Chapter 13 | Teror Kedua

78 6 0
                                    

Runa menoleh kanan dan kiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Runa menoleh kanan dan kiri. Kelas masih kosong. Sekali pandang pun dia tahu kalau tidak ada orang selain dirinya. Akan tetapi dia ingin melihat jejak pelaku peletak kotak hitam di mejanya. Seperti semalam, itu juga memiliki pita merah.

Mengira isinya  berhubungan dengan darah, Runa pun membawanya menuju kelas Naga. Itu adalah kelas 11 IPA 2.

Kelas dengan dinding berhiaskan rumus-rumus kimia dan fisika tersebut masih sepi. Runa memutuskan untuk menunggu seraya menyandarkan punggung ke pembatas balkon.

"Princess."

Runa menarik pandangannya dari lapangan yang sepi menuju lorong. Keenam inti Zeros berjalan ke arahnya dengan Hideo sebagai pemimpin.

"Pagi-pagi kok udah di sini?" Hideo menghentikan langkahnya di depan Runa. Begitu juga dengan yang lain.

"Eh? Kado untuk siapa?" tanya Bagas begitu mendapati kotak hitam berpita merah di tangan Runa.

Runa mengulurkannya. "Ada di meja gue tadi pagi."

Naga maju, dia merebut kotak tersebut dan mendorongnya ke dada Runa. "Gak usah ngadu. Lo bukan siapa-siapanya Zeros."

Menyakitkan, tapi ada benarnya. Runa pun memeluk erat kotak hitam tersebut.

"Tentang Silas. Informasi apa yang udah lo dapat?"

Runa merendahkan wajahnya. Sorot mata Naga pagi ini lebih tidak bersahabat dari sebelumnya. Jujur, dia agak takut untuk melihatnya.

"Belum ada."

"Bagus, main-main aja terus." Naga tersenyum. Tidak ada manisnya sama sekali. Apalagi kala dia mendorong bibirnya ke telinga Runa. Eksepsinya telah berubah menjadi sangat mengerikan. "Gue sebenernya juga ingin melihat lo dibully seluruh Lyios."

Runa mundur beberapa langkah. Suara rendah Naga menciptakan hembusan hangat ke telinganya. Itu panas, tapi dia lebih fokus pada isi kalimatnya.

"Akan gue urus secepatnya."

"Bagus."

Naga masuk ke dalam kelas. Bahu Runa sontak melemah. Kebencian Naga sudah bertambah. Entah kapan dia mampu menghancurkannya. Rasanya semakin sulit saja.

Anas menarik kasar dasinya. Dia berjalan maju dan menutupkannya ke mata Runa. Simpul agak kuat dibuatnya sebagai akhiran.

"Ayo."

Anas merangkul bahu Runa. Dia menuntunnya untuk masuk ke dalam lift bersama sahabatnya yang lain.

Di parkiran, orang-orang berkumpul heboh. Sebuah motor ninja merah muda berdiri di tengah-tengah parkiran. Warnanya amat berkilau. Jelas benar masih baru dan merupakan produk terbaik.

"Nas, gak usah lebay."

Runa tahu. Cowok itu pasti ingin memberikannya motor. Itu seperti janjinya semalam. Akan tetapi Runa kira tidak perlu sampai begini. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian.

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now