Rian tidak bisa tidur, pikirannya kacau dan hatinya berkecamuk.

Nada adalah wanita yang baik, itu yang membuatnya tak tega melihat wanita itu menangis untuk pria b*jingan seperti dirinya. Andai saja Nada tahu perbuatannya selama ini, apakah wanita itu akan memaafkannya atau melilih menceraikannya ?

"Maafkan aku Nad, maafkan aku. ." Berulang kali Rian mengucapkan kata itu.

***
Flashback

"Ini rumah kita mas." Tanya wanita itu dengan mata yang berbinar.

Pria disampingnya mengangguk lalu menatapnya dengan senyuman tipis disudut bibirnya.

"Aku suka mas, bagus sekali."

"Syukurlah kalau kamu suka. Aku membuat rumah sederhana yang bisa kita tempati setelah menikah nanti."

Nada mengukir senyuman disudut bibirnya. "Aku nggak nyangka kamu berfikir sampai sejauh itu mas."

"Tentu saja Nad, setelah menikah kita tidak bisa terus berada dirumahmu ataupun dirumah orang tuaku kan."

Nada kembali tersenyum menatap pria yang ada disebelahnya.

Wanita itu berjalan menyingkap tirai berwarna abu. "Disini ada kolamnya juga."

"Iya, ada sisa lahan jadi aku membuat kolam renang."

"Wah, anak kita nanti pasti senang mas."

"Nada. . ."

"Iya mas. ."

"Aku sebenarnya tidak mencintaimu, sama sekali." Ucap Adrian, ada sejumput rasa tidak nyaman saat Adrian mengucapkan kalimat itu. Rian sebenarnya ingin menutupi perasaanya pada Nada tapi lebih baik wanita itu tahu sebelum mereka benar-benar menikah.

Nada terdiam beberapa saat, dan berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

"Walaupun aku tidak mencintaimu, tapi aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu Nad. Gara-gara aku kamu terjebak dalam pernikahan ini."

"Mas, aku sama sekali tidak merasa terjebak. Aku ikhlas mas, sejak pertama kali bertemu denganmu, aku sebenarnya sudah menaruh perasaan padamu mas." Ungkapnya tertunduk malu. "Kamu bukan tidak mencintaiku mas, tapi belum. Suatu saat nanti aku percaya kamu akan mencintaiku seiring berjalannya waktu."

"Maaf Nad, sepertinya itu sulit."

"Kenapa mas ? Apa yang membuat hatimu sulit mencintaiku ?"

"Karena aku sudah mencintai wanita lain jauh sebelum bertemu denganmu Nad. Hatiku sudah menetap padanya." Jawab Rian jujur.

Nada berusaha menyembunyikan keterkejutannya lagi dan sakit hatinya. "Benarkah mas, wah sepertinya aku terkalahkan dengan wanita itu."

Rian memperhatikan nada. "Kamu tidak marah."

"Tentu saja tidak mas, aku seharusnya meminta maaf bukan marah."

"Maksud kamu Nad."

"Kalau mas Rian telah mencintai orang lain jauh sebelum mengenalku berarti aku adalah orang ketiga diantara kalian. Benar bukan ?"

"Aku minta maaf karena Nada mas Rian tidak bisa menikahi wanita itu." Nada masih tetap tenang walaupun sebenarnya hatinya sakit tersayat sembilu saat mendengar Rian ternyata mencintai wanita lain.

"Tapi pernikahan ini aku yang menginginkannya Nad." Balas Rian.

"Tolong jangan berbohong hanya untuk membuatku senang mas. Aku tahu mas Rian terpaksa menikah denganku karena sulit menolak keinginan orang tua mas Rian kan lebih tepatnya karena kita dijodohkan."

"Kamu tahu semua itu."

Nada mengangguk memberikan senyuman pada Rian. "Semua itu terlihat jelas dari wajahmu mas. Nada minta maaf, seharusnya Nada menolak waktu mas Rian melamar malam itu. Karena keegoisan hati Nada, mas Rian harus menderita."

"Tidak Nad, jangan meminta maaf lagi. Aku berterimakasih karena kamu mau menerimaku sebagai suamimu, karena aku memiliki banyak kekurangan."

"Itulah fungsi dari menikah mas, Nada akan menutupi semua kekurangan mas Rian dengan kelebihan yang Nada miliki, tolong bimbing Nada mas, agar nantinya menjadi istri yang Sholehah untuk mas Rian."

Riang mengangguk. "Aku akan berusaha Nad, berusaha semaksimal mungkin untuk rumah tangga kita nanti."

It's So HurtfullOù les histoires vivent. Découvrez maintenant