Chapter 14 | Penyerangan Pertama

80 7 0
                                    

"Kambing!" sembur Hideo kala tiba di parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kambing!" sembur Hideo kala tiba di parkiran.

Anas menganga tak percaya akan apa yang dia lihat. Motor baru untuk Runa sudah tercoret oleh cat merah. Lalu tertulis di kedua kapnya kata dead yang berarti mati. Pita merah pula terikat di lengan gas kanan.

"CCTV."

Bagas berlari menuju pos security. Dua petugas yang berjaga segera menyingkir. Kalau inti Zeros mendatangi mereka, itu berarti ada sesuatu yang ingin dipantau.

"Istirahat kedua masih aman," kata Arka. Di belakangnya inti Zeros yang lain bergabung.

"Pasti waktu pembelajaran." Anas melewati Arka. Dia tiba di belakang tubuh Bagas dan menatap pada pegerakan monitor.

Bagas mengikuti dugaan Anas. Menit-menit berlalu tanpa hasil. Bagas lalu mulai melangkaui rekaman. Sosok tinggi dalam balutan hoodie merah terlihat mendekati motor Runa. Langsung saja mereka merapatkan diri untuk melihatnya lebih jelas.

"Ke mana security?" tanya Dendi. "Kalau mereka di sini seharusnya orang itu enggak bisa bertindak."

"Jangan bicara dulu," tegur Bagas.

Seolah paham diintai. Sosok itu berbalik ke arah mereka. Wajahnya tertutup masker. Parahnya tudung hoodie sampai ke hidungnya.

"Bisa ngeliat tuh orang?" celetuk Arka.

"Pakai mata batin kali," sergap Hideo asal.

"Dia udah sampai ke sekolah." Bagas memutar kursi. "Gimana selanjutnya, Ga?"

Naga mengerutkan alis. "Apa?"

"Runa benar-benar ditargetkan," simpul Anas. "Teror ini gue yakin sebentar lagi akan membesar."

"Lalu?"

"Ga!" bentak Bagas.

"Kalau kalian mau menyelamatkan si pengkhianat, silahkan. Gue enggak  ngelarang. Tapi ingat, kalian inti Zeros. Prioritaskan apa yang seharusnya."

Naga mengeratkan tasnya. Dia lalu beranjak keluar. Kata-kata mereka tertahan di ujung lidah. Berubah menjadi desahan berat sebab tak lama Naga mengemudikan motornya ke luar gerbang.

"Dia beneran serius?" tanya Arka.

"Entahlah." Hideo keluar. Kembali ke motor Runa. Dia mengamatinya lekat-lekat.

"Lama kelamaan dada gue kenapa jadi panas ya?" ujar Bagas.

"Mau mati kali lo."

Bagas melotot kepada Hideo. Bukan karena kalimatnya, tapi karena candaan pria itu tidak datang di waktu yang tepat.

"Rekaman CCTV di kelas Runa tadi pagi dihilangkan. Menurut kalian apa orangnya sama?" Anas mendudukkan diri di motor Runa.

"Gue ragu untuk mengiyakan." Dendi menarik pita yang mengikat lengan kemudi. "Tapi dia memberikan simbol ini sebagai persamaan."

NagaNa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang