Chapter 21 | Naga Diserang

69 6 0
                                    

෴෴

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

෴෴

"Jangan jauh-jauh."

Runa memutar mata akan perkataan Zay. Sebenarnya itu perkataan yang bagus dan penuh perhatian. Sayangnya kebencian membuatnya menganggap kalimat tersebut terlalu ikut campur.

"Semua mata memperhatikan. Jaga perilaku kalian, " kata Davino memperingati.

"Tentu, Pa."

Sementara Zay membalas, pandangan Runa sudah mengedar ke sekitar. Pria dan wanita memenuhi ballrom dalam balutan pakaian glamor. Mewahnya bahkan sampai mengalahkan dekorasi ruangan.

Remaja hanya terlihat sedikit. Itu menyempil di antara beberapa pasangan. Kebanyakan hanya memasang senyum. Memang acara ini sebenarnya untuk para orangtua. Mereka hanya datang sebagai aset untuk dipamerkan.

"Selamat malam."

Steve menjabat tangan Davino. Wajahnya masih tampan dengan garis rahang tegas. Otot-ototnya yang kekar pula terbalut oleh jas hitam.

"Putrimu?"

"Ya, ini putriku. Runa Valentina Dikra. Di sampingnya itu adalah kakaknya, Zay Valentino Dikra."

"Masih sekolah?"

Runa memutar mata jengah. Rupa-rupanya mereka dibawa demi menjadi tawaran pengikat relasi. Sekarang pula papanya tengah memaparkan kualitas dirinya.

"Aku memiliki seorang putra. Tadinya dia setuju, tapi entahlah. Mungkin terjebak kemacetan."

"Boleh aku bergabung?"

Pria tak kalah tampan bergabung. Runa memundurkan diri. Percakapan para orang tua itu amat mengerikan untuknya.

"Ayo sapa mereka."

Entah sejak kapan perginya dua orang itu. Runa kini digiring papanya menuju seberang ruangan.

"Dav." Xega menjabat tangan Davino. "Bagaimana kabarmu?"

"Tidak pernah lebih baik darimu."

"Kau membuat aku merasa paling baik saja."

"Memang, kau menguasai pasar baru-baru ini."

"Itulah hasil dari kerja keras."

"Padahal kau hanya pulang pergi untuk liburan."

Xega tertawa kecil. Dia lalu terjebak oleh wajah Runa.

"Putrimu?"

"Ya."

"Apa masih SMA?"

"Benar, dia masih SMA. Dengar-dengar putramu juga begitu. Siapa namanya?"

"Hideo Gamaraga."

Pupil mata Runa langsung melebar. "Hideo?" ulangnya.

"Kamu mengenalnya? Ya, dengar-dengar dia terkenal di sekolahnya." Xega tersenyum kecut. "Sayang bukan karena prestasi ataupun kebaikan."

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now