Bag 59

156K 19.6K 2.1K
                                    

Selamat membaca 🔥

¥¥¥¥¥¥


“Kebakaran”

“Kebakaran!!”

DUG

“Akhh”

“DIAM!” pekik Hera, setelah dirinya berhasil melempar sebuah bantal besar ke arah Jake, yang langsung saja mengenai bagian kepalanya. Badan Jake pun terlihat terhuyung ke belakang.

“Kenapa kau berteriak-teriak di kamarku? kampret!" Umpat Hera sembari duduk, lalu menggaruk-garuk rambutnya frustasi.

Jake memutar bola matanya malas, “Hei, ini sudah sangat siang. Dan kakakku sudah sangat lelah membangunkan mu dari pagi. Dari Seatland ke Eartland kau hanya tidur seperti kerbau!” Jake mencibir.

Mata Hera lantas membulat sempurna, badanya pun seketika duduk dengan tegak, matanya ikut memutar kesana kemari menatap semua barang-barang yang ada di sekitarnya.

Lalu dia mengangguk-angguk mengerti.  "Ah, ternyata kita sudah sampai yah..."

Jake menggelengkan kepalanya tidak habis pikir mendengar bagaimana Hera berucap dengan santainya. Padahal perjalanan Seatland menuju Eartland, banyak sekali perjuangan kakaknya untuk memastikan istrinya itu selamat sehat sentosa.

“Belum, kita belum sampai” timpal Jake terdengar kesal.

Dengan malas-malasan, Hera pun menguap lebar, berniat kembali merebahkan kepalanya ke bantal.

"Hem, kalau begitu aku akan tidur lagi saja.”

Jake melotot dan berteriak kencang, “SEMUA ORANG SUDAH MENUNGGUMU DI BAWAH, HERA KOPETTT!!”

DUG

“TUTUP MULUT JAHANAMMU ITU SETANN!!"

“Ada apa ini?” tanya seseorang dari arah pintu kamar, dengan wajah berkeringat seperti baru saja berlari.

Hera mendengus, Jake pun melipat kedua tangannya ke depan dada lalu memandang ke arah lain. Saat ini mereka terlihat seperti anak kecil yang tengah bertengkar.

“Aku lah yang menyuruh Jake membangunkanmu. Apa kau benar-benar baru membuka mata di pagi---ah tidak maksudku siang ini?” tanya pria itu yang tak lain adalah Silas. Dia pun melangkah mendekati Hera lalu duduk di ranjang, sampingnya.

"Benar. Kakak ipar kopet ini baru bangun siang ini!" sahut Jake dari sudut kamar sambil jari telunjuknya menunjuk Hera kesal.

“Tentu saja tidak. Aku sudah bangun dari tadi pagi. Hanya saja hormon hamil ini membuatku ingin selalu beristirahat. Ingatlah Silas, aku memiliki kecebong dalam perutku. Kecebong-kecebong ini selalu ingin tidur setiap saat,” terang Hera menunjuk perutnya.

Jake yang mendengar itu langsung saja menampilkan wajah jijik. Silas pun hanya bisa menggeleng, lalu mengelus lembut perut Hera yang masih tertutup pakaiannya.

“Baiklah, kau aku izinkan tidur selama yang kau mau. Tapi tidak aku izinkan tidur yang bisa membuatmu meninggalkanku selamanya” Silas tersenyum tipis, menatap bola mata Hera penuh kasih.

“Kata-katamu terdengar seperti menyumpahiku mati” Hera menatap Silas tajam.

Dengan perasaan dongkol, Silas pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Sepertinya aku harus berhenti belajar hal romantis pada Damian.”

Hera pun tersenyum smirk, lalu menopang wajahnya dengan kedua tangannya.

“Sebenarnya kau tidak perlu belajar, Silas. Karena hal romantis menurutku itu, adalah kau memberikan semua hartamu untukku. Mudah bukan?” Hera tersenyum lebar.

The Villainess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang