2. Scandal

252 32 2
                                    

Seseorang menarik tangan perempuan itu sembari berujar, "sudah kubilang jangan bicara pada orang asing."

Kemudian mereka pergi meninggalkan Kun yang terdiam menunggu jawaban perempuan itu.

Dia. Mirip sekali.

Bahkan suaranya pun sama, apa mungkin itu dia?

Kun menggelengkan kepalanya pelan. Pikirannya mulai tak waras karena efek alkohol. Padahal dia hanya minum setengah botol, itu tidak ada apa-apanya. Paling tidak dia butuh sebotol anggur merah untuk membuatnya tertidur hingga esok siang.

Mungkin saat dia sampai di apartemennya, dia akan meminum segelas anggur lagi di kulkas kecil di bawah meja tempat tidurnya.

Kun menghela napasnya panjang, entah kenapa dia merasa begitu lelah malam ini. Apa karena kebrutalan Ten tadi? Padahal itu bukan pertama kali dia melihat temannya seperti itu.

Lantas apa? Apa yang membuatnya begitu penat? Apa dia menyesal karena hanya sekedar merekam kegiatan Ten?

Atau karena dia bertemu gadis itu? Siapa namanya tadi? Oh, Kun tak mendapatkan jawaban itu.

Dengan langkah gontainya dia masuk ke dalam mobilnya, kepalanya tersandar di sandaran jok. Matanya terpejam, pikirannya terbang. Bayang-bayang masa lalu itu pun kembali muncul di dalam benaknya.

Saat itu, dia bersama kekasihnya. Hyorin. Melakukannya saat siang, minum bersama teman-temannya. Semuanya begitu indah, sebelum akhirnya Kun melakukan satu kesalahan.

Satu kesalahan yang mengubah semuanya, satu kesalahan yang membuat dirinya tak bisa bertemu Hyorin lagi.

Kun memijat pelipisnya. Dengan energi yang sudah hampir habis, dia mengendarai mobilnya pulang ke apartemennya.

***

"Kau cukup mahir untuk kameramen amatir," kata Hendery sambil menatap layar komputernya, dia sedang menonton video Ten semalam.

"Oh begitu?" Salah satu alis Kun terangkat.

Hendery hanya mengangguk pelan, matanya tak lepas dari layar monitornya. Seakan dilem oleh sesuatu.

Kun duduk di pinggir ranjang Hendery, aroma mint menyeruak di seluruh penjuru ruangan. Ada beberapa keyboard rusak yang tak kunjung dibuang, membuat pojok kamar Hendery terlihat begitu berantakan. Namun area komputernya masih tertata rapi. Skat peredam suara terpasang di setiap sisi kamarnya, dan tak lupa ada beberapa headset yang tergantung di sana.

Suara desahan perempuan dan Ten saling bersautan, terus diulang hampir sepuluh kali oleh Hendery.

"Oh bisakah kau berhenti mengulangnya?" gerutu Kun yang kini mulai risih dengan suara erangan itu.

Hendery kini menoleh, dia menatap Kun yang duduk di belakangnya. Wajahnya memberikan ekspresi heran, dia mengangkat satu tangannya dan membuatnya seperti bunga yang sedang menguncup. "Dalam proses editing, harus ada rasa yang mendalam terhadap video yang akan diedit," ujar Hendery.

Kun hanya memutar kedua bola matanya jengah. "Terserah," katanya yang kemudian memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Hendery memutar tubuhnya, lalu kembali fokus ke layar komputernya. Di sana, ada Ten yang baru saja merobek celana dalam perempuan semalam.

Hendery tercengang sejenak, namun kemudian dia berkata, "oh, nice baby."

Kun tak menggubris perkataan temannya, dia mencoba tidur lagi. Namun baru sebentar dia menutup kelopak matanya, Hendery melempar bantal ke arahnya dan mengenai perut Kun.

Resemblant | Kun WayV Where stories live. Discover now