Chapter 26 | Another Side

62 7 0
                                    

Cek playlist Nagana di Spotify, ketik aja Nagana Melody, keluar deh di pencarian and Happy Reading!
.

Bel berbunyi. Naga meninggalkan sofa. Tadi dia mengira itu para inti Zeros, tapi ternyata malah Runa. Tidak langsung membuka. Naga mengamati tampilan Runa di layar digital.

"Buset, nih mantan tahu aja kalau gue lagi kangen."

Naga menyugar rambutnya. Dia kemudian mengendus ketiaknya.

"Anjir, kenapa gue bau begini?"

Bel dibunyikan lagi. Naga tak peduli. Dia menuju kamarnya dan menyemprotkan parfum ke badan.

"Begini baru harum." Naga tiba-tiba mendapati ide gila. Dia melepas kaosnya.

"Runa pasti khilaf."

Sebelum membuka pintu Naga memasang wajah datarnya. Itu tak berubah bahkan kala Runa menyapa ramah.

"Hai."

"Ngapain lo?" Tentu saja, nada tak suka dan sorot benci harus dipertahankan.

"Bego! Bisa kabur dia sebelum lo enak-enakan."  Suara dalam kepalanya langsung mengomel.

Runa mengulurkan paperbag. "Buat makan malam."

Naga melebarkan pintu. Reaksi yang tak diduga oleh Runa, tapi dia tak mau banyak bertanya. Takut Naga keburu berubah pikiran.

"Makanan apaan?"

"Steak dan salad sayur."

Runa duduk di atas karpet beledu. Naga menyusul di sofa dekat sampingnya.

"Cuma itu?" sinis Naga.

"Ada ayam goreng, calamari dan mie goreng juga."

"Gila lo! Makanan campur-campur begitu. Perang semua di perut, Anjir."

"Jadi mau atau enggak?" Runa mendadak kesal. Sudah tidak mood. Naga malah memancing emosi.

"Lo yang sebenarnya niat atau enggak?" Suara Naga meninggi.

Runa beranjak. Memang sebaiknya dia tak pernah datang. Wajahnya saja yang merupakan bentuk healing, tapi tidak dengan sikapnya.

"Apaan sih? Gitu aja ngambek."

Runa tak menghiraukan. Dia tetap beranjak. Sebelum menjauh, Naga menangkap tangannya.

"Lo memang sialan ya?" omelnya. "Gue ini merajuk. Dibujuk, bukan dibiarkan. Gimana sih? Jadi perempuan enggak punya hati banget."

"Makanya jangan ngomel terus."

"Lo yang mancing emosi."

Runa menarik tangan Naga. "Kenapa, lagi enggak mood juga?" Runa luluh.

"Sok tahu lo, Anjing."

"Mulut, Ga."

"Berisik! Mana makanannya?"

Runa berdiri lagi. Naga dengan sengaja merentangkan kaki. Runa tak memperkirakan itu, dia pun terjatuh ke paha Naga. Tak sempurna dan hampir merosot, dia mengalungkan tangannya ke leher Naga sebagai pertahanan. Seolah tak merasakan beban ataupun risih. Naga membiarkannya.

Runa terpesona dibuat profil bawah wajah Naga. Rahangnya segi empat dan kokoh. Tone kulitnya sedikit kecoklatan. Benar-benar maskulin sekali.

"Kok enggak dilepas? Biasanya marah-marah."

"Lepas apa, tolol? Celana gue? Gila aja, lo kira gue laki-laki murahan."

"Pelukannya, Naga." Runa menekan gemas.

NagaNa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang