“Kak …,” Suara lirih itu keluar dari bibir sang mamah dengan kepala menggeleng.

“Kamu mulai berpihak kepada anak ini?” Bara menatap tajam pada sang istri. Merajut beberapa langkah—mencengkeram erat dan kemudian membanting tubuh sang istri tanpa ampun.

Jysa hanya bisa menutup wajah—berlari pergi menuju kamar. Ia paling tak mudah dengan perilaku Bara kepada mamahnya.

“Kau lupa hukuman mu anak nakal?” tanya Bara yang sekarang mengarah pada Aca yang terlihat jelas, dua netra itu memanas.

“Bajingan,” lirih Asa menatap panas penuh amarah kepada Bara yang kini dua alisnya mengerut.

“Apa kau baru saja mengatakan saya bajingan?”

"Kalau saya bajingan kau apa? Jalang murahan seperti mamah kamu! Iya?!"

Seakan dipenuhi sosok iblis dengan sungu penuh api, Bara meraih kepala Asa—menggeret paksa—membenturkan berulang kali pada ujung lancip pada meja makan.

“ATUR TUTUR KATA KAMU ANAK JALANG!!” teriak Bara tak henti-henti membenturkan kepala Asa dan kemudian melempari kursi makan yang terbuat dari kayu jati tepat pada tulang rusuk Asa hingga gadis itu tersodor ke depan dan membuat dagu Asavella mendapatkan benturan keras hingga tanpa sadar mengalirkan darah.

Perlahan tubuh gadis itu meringkuk menahan nyeri sejenak. Ia berusaha beranjak berdiri melihat darah segar menetes deras dagunya. Dan tak hanya itu saja, bagaimana ia merasakan ada yang mengalir namun tidak nyeri, apa itu keringat? Gadis itu juga merasakan, dua gigi geraham bawah bagian kanan lepas.

Ia mengusap sejenak keningnya, ternyata itu bukanlah keringat. Tapi darah segar yang mengalir dari kening yang di mana saat ia sentuh nyeri itu sampai ubun-ubun.

Darahnya kembali mengalir. Mengalir di tempat yang sama dan atap yang sama serta pelaku yang sama. Air matanya jatuh deras, bukan menangisi seberapa banyak darahnya mengalir, tetapi ia memikirkan apa ia harus berakhir seperti ini?

Asa membalik tubuh dengan dua netra yang memerah. Bagaimana wanita yang terluka sedikit di bagian kening—membungkam mulutnya untuk tidak menjerit ketika mendapati putrinya bertumpah darah.

“Dasar Bajingan lo Bara!” 

Sekuat tenaga Asa berusaha mendorong tubuh Bara—menendang perut pria itu. Dan sesekali, menginjak alat vitalnya.

“ASA!!”

Bugh!

Sebuah pukulan berhasil mendarat pada pipi kanan Asavella dan membuat gadis tersungkur ke samping.

Ia tidak terima dengan sang putri—hingga mengakibatkan perkelahian di antara anak dan ayah.

“APA BARA! APA!!!” teriak Asa serak dengan air mata mengalir deras yang beradu dengan darah pada kening dan dagunya.

“LO EMANG BAJINGAN! LO TERLALU MUDAH TERHASUT OLEH OMONGAN! ITU BARU OMONGAN DARI PUTRI KESAYANGAN LO! BELUM DARI MUSUH LO!!”

“Gue akui, gue baru aja makan! Tapi gue enggak makan apa yang kek anak lo katakan!! Gue makan dari pungutan sampah! Gue makan nasi basi!”

“Gue makan nasi basi yang udah basah, bahkan cuma dua suap dan lo buat tubuh gue harus mengalirkan darah, Bar? Gue anak lo Bara, Gue anak lo. SADAR! GUE ANAK LO!!”

“KAMU MEMANG ANAK SAYA ASAVELLA!!” teriak balik Bara.

