Chapter 22 | Penyerangan Lapangan

74 6 0
                                    

"Nih!"

Runa mengerutkan kening akan buku bersampul pink yang jatuh di mejanya.

"Ada tugas kelompok. Satu tim empat orang. Kalau lo mau ayo, tapi kalau gak mau ya udah."

"Tugasnya ada di situ," tambah Sana. "Lo cari-cari dulu referensinya. Minggu ini kita kerjakan."

Runa membuka buku Faye. Dia membaca tugas yang diberikan, lalu mengangguk.

"Oke."

Runa kemudian mengambil foto dari buku Faye. Selepasnya dia menggeser buku Faye ke tepi meja.

"Kantin?" tawar Silas yang lewat di sampingnya.

"Ya."

Runa berdiri. Dia lalu mengikuti Silas ke luar kelas.

"Mereka teman lo?"

"Dulunya."

Silas tak lagi bertanya. Wajah Runa sudah menunjukkan penolakan untuk pertanyaan lebih lanjut.

"Gimana keadaan Naga?"

"Kakinya keseleo."

"Badannya besar. Gue yakin dia pasti kuat."

Runa tidak setuju dan itu bukan tentang Naga tahan atau tidak. Dia memang tidak menerima cowok itu dilukai.

 Dia memang tidak menerima cowok itu dilukai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ga, makan dulu."

Bagas meletakkan lunch box ke nakas. Dia telah mengisinya dengan makanan kesukaan Naga.

"Hem."

"Hem, hem, makan!" desak Bagas. "Nanti lo mati lagi."

"Berisik lo."

"Gue berisik karena perhatian."

Bagas duduk di kursi tepi bankar. Dia kemudian membuka penutup lunch box.

"Sini deh, gue suap."

"Apaan sih?"

"Lo yang apaan. Udah sakit, tapi masih banyak tingkah."

Bagas mengambil sesuap nasi dengan udang. "Aaa."

Naga menurunkan ponselnya. Dia merebut lunch box beserta sendoknya.

"Thanks," katanya sarkas.

"Gue masih sakit hati ya lo nyiram cewek gue." Bagas mengingatkan.

"Emangnya Runa mau sama lo?"

"Tai lo!"

Naga memasukkan sesuap nasi bersama lauk ke dalam mulutnya. Bagas memperhatikan dalam diam. Itu membuat Naga melirik dengan tajam.

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now