28. His Secret

94 13 2
                                    

Kun meletakkan tubuh Yeona di atas ranjangnya. Dia menarik selimut lalu menyelimuti tubuhnya hingga atas dada.

Perlahan dia menarik kursi di depan meja komputernya kemudian duduk di hadapan tubuh Yeona yang terbaring di hadapannya.

Baru kali ini dia sangat merasa bersalah. Mungkin karena dia sudah mengenal Yeona dengan baik, meskipun dari awal dia tak bermaksud untuk masuk ke dalam hidupnya dan membuat perempuan itu berharap lebih padanya.

Dia menyesal karena sudah mempermainkan perasaannya. Padahal, dia sudah menaruh harapan yang amat besar padanya. Yeona pikir, dia berbeda dengan mantannya itu. Tapi justru lebih buruk.

Kun bahkan tidak tahu bagaimana harus meminta maaf padanya. Pilihan yang salah karena dia menyerahkan copy-an videonya pada Hendery. Lelaki itu pasti sudah mengeditnya dan menyerahkannya pada Ten. Atau lebih buruk, dia tidak mengeditnya sama sekali.

Pikirannya kalut. Dia tidak mungkin bisa merebut copy-an itu dari Ten. Terlebih lagi karena saat ini mereka sudah tak bekerja bersama lagi.

Kun meraih tangan mungil Yeona. Tangannya begitu dingin, wajahnya juga keliatan pucat. Dia tidak tahu bagaimana Yeona mengetahui tentang video itu, tapi yang ia tahu pasti hanyalah fakta bahwa Yeona tentu terkejut melihatnya ada di video tersebut.

Tangan Kun meremas tangan Yeona pelan. Kemudian dia menenggelamkan kepalanya di atas ranjang. Mencoba untuk menepis sesaat pikiran buruk dari semua kemungkinan yang akan segera terjadi.

Beberapa menit berlalu, Yeona terbangun dari pingsannya. Kepalanya terasa sangat pusing, dia menelaah ke setiap sudut ruangan. Untuk sesaat dirinya ini bingung apa yang sebenarnya terjadi padanya, namun saat dia menyadari sosok Kun yang sedang tertidur di sampingnya dengan memegang tangannya itu membuat Yeona mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

Yeona menarik tangannya, Kun terlihat tersentak. Dia lalu mengadahkan kepalanya dan melihat Yeona yang menyingkap selimutnya kemudian berusaha untuk bangun.

"Kau sudah bangun?" tanya Kun.

Yeona tak menjawab. Dia membawa kakinya turun dari ranjang, lalu dengan terhuyung-huyung dia berjalan. Namun justru dia terjatuh hingga tubuhnya terbentur ujung meja komputer Kun.

Kun segera menghampirinya lalu mencoba untuk membantunya. Dia meraih bahu Yeona, namun Yeona menepis kedua tangan Kun.

"Jangan menyentuhku!" pekiknya. Kun sedikit kaget karena bentakan Yeona. Dia tersenyum getir kemudian memutari tubuh Yeona lalu dia jongkok di hadapannya.

"Maafkan aku, aku tahu kata maaf saja tidak cukup." Kun menghentikan perkataannya, dia menghela napasnya frustasi. "Tapi aku akan coba untuk merubah semuanya," katanya sedikit tak yakin.

Yeona terdiam, kepalanya tertunduk. Tangannya meremas karpet lantai beludru milik Kun. Matanya kini terasa panas, hingga tanpa ia sadari air mata itu kembali jatuh dari pelupuk matanya.

"Tidak, kumohon jangan menangis. Aku bisa memperbaikinya," ujar Kun yang sambil berusaha memeluk Yeona. Yeona mengacungkan jari telunjuknya kehadapan Kun, memperingati lelaki itu untuk tetap di posisinya.

"Aku sudah pernah mendengar perkataan itu, tapi semuanya hanyalah bualan semata."

Kun menatap wajah Yeona getir. Dia saat ini tidak sedang membual, dia sungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya. Awalnya memang dia hanya ingin bermain-main dengan Yeona. Namun semakin dia dekat dengan perempuan itu, dia merasa semua yang ia lakukan selama ini salah.

"Aku bersungguh-sungguh dengan perkataanku, Yeo." Kun menggenggam tangan kanan Yeona pelan. Yeona menariknya, dia lantas menyeka air matanya kasar.

"Apa salahku Kun?" tanya Yeona lirih.

