9. Operasi

125 30 0
                                    

Setelah kontrol beberapa kali di poli penyakit dalam, akhirnya DPJP ACC juga untuk operasi. Puspa, ummi Tara datang ke Semarang untuk menungguinya operasi gigi.

"Mbak Tara operasi kapan?" tanya Bagas di seberang telepon. Lelaki itu segera menghubungi Tara melalui panggilan video begitu melihat status WhatsApp.

Tara baru saja menyelesaikan makan siangnya. Ia merasa sedikit aneh ketika harus merasakan bed pasien sekali lagi tapi tidak dalam kondisi lemas. Beda lagi jika pasca operasi nanti. Tapi satu yang patut disyukurinya, para tetangga bed juga yang menunggu semua baik, ramah dan tak ada yang rewel apalagi cerewet.

"Besok," jawab Tara sembari merapikan letak selimutnya.

"Waduh, saya nggak bisa besuk," kata Bagas menyesalkan.

Tara tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Nggak masalah. Minta doanya saja." Lalu ia terdistraksi oleh baju yang dikenakan oleh Bagas dan tertangkap kamera. "Bajunya Mas Bagas mirip seragam angkatan udara ya?"

Bagas tersenyum. "Masa?"

Tara mengangguk. "Iya. Birunya sama. Biru langit. Mas Bagas tentara ya?"  Memang sih ada pabrik yang pegawainya mengenakan seragam berwarna biru muda hanya saja ia tetap merasa hal itu berbeda.

Bagas hanya tertawa tanpa menjawab apa pun. "Saya mau balik kerja dulu ya? Semoga besok dilancarkan."

"Aamiin, makasih. Selamat bekerja juga," sahut Tara. Keduanya mengobrol singkat sebelum akhirnya betul-betul diakhiri.

"Siapa?" tanya Puspa setelah Tara meletakkan ponselnya di nakas yang mana geraknya masih bebas sebab infus belum dipasang.

"Hem? Oh, Mas Bagas yang dua kali bantuin aku waktu pingsan. Pertama pas nikahnya Mbak Bella dan kedua pas di rumah sakit," jawab Tara lalu mengambil donat yang dibawakan oleh budenya.

"Orang mana? Semarang?" tanya Puspa lagi dengan tatapan menyelidik.

Tara yang tengah menggigit donat topping matcha mengangguk. "Tapi kerjanya di bengkel Jogja. Katanya gitu. Cuma ini tadi kok bajunya kayak seragam angkatan udara gitu ... " katanya setelah mengunyah dan menelan donatnya.

"Angkatan udara? Tentara?" ulang Puspa.

Tara mengangguk lagi. "Iya. Itu loh yang bukan loreng. Yang biru langit. Tapi tak tanyain tadi nggak ngaku."

"Oh. Iya sih, PDH angkatan udara kan warna itu." Puspa manggut-manggut.

"PDH apaan ya, Ummi?" tanya Tara polos.

Puspa langsung menatap putrinya tajam. "Ya Allah, kamu ini cucu tentara, PDH nggak tahu?"

Tara nyengir.

"PDH itu Pakaian Dinas Harian yang kemeja, celana kain, sepatu pantofel yang kinclong bisa buat ngaca," terang Puspa.

"Oh." Tara manggut-manggut.

"Belajar makanya," omel Umminya.

Tara nyengir lagi. Tapi umminya juga ada-ada saja, Eyangnya meninggal saat ia masih SD. Ia memang suka mendengarkan kisah heroik perjuangan eyangnya mempertahankan kemerdekaan dari penjajah tapi tak kepikiran untuk belajar seragam yang dikenakan selain yang ia pahami tentara berseragam loreng. Kalaupun saat ini bisa melihat selain loreng juga ada seragam dengan kemeja dan jas, ia tak tahu apa saja namanya.

Dan mengenai Bagas, ia yakin lelaki itu tidak bekerja di sebuah perusahaan melainkan seorang abdi negara.

"Tapi dulu bilangnya kerja di bengkel?" gumam Tara sembari mengingat-ingat obrolannya dengan lelaki itu. "Apa bohong untuk menutupi pekerjaan aslinya?"

ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)Where stories live. Discover now