Prolog

1.1K 59 2
                                    

Wanita itu menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan, deru nafas menjadi tak beraturan saat Tama terus menghujaninya dengan puas kenikmatan.

"Tama berhenti aku akan kelu. . .ar."

"Aku juga sayang, bersama ! Jangan ditahan, mengeranglah ! aku ingin mendengar eranganmu yang sexy."

Pria itu menyentakkan miliknya dalam sekali sentakan, menyemburkan benih sp*rma pada wanita yang ada dibawah tubuhnya.

"Ahh . . Tamaaaa. ." Erangan wanita itu lolos begitu saja memenuhi seluruh ruangan.

"Ay, aku mencintaimu." Tama mengecup keningnya perlahan sebagai ucapan terimakasih untuk kenikmatan yang di berikan wanita itu, lalu setelahnya dia ambruk di samping tubuh wanita itu.

Tama memejamkan matanya sebentar, lelah ? itu yang dia rasakan setelah percintaan panasnya dengan wanita yang bernama Aylea Giani, tetapi kenikmatan tubuh Aylea mengusir semua rasa penat dikepalanya akhir- akhir ini.

Wanita itu memeluknya, membuat dada bidang Tama sebagai sandaran kepalanya.

"Kamu keluar didalam lagi."

"Karena itu lebih nikmat sayang." Jawab Tama dengan deru nafas yang masih memburu tak beraturan sambil terpejam.

"Kalau aku hamil?" Jelas itu sebuah pertanyaan yang menyudutkan bagi Tama. Karena Aylea tau bahwa jika dia hamil, Tama pasti akan menyuruhnya menggugurkan anak itu.

Tama berbalik, tangannya memeluk pinggang Aylea yang masih tanpa busana. "Minum obatnya."

Aylea tersenyum getir. "Aku rutin minum obat anti hamil." Wanita itu tau jika hubungan mereka tak akan kejenjang yang lebih serius karena semua itu mustahil bagi mereka.

"Ada masalah dikantor ?" Tanyanya.

"Ya sedikit, kamu kok bisa tau."

"Nggak kayak biasanya aja. Kamu bikin aku Orgasme berkali-kali. Punggung dan kakiku rasanya mau rontok.

Tama tertawa pelan. "Itu karena kamu lemah, kamu nggak bisa menandingi staminaku."

Aylea mencubit punggung pria itu. "Enak aja, aku bukan lemah hanya saja. ."

Cup. . .

Pria itu mengecup kening Aylea. "Cukup Ay, Aku akan tidur sebentar, tolong bangunkan jam tujuh malam nanti."

"Tidak mau menginap ?"

Tama menggeleng. "Tidak, Nada bilang ayah dan ibu akan kerumah jadi aku harus pulang."

Wanita itu mendengus kesal, dihari minggupun tak ada waktu yang lebih banyak untuknya selalu Nada, Nada dan Nada.

"Aku benci kamu Nada." Batinnya .

It's So HurtfullWhere stories live. Discover now