Kun menggigit bibir bawahnya gugup. Haruskah dia berkata sejujurnya saat ini? Dia takut perkataannya itu membuat Yeona semakin sakti hati. Tapi jika dia berbohong, suatu saat pasti Yeona akan mengetahuinya. Seperti saat ini.

"Jawab aku," ujar Yeona yang ingin segera mendapat penjelasan dari Kun.

"Baiklah, tapi kau bangun dulu." Kun mencoba meraih tangan Yeona, namun Yeona menjauhkan tubuhnya dari Kun.

Dia menggeleng pelan. "Tidak, seperti ini saja."

Kun menarik tangannya, dia lalu menghela napasnya panjang. "Baiklah." Dia lalu mendudukkan bokongnya diatas karpet dan dengan segenap kekuatan. Dia berusaha untuk menceritakan masa lalunya pada Yeona. Perempuan yang saat ini berada dihadapannya. Perempuan yang bisa membuatnya melupakan Hyorin.

"Kau tahu perempuan yang kau lihat di wallpaper ponselku?" tanya Kun. Yeona mengangguk pelan, meskipun dia tidak yakin kenapa Kun bisa tahu bahwa dirinya mengetahui wallpaper ponselnya. Namun saat ini hal itu tidak penting, yang ingin Yeona ketahui adalah kenapa semua ini bisa terjadi padanya.

"Dia mantanku, teman-temanku kenal dengannya. Dan dia meninggal bunuh diri," ujar Kun. Kepalanya tertunduk sebentar, dia kemudian dia melanjutkan ceritanya. "Dia bunuh diri karena videonya bersamaku tersebar, wajahnya terekspos, sementara aku tidak. Itu membuatnya depresi, hingga memutuskan untuk bunuh diri," terang Kun.

"Lantas? Apa hubungannya denganku? Apa kau menyalahkan semua itu karena wajahku mirip dengannya?" tanya Yeona. Meskipun dia tak tega berkata seperti itu padanya, dia juga sedikit kaget karena mendengar fakta bahwa Hyorin bunuh diri karena video skandalnya. Namun semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, kenapa juga dia harus menerima semua ini?

Kun menjilat bibirnya. "Aku hanya merindukannya, jadi..."

Dia menggantung perkataannya. Membuat Yeona mengangkat salah satu alisnya.

"Jadi apa?"

"Jadi aku selalu mencari perempuan yang wajahnya mirip dengan Hyorin dan membuat video bersama."

Perkataan Kun barusan membuat Yeona sangat kaget, hampir saja dia pingsan lagi karena mendengar perkataan Kun tadi. "Kenapa kau bisa setega itu?"

"Aku tidak tahu, aku hanya-"

"Lantas yang di pesta Ten kemarin? Apa dia juga?" potong Yeona.

Kun mengangguk pelan. "Woah, Qian Kun. Aku tidak habis pikir," ujar Yeona kehabisan kata-kata.

"Tapi dari semuanya, hanya kau yang paling dekat denganku," terangnya.

"Ah begitu? Bagaimana aku bisa percaya? Astaga, bukankah seharusnya kau menyesali kepergian Hyorin?"

"Tentu, tentu saja aku menyesalinya. Aku mengutuk diriku karena kesalahan itu, lantas aku melakukan semua itu," kata Kun. Yeona tercengang, dia bahkan tak mengerti kemana pola pikir Kun saat ini.

"Bukan seperti itu, tidak seperti itu caranya."

"Maka tuntun aku, bantu aku keluar dari sini jika salahku memang salah," katanya gamang. Mata Kun terlihat memerah, dia tidak menangis. Hanya saja, matanya terlihat sedih.

"Kenapa harus aku?"

Kun menaikkan kedua bahunya, dia bahkan tak mengerti. Dari semua wanita yang ia tiduri, hanya Yeona yang bisa membuatnya nyaman, meskipun pada awalnya dia mengira Yeona hanya akan mampir sebentar dalam hidupnya. Namun sekarang, dia justru memintanya untuk menetap lebih lama dalam hidupnya.

"Lantas bagaimana? Ten sudah memiliki videonya, apa yang akan kau lakukan? Aku tidak mau video itu kembali tersebar," keluh Yeona. Kun memeluk lututnya, itu masalahnya, dia pun tak tahu.

"Eh, tapi kau sudah tidak marah padaku kan?" tanya Kun sambil menoleh menatap Yeona di sampingnya.

"Masih, aku masih marah padamu hingga kau bisa mendapatkan video itu."



















©kunyeo

Resemblant | Kun WayV जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें