DUA PULUH DELAPAN📍

764 85 18
                                    


°°°°Happy reading°°°°

"Kamu!" Santosa menunjuk Fauna.
"Pembohong!" Setelah mengatakan itu Santosa pergi dari sana.

Seperti di tusuk jarum berkali-kali saat itu juga dada Fauna sangat sesak dan menjatuhkan tubuhnya ke bawah dengan lemas setelah Santosa mengatakan 'pembohong' pada dirinya.

Hatinya benar-benar sakit dan sesak. Ia tak menyangka lelaki yang ia cintai akan mengatakan kata-kata yang membuat hatinya terluka.

Cewek itu menunduk dan jemarinya menempel dilantai, air mata yang semakin deras dengan terisak-isak.
"Sa, aku minta maaf," lirihnya.

🌙🌙🌙🌙

Siang ini Fauna akan menemui seseorang yang memberi pesan kepadanya kemarin. Sebenarnya ia tidak mau, tapi karena penasaran akhirnya Fauna terpaksa harus menemui siapa orang misterius itu.

Dengan makeup natural cewek cantik itu pergi bersama taxi. Di dalam mobil Fauna bercermin lewat ponselnya. Matanya benar-benar masih sembap akibat semalam yang cukup lama menangis, ia memegang pipinya dan ingatan kejadian malam itu terngiang-ngiang lagi di dalam pikirannya, saat Santosa mengucapkan 'pembohong' pada Fauna hatinya kembali sakit lagi rasanya.

Menyenderkan kepalanya ke sebelah kaca mobil, Fauna memegang pelipisnya yang terasa sakit.

Setelah beberapa menit, akhirnya mobil taxi itu berhenti di pinggir jalan dan Fauna membayarnya sebelum turun.

"Terima kasih mba," ucap supir itu sambil tersenyum.

Fauna mengagguk. "Iya Pak, sama-sama," balasnya. Fauna pun keluar dari dalam mobil ini.

Kaki jenjangnya berjalan ke arah dekat danau cempaka yang orang itu bilang padanya kemarin untuk menemuinya di sini. Fauna melihat sekelilingnya yang terlihat sangat sepi. Firasatnya jadi tidak enak.

Langkah jenjangnya mulai pelan saat ia melihat sosok laki-laki yang berdiri di depan danau membelakanginya. Lelaki itu memakai hoodie hitam dan celana jeans.

"Akhirnya lo datang juga," ucap lelaki itu masih membelakangi Fauna.

Fauna terdiam. 'Ko suaranya gak asing si?' batinnya.

"Lo siapa si sebenarnya?!" ucap Fauna.

Lelaki itu membalikan tubuhnya dan melepaskan kaca mata hitamnya itu dari matanya. Sontak Fauna terkejut tidak percaya.

"L-lo," Fauna menunjuk cowok di depannya. "Jadi ... selama ini elo yang selalu kirim pesan ke gue?!"

Lelaki bertubuh tinggi tersebut maju mendekati Fauna. "Iya, kenapa? Lo kaget, 'kan?" cowok itu tertawa miring.

Fauna memundurkan langkahnya
saat lelaki tersebut semakin mendekat. "Maksud lo apa Bas kirim-kirim pesan ke gue?! Dan kenapa lo ngajak gue ke sini?!" Fauna meminta penjelasan.

"Fa, gue kangen sama lo, makanya gue ngajak lo ke sini."

"Lo gila! Gue udah punya suami, Bas. Lo bisa gak si lupain gue?!" sergah Fauna emosi.

"Harusnya yang jadi suami lo itu gue, bukan dia, Fa! Gue lebih pantes buat lo dari pada dia!" Baskara mencengkeram kedua bahu cewek berambut sebahu tersebut.

Sorot mata Fauna menatap benci ke arah Baskara. "Santosa lebih pantes jadi suami gue dari pada lo!" bentak Fauna membuat lelaki itu semakin emosi.

"Fa, kenapa si lo harus nikah sama orang lain? Gue cinta sama lo Fauna. Gue cinta!"

Baskara menatap Fauna dalam dan ia baru menyadari kalo mata perempuan di depannya ini sembap. "Fa, lo habis nangis, ya?" tanyanya.

"Enggak! Siapa juga yang habis nangis." Fauna memalingkan wajahnya ke arah lain.

SANTOSA {END}Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora