Chapter 12 | Prioritas

86 7 0
                                    

"Apa-apaan lo semua?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa-apaan lo semua?"

Kedatangan mereka langsung disambut omelan oleh Naga. Selain nada suara, kemarahannya terefleksikan jelas oleh raut wajahnya yang mengeras.

"Apanya yang apaan?" Anas mendudukkan diri di hadapan Naga. Teman-temannya yang lain mengikuti. Satupun tidak ada yang mau di dekat Naga. Mereka takut terkena semprotan amarahnya.

"Gue bilang hanya Dendi. Kenapa lo semua ngikut? Lo pada lupa siapa yang harusnya diprioritaskan atau gimana?"

"Runa kan?" tanya Arka untuk pembenaran.

"Dia ratu Zeros," sambung Bagas. "Make sense kalau kita prioritaskan."

"Telinga lo waktu rapat ke mana?" sarkas Naga. "Hilang?"

Bagas dan yang lainnya tidak lupa. Mereka hanya salah mengira kalau Naga berkata demi membuat ketenangan untuk semua anggota, bukan serius mencabut Runa dari tahta ratu.

"UNTUK SEMENTARA ZEROS GAK PUNYA RATU!"

Suara besar Naga memenuhi ruangan. Nafasnya berakhir terengah-engah. Anas merendahkan pandangan. Begitu akan sulit. Kemarahan Naga bukan tentang kelalaian mereka, tapi kecemburuan yang berbalut penolakan.

"Kalian masih punya otak. Gue yakin kalian paham apa yang gue maksud." Naga meraih botol sodanya di meja. Dia menegaknya sesaat, lalu kembali menatap temannya satu persatu. "Lagipula ada atau tidaknya ratu Zeros, gue adalah prioritas!"

Naga menegakkan punggung. Sorot-sorot di depannya membalas, tapi tidak ada yang berani untuk terlihat tenang. Itulah kekuasaannya. Dominasi di antara teman-temannya. Penindas adalah kasarnya.

"Apa yang ada di pikiran kalian? Kenapa malah Runa yang menjadi prioritas? Dia pengkhianat! Untuk gue, untuk Zeros, untuk lo semua!"

Naga menggeleng. Dia tidak habis pikir akan tindakan teman-temannya. Menggoda dan memberi perhatian Runa adalah hal biasa. Namun meninggalkannya demi Runa merupakan sesuatu yang langkah dan tidak semestinya. Dia adalah sang ketua. Kepala Zeros, inti utama yang harus dijaga demi pertahanan Zeros itu sendiri.

"O, ambil buku peraturan Zeros."

Hideo beranjak tanpa suara. Sisanya merilekskan diri. Setidaknya kemarahan Naga sudah berkurang.

"Tentang teror tadi." Anas angkat suara. "Tindakan apa yang perlu kita buat?"

"Itu urusan dia."

"Ga," tegur Bagas. "Gue tahu lo masih sayang sama Runa."

"Oh lo bisa baca perasaan gue? Hebat." Naga bertepuk tangan. Itu bukan apresiasi, tapi kemarahan tersembunyi.

"Gue bukan bermaksud sok tahu." Bagas berusaha menjelaskan. "Tapi, ya, gue rasa di dalam sana lo pun tahu sendiri kebenarannya."

"Runa harus dilindungi," celetuk Arka.

"Gue setuju," tambah Dendi. "Terlepas dia masih ratu atau bukan. Gue yakin penyerangnya adalah pihak yang ingin menjatuhkan Zeros. Dia korban dari kegiatan kita."

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now