22. Ten's Party

101 13 2
                                    

Sesaat setelah Yeona pergi dari apartemennya, Xiaojun dan Hendery datang menemuinya dengan beberapa kaleng bir. Hari ini masih siang, dan mereka sudah mengajaknya mabuk? Bukan main.

"Apa katamu tadi?" tanya Xiaojun pada Kun, dia menenggak birnya lalu menyomot keripik kentang di hadapannya. Hendery yang saat itu sedang sibuk memakan kuaci itu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Kun. Mencoba mengorek informasi terbaru dari kehidupan pribadi temannya itu.

"Karina, dia sepertinya tidak menyukaiku," ujar Kun. Dia lalu meminum kaleng bir ditangannya hingga habis.

Xiaojun menautkan kedua alisnya bingung. "Lantas? Apa hubungannya denganmu?"

Hendery melirik Xiaojun sejenak, dia lalu mengangguk pelan mengiyakan perkataan Xiaojun barusan. Kun menghela napasnya panjang, dia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, matanya menatap langit-langit ruang tamu dengan pandangan kabur.

"Dia mengganggu aktivitasku dengan Yeona," ketusnya.

Xiaojun terkekeh pelan. Dia lalu meraih pundak Kun dan meremasnya kencang. "Terima saja, jika tak kuat dengan itu, maka kau bisa melepaskan Yeona."

Kun hanya terdiam. Mungkin mudah baginya melepaskan Yeona, namun hanya saja dia tidak mau. Dia masih ingin bersamanya, meskipun dia sudah sering memakainya, dia tak pernah merasa bosan menikmati sensasi setiap sentuhan yang Yeona buat untuknya.

Hendery diam-diam memperhatikan gerak-gerik Kun yang terlihat seperti orang yang gusar. Seakan sesuatu mengganggu pikirannya, dia hapal betul bagaimana sikap temannya itu. Dia menatap ke sekeliling apartemen, lalu menemukan sesuatu yang hilangt

"Dimana Leon?" tanyanya.

Xiaojun melirik Hendery, dia menarik tangannya dari pundak Kun kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia baru menyadari bahwa hewan berbulu itu tidak ada disini saat ini.

"Chenle mengambilnya," ujar Kun.

"Chenle?!" pekik Hendery dan Xiaojun secara bersamaan. Kun hanya mengangguk pelan, dia meraih kacang di hadapannya. Xiaojun merebutnya, dia menatap Kun begitu tajam. Kun mendengus kesal, dia hanya ingin memakan kacang, kenapa Xiaojun mengusilinya seperti itu?

"Chenle kemari?" tanya Xiaojun memastikan bahwa dia tak salah dengar tadi.

"Iya."

Hendery mencondongkan tubuhnya. "Sendiri?"

Kun menggeleng, dia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Kepalanya terkulai lemas disana, sepertinya dia sudah mabuk, padahal dia baru meminum lima kaleng bir. Wajahnya kini terasa begitu panas, pening mulai menjalar ke setiap celah-celah kepalanya.

"Dia bersama siapa Kun?!" entah siapa yang mengatakan itu, namun sepertinya orang itu mendesak Kun untuk segera menyeritakan semuanya secara detail.

Kun mendongakkan kepalanya, dia menatap kedua temannya itu dengan wajah sayu dan kemerahan. "Ibuku," ujarnya.

Xiaojun dan Hendery saling bertukar pandang. "Wuah, apa dia bertemu Yeona?"

"Lebih dari itu," kata Kun. Dia kini membawa kedua lututnya naik ke atas sofa dan memeluknya. "Dia memergokiku dengan Yeona," tambah Kun.

Xiaojun semakin tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Begitu juga dengan Hendery, rasanya bulu kuduknya berdiri saat ini. Dia merinding, dia merasa takut bertemu dengan orang tua Kun dibandingkan dengan bertemu hantu.

Hening memenuhi ruang tamu apartemen itu, hanya terdengar suara denting air jatuh dari wastafel dapur Kun. Selebihnya, mereka hanya diam. Tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Resemblant | Kun WayV Where stories live. Discover now