12. Strawberry and Cigarette

162 22 8
                                    

Kun menghentikan mobilnya di depan bar tempat Yeona bekerja. Dia dapat melihat sosok Yeona yang sedang berbincang dengan seseorang di meja kasir. Seorang lelaki berpostur sedikit lebih kurus darinya dengan dagu yang tegas serta wajahnya yang sangat tampan.

Yeona terlihat sangat dekat dengannya, membuat Kun sedikit penasaran siapa sebenarnya lelaki tersebut. Apakah dia adalah saudara Yeona yang sempat ia sebutkan semalam? Jika iya, mungkin umurnya tak jauh berbeda dengan Kun. Mungkin saja seumuran dengannya?

Kun menatap ke sekeliling bar tersebut, suasanya cukup ramai. Terdapat piano besar disudut ruangan, gantungan lampu mahal, serta lilin aromaterapi yang berada disetiap meja. Bahkan tempat itu terlalu mewah untuk ia katakan sebuah bar.

Yeona melirik ke arah luar dan mendapati mobil Kun yang sudah terparkir di depan bar. Kun melambaikan tangannya, Yeona berbicara tanpa mengeluarkan suara, "sebentar."

Kun hanya mengangguk pelan, dia lalu melihat Yeona berpamitan dengan lelaki itu kemudian beranjak pergi. Lelaki itu terlihat menatap sosok Kun yang menunggu Yeona di dalam mobilnya, tatapannya sedikit tajam mengintimidasi.

Kepala Yeona menyembul dari balik jendela mobil. "Kau sudah lama disini?"

Kun menggeleng. "Tidak juga, masuklah." Kun membukakan pintu untuk Yeona. Yeona lantas merangkak masuk ke dalam mobil Kun.

"Tadi saudaramu?" tanya Kun tanpa basa-basi terlebih dahulu.

Yeona mengangguk pelan. "Kurasa seumuran denganmu, lain kali masuk saja, biar kukenalkan dia padamu."

Kun tertawa. "Mungkin nanti," katanya sambil melajukan mobilnya menjauhi tempat kerja Yeona.

Salju mulai turun, bulir-bulir putih itu hinggap di atas kaca mobil Kun. Membuat pemandangan dari luar terdistorsi oleh salju tersebut. Lantas Kun menyalakan wiper, menyingkirkan salju yang turun kian lebat.

"Apa nanti malam akan badai?" tanya Yeona, dia menelaah keluar jendela mobil. Beberapa orang lalu lalang di trotoar, suasana cukup ramai karena sekarang jam pulang kantor.

Kun menggedikkan bahunya pelan. "Entahlah, memangnya kenapa?"

Yeona menoleh, dia menatap Kun sejenak. "Aku mengkhawatirkan Karina, dia mungkin akan terjebak badai jika pulang nanti malam."

Kun mengusap puncak kepala Yeona pelan. "Nanti kita jemput saja kalau-kalau akan turun badai, bagaimana?"

Bibir Yeona tertarik dari sudut ke sudut. Dia lalu mengangguk cepat. Kun hanya tertawa pelan, tak ia duga dia mencubit pipi Yeona gemas.

Yeona terdiam. Manik matanya menatap Kun yang sedang menyetir itu dengan ekspresi tersipu malu. Bahkan wajahnya memerah seperti buah apel saat ini. Namun Kun tak menyadari itu, dia hanya sibuk menyetir.

"Oh ya, apa yang Hendery lakukan bersama Karina kemarin?" tanya Yeona yang berusaha mengusir rasa malunya karena pipinya dicubit oleh Kun.

Kun menoleh, jantung berdegup cukup kencang saat Yeona melontarkan pertanyaan tadi. Meskipun dia tak yakin juga apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua. Tapi tetap saja, Kun juga ikut andil dalam semuanya.

"Me-memangnya kenapa?" Kun menelan air liurnya dengan susah payah. Dia tak bisa memprediksi apa yang akan Yeona katakan selanjutnya.

"Dia kelihatan, agak berbeda. Dia lebih sensitif, entahlah, dia jadi gampang marah apalagi kalau aku dekat denganmu," terang Yeona.

Darah Kun berdesir dari jantung menuju ubun-ubun. Dia bahkan tak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Kenapa Karina tak suka jika dia berdekatan dengan Yeona? Apa Karina tahu semuanya?

Resemblant | Kun WayV Onde histórias criam vida. Descubra agora