Prolog

13.4K 920 7
                                    

Hari ini tepatnya hari senin dimana setiap pagi akan diadakannya upacara bendera.

Hal ini tentu membuat Askara Mahendra mengungsi ke perpustakaan untuk menghindar dari upacara dan tentunya bersembunyi dari guru bk.

Ia mengambil kunci perpustakaan dikantung celana sekolahnya lalu membuka pintu perpustakaan dan tak lupa menutupnya kembali.

"Huft..untung aja gue udah duplikat ni kunci dari bu Inah.." ucap Aska sambil mengelus dadanya dramatis.

Ia berjalan menuju bagian paling belakang perpustakaan, kemudian tidur diantara tumpukan buku disampingnya.

Saat akan memejamkan mata, ia tak sengaja melihat buku novel yang bersinar akibat pantulan dari cahaya matahari. Aska pun langsung bangkit mengambil novel tersebut lalu duduk kembali ketempatnya semula.

"Novel apaan ni?" ucap Aska sambil membolak balikkan buku novel tersebut yang tidak mempunyai judul dibagian depan maupun belakangnya.

"Hm.. baru pertama kali gue liat ada novel yang ga ada judulnya begini." Karena penasaran ia pun mulai membaca novel tersebut.

Tak terasa hari pun sudah menjelang sore. Aska terbangun dari tidur lelapnya. Ternyata ia ketiduran saat membaca novel tersebut.

"Nghh.. pegel juga badan gue tidur sambil duduk gini." Ia pun beranjak bangun tak lupa membawa novel itu keluar dari perpustakaan.

"Wahh serem juga ni sekolah kalo sepi begini.. untung aja gue bawa kunci, kalo gak udah nginep gue diperpustakaan." Saat ia sudah keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba terdengar suara teriakan orang-orang yang menyuruhnya untuk segera minggir dari jalan.

Jleb

"Ukh.." namun naas, dirinya sudah tertusuk pisau tepat dijantungnya.

Bruk

Dirinya jatuh menimpa tanah sambil memegang dada sebelah kirinya yang masih tertancap pisau. Darah merembes keluar bagaikan air sungai yang mengalir deras.

Tangannya yang berlumuran darah menggapai novel yang tadi dirinya baca diperpustakaan hingga novel tersebut kotor akan darahnya.

"Akh.. sial.." lirih Aska kesakitan.

Pengelihatannya mulai memburam. Telinganya berdengung mendengarkan suara teriakan orang-orang disekitarnya. Lama kelamaan suara-suara tersebut makin mengecil.

"Be..ri.sik.." lirihan yang sangat pelan keluar dari bibirnya.

Perlahan-lahan matanya terpejam dan semuanya pun menjadi gelap. Tak ada cahaya maupun suara. Dan pada saat itulah Askara Mahendra menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya.

To be countinue
.
.
.

Haii gaiss👋

Karena saya suka sekali sama novel yang bergenre transmigrasi maka dari itu saya nulis cerita ini.

Semoga kalian suka! Btw saya slow update ya. Kalau lagi mood baru nulis kelanjutan ceritanya hehe.

Makasi yang udah baca! Muach😘

Menjadi Adik Sang AntagonisWhere stories live. Discover now