“Kamu memang anak saya! Bahkan, darah saya mengalir dalam tubuh kamu! Tapi bukan berarti, saya mengakui dirimu anak. Karena sekali seumur hidupmu hanya memberi malapetaka saja!”

"Kamu hanya pembawa sial, ASAVELLA!"

“Seharusnya saya membunuh dari dulu,” lirih Bara yang sekarang menatap nanar ke arah wanita yang menangis—meringkuk memeluk lututnya. “Tapi wanita jalang ini, menyuruh saya membiarkan dirimu hidup.”

“Lo, kalau emang mau nyiksa gue, jangan tanggung-tanggung. Sekalian ambil belati dan tusuk gue berulang kali.”

“Gue capek lo bunuh secara hidup-hidup. Sekaligus hari ini, malam ini, lo bunuh gue! Gue bakalan senang dan membuka hati untuk satu luka hanya untuk meninggalkan raga ini.”

Bara terdiam. Melihat bagaimana anak bungsunya meminta kematian pada dirinya.

“Gue capek banget,” lirihnya dengan air mata yang menetes hingga merasakan sesak tak terkendali.

“Gue capek dipukul keras-keras kek gini, gue capek disiksa kek hewan gini. Bahkan melebihi hewan! Sakit batin gue tiap lihat lo kek gini ke gue.”

“Lo tau patah hati terbesar anak perempuan apa?” tanya Asa dengan bibir gemetar hebat berusaha menghirup partikel-partikel oksigen sesekali untuk menetralkan rasa pada bagian tubuh yang ia sendiri tidak tahu mana yang ngilu.

“Kehilangan sosok ayah yang berperan penting dalam hidup anak perempuannya.”

“Tapi, dunia gue hancur, Bara. Dunia Asavella hancur!!” teriak Asa yang terisak dengan jeritan melengking akibat terasa sakit dadanya jika membicarakan ini dibanding tubuhnya yang dilempari kursi kayu.

"Dan lo pelaku utamanya!"

“Dunia gue sudah lama hancur asal lo tau! Dunia gue hancur ketika tau kalau ayah kandungnya, ayah sedarahnya ini yang di mana seharusnya menjadi tempat bersandar keluh kesah anaknya dan menjadi cinta pertama anaknya, tapi itu enggak berlaku buat gue seorang diri.”

“Justru, malah yang memberi luka dan patah hati terhebat gue!

“Buat lo,” Asavella menujuk gemetar Bara. “Lihat tubuh gue sekali aja, ampuni tubuh gue yang tinggal tulang, beri hukuman yang sewajarnya saja. Jangan membuat gue seperti tengkorak hidup.”

Asa berjalan sempoyongan seusai mengatakan apa yang ia cukup emosional. Tapi langkahnya tertahan. Ketika tangan kanan digenggam lembut oleh tangan kekar.

“Mau ke mana?” lirih Bara yang bertanya seolah-olah ia peduli dengan anak bungsunya.

"Ayo ke rumah sakit, obati luka kamu. Saya masih baik hati dengan mu."

Asa melepaskan genggaman Bara yang terasa lembut pada pergelangan tangannya yang melingkar sempurna. “Lo tanya kemana setelah apa yang lo berbuat ke gue? Enggak usah manis dan berpura-pura lupa apa yang lo lakuin. Gue muak liat wajah bajingan lo, Bara.”

"Kita ke rumah sakit dan kamu bisa istirahat setelahnya."

"Istirahat? Istirahat secara abadi 'kan, yang lo bicarakan."

Asa tersenyum tipis. "Gue akan tidur abadi seusai lo ketemu malaikat maut."

"Lo dengar bukan, apa yang gue bicarakan baru saja?" Asa mengangkat alisnya satu. Kemudian berucap kembali. "Ya. Gue sedang berdoa meminta kematian lo, Bara."

"Dia benar-benar anak kurang ajar."

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Next???

Beri komen yang banyak aku mohon 😭💔 jangan lupa komen dan votenya

Terima kasih🍊🍁

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now